Sean berjalan mendekati kearah sang suami yang tengah mencuci mukanya. Cuaca pagi ini di kota Paris begitu cerah, membuat keduanya sampai terbangun karena cahaya matahari yang menembus dibalik tirai. Ales lebih dulu bangun, dan langsung memutuskan untuk bebersih dan mandi, disusul dengan Sean yang mengawali paginya dengan minum segelas susu rendah kalori.
Ales yang tak sadar dengan kehadiran sang istri jadi sedikit tersentak saat Sean memeluk punggung telanjangnya dari belakang. Sean menaruh kepalanya disana, bermanjaan layaknya koala. Ales memperhatikan pantulan bayangan mereka dari cermin, keduanya terlihat sempurna bersama, setidaknya itu menurut pengelihatan Ales.
"Morning, Papales". Sapa Sean, masih setia menempelkan pipinya di punggung sang suami.
Ales membalikkan tubuhnya, memeluk figur mungil di hadapannya yang masih terbungkus gaun tidur berwarna pink. "Morning, cantik saya".
"Kok mandi duluan sih? Gak bangunin aku dulu?". Rengek Sean gemas, membuat Ales tak tahan untuk mencubit pipi kemerahan sang gadis.
Ales tersenyum. "Kalo ajak kamu, nanti saya gak mandi-mandi".
"Ah, biasanya juga mau". Balas Sean sebal.
Sang pilot kian gemas, berakhir mengusal pipi sang istri sampai ia tertawa kencang. Sean bahkan hampir kehilangan keseimbangannya, berakhir berpegangan pada tubuh Ales yang masih memeluknya. Sean menepuk-nepuk pundak Ales, dan menakup pipi sang lelaki untuk menghentikan perlakuan sang lelaki.
"Kamu belum cukuran ya? Bagian dagumu kasar kena pipiku, Ales". Ucap Sean, menyapukan ibu jarinya di area dagu sang suami.
Ales menaikkan sebelah alisnya. "Kerasa ya?". Sang lelaki kemudian meraih kearah belakang dan mengambil sebuah benda dan mengacungkannya pada Sean. "Kamu bantu cukurin saya, mau?".
"Dasar manja, padahal udah jadi bapak-bapak". Keluh Sean, menggerutu namun tetap meraih alat cukur di tangan Ales.
Yang di gerutui hanya menunjukkan cengirnya dan mengangkat tubuh mungil di hadapannya hingga keatas westafel, mendudukkannya dan memposisikan diri diantara kaki sang gadis. "Rawat suamimu ini dong, sayang. Biar ganteng".
Dengan telaten dan perlahan, Sean menyapukan shaving cream di sekitaran dagu dan rahang Ales, kemudian menyebarkannya juga ke area atas bibir, membuat bagian tersebut tertutup busa putih. Sean tertawa saat menyaksikan wajah tampan itu tertutup sebagian, bahkan hampir menutupi bibir. Yang tidak Sean sadari ialah, selama kegiatan itu berlangsung, Netra Ales tak henti menyapu ke wajah serius dengan alis bertaut di hadapannya, beberapa kali bahkan bibir Sean manyun tanpa disadari, membuat Ales ingin mengecupnya lama.
Ketika pisau cukur mulai menyapu area wajah Ales, Sean memperingatkan. "Jangan bergerak ya, Ales. Nanti luka".
"Iya, Mama". Balas Ales menurut.
Sean kembali berfokus dengan aktivitasnya, menyusuri pipi Ales dengan pisau cukur dan berupaya membersihkan sisa rambut yang menghiasi wajah tampan itu. Wajah Sean yang serius itu tak luput dari pandangan Ales, membuatnya tak tahan ingin mengecup di keseluruhannya.
"Ini masih lama gak sih?". Protes Ales.
Sean makin mengerutkan keningnya. "Belum, ini bagian dagu kamu juga belum. Sabar dong, Ales".
"Saya pengen cium kamu". Balas Ales lagi.
Sean terkekeh. "Ya, nanti. Aku gak mau dicium kamu yang masih celemotan begini".
"Saya jadi makin pengen cium jadinya". Sahut Ales menanggapi. Senyum jahil turut menghiasi wajah Ales, lelaki itu malah memanjukan wajahnya. "Memang gak mau saya cium? Kan kamu juga belum mandi".
KAMU SEDANG MEMBACA
DEPARTURE TIME
RomanceSebuah lanjutan perjalanan cinta dari Ales, Captain Pilot penerbangan pesawat komersial ternama dan Oceana, artis kelas dunia mempertahankan cinta mereka. Ditengah cinta yang hampir berlabuh, selalu ada cobaan yang menanti. Entah cobaan itu berasal...