[25]

50.2K 1.4K 43
                                    

kembali lagi sama si bangkotan. udah woyy jgn protes dan jgn ngantuk wkwk. spesial otak lg lancar makanya bisa up lagi. dah dah

VOTE KOMEN JGN LUPA! RAMEIN SEMUANYA KARENA VOTE DAN KOMEN KALIAN ADALAH PENENTU CERITA INI AKAN UP SEBERAPA LAMA😎👍

SEMAKIN RAME DAN BERISIK KOMENNYA, AKAN SEMAKIN CEPET UPDATE. KOMEN NEXT NEXT MINGGIR DULU YAA😁☺️ BUKANNYA GA MAU TAPI LEBIH BAIK KALIAN KOMEN YG BERHUBUNGAN DENGAN PART INI

OKE ENJOY!

————

Malam hari setelah pertemuan Yudistira dan sang sahabat. Pria itu sedang bermesraan dengan Shesa tercinta. Wanitanya bersandar manja pada dirinya yang tengah bersantai bertumpu pada kepala ranjang. Posisi yang kelewat mesra.

"Yang, kamu tau ga?"

"Apa, mas?"

"Tadi siang mas ga sengaja ketemu temen mas waktu selesai meeting sama klien. Dia banyak cerita dan nanya-nanya soal mas yang baru nikah dan nanya-nanya soal istri mas yang cantik banget ini." Yudistira mencolek hidung perempuan yang tengah nemplok manja pada dirinya.

Shesa mengulum bibir tertahan.

"Tapi poinnya bukan itu, yang. Temen mas ini namanya Tommy. Dia bilang kalo ada temennya yang punya usaha club dan di sana ada PSK nya."

"Dan kamu tau, yang, ada salah satu PSK yang terpaksa keluar dari club itu karena hamil. Sekarang PSK itu nikah sama anak orang kaya."

"Trus masalahnya apa, mas? Kan wajar kalo dia nikah setelah tau kalo lagi hamil. Mungkin aja anak orang kaya itu mau tanggung jaw--"

"Nama PSK nya Dahlia, yang."

Ucapan Shesa yang akan kembali meluncur, berhenti begitu saja. Kalimat sang suami cukup membungkamnya. Keduanya hanya saling tatap. Yudistira mengangguk meyakinkan. Sementara istrinya masih menganga.

"Dahlia?"

Yudis kembali mengangguk. "Kedengaran familiar kan? Dahlia? Lia? Lia? Dahlia?"

"Mas, jangan-jangan itu emang beneran Lia. Selain namanya yang mirip, berita dia nikah sama anak orang kaya itu aja udah cukup. Mas Yudis kan kaya, pengusaha yang terkenal di mana-mana. Otomatis Satya anaknya orang kaya dong." Shesa mengaitkan fakta-fakta yang diketahuinya.

"Temen mas jelasin secara spesifik ga, soal bapaknya anak orang kaya itu? Pengusaha atau apa gitu."

Yudistira menggeleng. "Kalo soal itu si Tommy ga bilang, yang. Intinya orang kaya aja."

"Trus, mas Yudis mau gimana?"

"Rencananya besok mas mau ke club nya, mau nanya langsung." Cup. Kecup lembut lagi hangat ditinggalkan Yudistira di bibir sang istri yang tampak begitu seksi karena Shesa mendongak menatapnya.

"Ikut." pinta perempuan muda itu.

Bukannya menjawab, Yudistira malah tertawa. Diusapnya pipi Shesa masih dengan tawa yang terdengar.

"Mau ngapain, hm? Kamu di rumah aja. Mas berani kok sendirian ke sana. Kalo kamu ikut, mas malah takut kamu kenapa-kenapa. Di sana serem, yang."

"Pokoknya mau ikut. Kalo mas Yudis ga mau ajak aku, aku berangkat sendiri naik taksi." Shesa yang ngeyel.

"Astaga, sayang. Mas pasti kasih tau kamu semuanya kok. Ga perlu kamu ikut ya. Mas perginya malem jadi lebih baik kamu istirahat aja." Yudistira coba meyakinkan.

Bukan karena apa-apa ia tidak mau mengajak Shesa. Namun hanya karena ia takut malah perempuan itu kurang istirahat dan berdampak buruk pada waktu sekolah atau yang lainnya. Shesa juga gampang uring-uringan kalau kurang istirahat. Kan jadi Yudis yang enak semisal Shesa enggan berangkat sekolah. Enak mau grepe-grep--, oke lanjut.

My Boyfriend's DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang