[60]

16.2K 553 15
                                    

yesss updatee!! jangan lupa vote komennya

panjangg nihhh yuhuuu

————

Akhirnya, senyum bahagia kembali mengembang di keluarga Yudistira. Sejak terungkapnya siapa pengirim teror dan cerita di baliknya, kini tidak ada lagi yang berani menyentuh keluarga bahagia itu. Yudis tak henti-hentinya mengucap syukur karena akhirnya bisa melihat wajah manis Shesa dengan senyum cantiknya.

Sekarang ini, usia kehamilan perempuan itu sudah menginjak tujuh bulan. Secara rutin, bersama sang suami, Shesa memeriksakannya ke dokter kandungan. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan janin di dalam perutnya. Syukurlah, dokter selalu mengatakan perkembangan yang baik.

"Papaaaaa...." Kama, si bocah kecil yang sekarang sedang aktif-aktifnya, berteriak memanggil sang papa.

Di tangannya sudah ada bola dengan motif semangka berwarna hijau. Tadi papa mengatakan akan mengajaknya bermain sepak bola. Namun sejak perginya Yudistira, lima menit lalu, yang katanya ingin mengambil gawang, sampai sekarang laki-laki itu belum kembali. Entah pergi ke mana.

Dengan langkah kecilnya, Kama menghampiri mama Shesa yang ada di dapur. Bundanya itu sedang mengaduk segelas susu kehamilan berwarna cokelat.

"Mamaa..."

"Eh? Kenapa, nak?" Shesa sedikit menunduk untuk lebih dekat dengan putranya. 

"Papaa nana?"

"Tadi katanya mau ke kamar ambil gawang ya?" Kama mengangguk.

"Coba kita ke atas yuk, kita liat papa ada di kamar atau engga." ujar Shesa sambil mengulurkan tangan kanannya. Perempuan itu meninggalkan susu yang belum sempat diminumnya di meja dapur. Dengan tangan kanan menggandeng Kama, ibu dan anak itu siap-siap melangkah menuju kamar di lantai atas.

Belum ada dua langkah berjalan, suara tapak kaki dengan ritme cepat lebih dulu terdengar. Yudistira turun sambil membawa dua gawang kecil.

"Mau kemana nih istri sama anak papa?"

"Ini, Kama nyariin papanya. Masa pamit ambil gawang aja ga balik-balik. Padahal anaknya ga sabar mau main bola." Shesa menunjuk sang putra menggunakan dagu. Sekelebat tampak wajah Kama yang begitu bersemangat dan kagum melihat dua gawang yang dibawa papanya. Perlahan-lahan anak kecil itu melepaskan gandengan tangan mama dan berjalan mendekati Yudistira.

Kamu sudah hendak mengambil gawang yang terbuat dari karet itu, namun papa Yudis menghentikannya.

"Eit, tunggu sebentar dong. Papa punya barang baru buat Kama."

Kama mendongak. "Apa?"

Yudistira menurunkan dua gawang berwarna oranye itu. Tangannya merayap ke punggung untuk mengambil barang yang disembunyikan di balik pakaiannya.

"Taraaa~ ini diaa..." Yudis menunjukkan dua plastik bening yang sepertinya berisi baju. Dengan motif dan warna yang sama. Tampak seperti baju baru.

"Apa itu, mas?" tanya Shesa.

Yudistira membuka salah satu bungkusannya. Laki-laki itu mengeluarkan isi berupa kain berbentuk kaos dari dalam sana. Yudis membentangkan kaos itu lebar-lebar.

"Ini baju buat Kama sama papa main bola. Bagus kan kembaran?" ucapnya sambil berusaha menunjukkan baju yang satunya.

Kama dan Shesa mengangguk-angguk.

"Buat mama Shesa juga ada. Tapi ada di kamar." Yudistira meringis saat mengatakannya.

Sang istri tertawa kecil. "Lagian kan aku ga ikut main, mas. Gapapa kali. Emang juga bajunya muat buat aku? Masih ada adek nih di sini." katanya, mengelus-elus perut buncitnya.

My Boyfriend's DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang