[61]

15.2K 572 35
                                    

haloo! vote komennya jangan lupa

ENJOYYYY

————

"Sayang, 25 cm."

"Apanya, mas?"

Masih pagi dan Yudistira sudah datang menghampiri sang istri dengan kabar itu. Entah apa maksudnya, tapi tiba-tiba ia mendekat untuk memberitahukannya kepada Shesa.

"Punya mas." jawab Yudis dengan senyum gembira. "Kontolnya."

Shesa tersedak ludahnya sendiri. Perempuan itu melotot tak percaya. 25 cm ya? Emm... bukankah itu terlalu panjang?

"Diameter nya 4 cm lebih dikit, hampir 5 cm. Gimana, yang? Kurang besar apa engga?"

Refleks Shesa memukul lengan suaminya itu. Asal ngomong saja Yudistira ini. Huh.

"Ish, ya udah lah cukup segitu. Mau seberapa besar lagi sih, mas? Itu aja udah kegedean banget menurut aku." ujar perempuan itu.

Bukannya menyadari ucapan sang istri, Yudis malah tertawa. Dipegangnya tangan Shesa untuk mengecup punggung tangan wanitanya itu.

"Mas kira masih kurang kerasa." katanya tanpa dosa.

Shesa melotot tak percaya. Entah bagaimana laki-lakinya ini bisa berpikir seperti itu. Apakah belum cukup ekspresi 'kepenuhan' yang selalu ditampilkannya selama dua tahun mereka menikah dan merasakan hubungan intim? Dasar pria tua itu.

"Mas kira adek bakal mirip kamu banget loh, yang. Eh, taunya mirip mas lagi." Yudistira nyengir lebar. Ada guratan bangga di sana. Ya bagaimana tidak? Dua kali ia berhasil menghamili Shesa dan dua-duanya memiliki wajah yang cenderung mirip dengannya. Bahkan jika ditelaah, tidak ada fitur perempuan itu yang tampak jelas dari fisik buah hati mereka. Yang ada hanya fitur campuran.

Menurut Yudis, hanya kelucuan dan sifat menggemaskan putra-putranya yang merupakan titisan Shesa. Wanitanya itu adalah sosok paling menggemaskan yang pernah ia lihat. Apalagi kalau sudah tak berbusana hmmm.

"Tau deh, sebel aku. Di perut mama cuma numpang. Aslinya tetep anak papa." sungut Shesa, pura-pura marah tak terima.

Yudistira tertawa. Dikecupnya pipi sang istri yang terasa lembut sekali. Sisa-sisa kehamilan tentu saja.

"Masih perih ga, yang?" Laki-laki itu kembali mengganti topik pembicaraan. Kali ini bertanya soal masalah yang dialami sang istri tiga hari lalu. Yudis menanyakan perkembangannya.

"Udah engga. Tapi kalo buat jalan kadang suka perih dikit." jawab Shesa sambil memerah malu.

"Manjur banget dong salepnya kalo kayak gitu."

Perempuan itu mengangguk setuju. Sependapat dengan komentar Yudistira karena memang benar seperti itu adanya. Vaginanya tak lagi terasa perih saat kencing padahal baru memakai dua kali. Ia pun jadi lebih nyaman beraktivitas.

Pagi-pagi begini Yudis tidak tau mau berbuat apa. Sebenarnya ia bangun pagi untuk membantu sang istri mengurus anak-anak, eh ternyata yang mau diurus malah belum bangun. Dua anak kecil itu masih terlelap tidur. Kama dengan penuh sayangnya, memeluk sang adik. Kemal tampak nyaman tanpa merasa terganggu sedikit pun.

"Yang, kamu mandi duluan aja. Biar mas yang tungguin mereka. Takutnya nanti malah mereka keburu bangun, eh ayang belum mandi. Mumpung masih pada tidur tuh anak kecilnya."

Ide jenius tiba-tiba terlintas di otak Yudistira berupa menyuruh istrinya mandi lebih dulu. Dan tanpa ragu-ragu Shesa setuju. Langsung diambilnya handuk dan menuju kamar mandi.

Yudis diam mengamati. Tubuhnya menegak, melangkah ke tempat tidur. Suami Shesa itu duduk di kasur dengan gerakan perlahan supaya tak mengejutkan dua jagoannya. Dan dengan gerakan perlahan pula, Yudistira membaringkan tubuh. Di samping kanan si adek yang masih tidur.

My Boyfriend's DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang