Chapter 58 - Panggilan Sayang

1.9K 183 14
                                    

Ada timeskip ya!

———

Kabar mengenai kelahiran anak kedua pasangan Oceana Algae Natalia dan Galessano Pradikta membuat geger jagat dunia. Penyebabnya ialah data record rumah sakit tempat bersalin Sean yang bocor ke media dan membuat dunia kaget, sebab selama kehamilannya, Sean lagi-lagi vakum dan memilih untuk menghilang dari publik untuk alasan kesehatan. Padahal, hal itu dilakukan semata-mata untuk melindungi privasi anak-anak Sean nanti, termasuk Gili. Juga pastinya untuk melindungi privasi Ales yang tidak ingin pribadinya diangkat ke publik.

Memang, kerap kali Ales harus berurusan dengan paparazzi tiap ia landing ataupun berangkat untuk bertugas, tapi intensitasnya mulai berkurang seiring berjalannya waktu karena pada akhirnya publik menerima sosok pilot penerbangan komersial itu dan menganggap pasangan Sean-Ales sebagai pasangan 'mahal nan berkelas'.

Banyak yang menantikan kabar mengenai keduanya, yang lama kelamaan mulai terang-terangan menunjukkan bahwa mereka sudah resmi menikah dan berujung dikaruniai dua orang anak, Gili dan juga Alesea. Tapi hingga kini, publik hanya sekedar mengetahui nama anak-anak mereka, tanpa pernah tahu bagaimana bentuknya, sebab management Sean berhasil menutup rapat segala apapun akses media ataupun publik terhadap anak-anak Sean,

Dan disanalah Sean, menimang putri mungilnya dalam dekapan sembari menatapi bagaimana wajah cantik yang mirip dirinya itu tertidur dengan tenang. Galenia Alesea Paris, putri dari Sean dan Ales yang lahir di bulan Juni itu, diberi nama dengan begitu banyak arti dibaliknya.

Galenia, diberikan oleh sang Mama, Sean, dengan menimbang arti dari nama tersebut yang berupa; seorang perempuan yang memiliki bakat penyembuhan. Sebab putri kecilnya itu adalah penyembuh baginya, yang berhasil membuatnya mengatasi rasa takut dan merasa bak manusia paling berani di muka bumi.

Alesea, tentunya diberikan oleh sang Papa, dengan menkombinasikan kedua nama mereka, Ales dan Sean, menjadi satu perpaduan yang cantik dan sekaligus terpilih menjadi nama panggilan sehari-hari sang gadis kecil.

Paris, diambil dari salah satu kota tercantik di muka bumi, tempat dimana sang Mama mengalami trauma dan berhasil sembuh karena kehadirannya di kehidupan Sean. Pemberian nama Paris, merupakan hasil dari obrolan panjang Ales dan Sean yang cukup lama, yang akhirnya diakhiri oleh Ales dengan mengucap; "Kita kasih nama Paris di nama belakang anak perempuan kita, supaya kamu gak lagi punya sedikitpun kenangan buruk tentang itu, dan bahkan kata itu bisa jadi terdengar indah buatmu".

Ales yang sejak malam berjaga, kini tertidur pulas sambil memeluk pinggang Sean yang tengah menyender di headboard kasur dan menimang Alesea, tampaknya ia begitu lelah karena hampir semalaman berjaga dan menimang anak perempuannya yang tidurnya masih belum tenang.

Sean menyapukan sentuhannya pada rambut tebal Ales, mencoba memberi afeksi yang membuat sang lelaki merasa nyaman. Ales memang seorang suami idaman, Sean tak pernah henti mengucap syukur karena berhasil dipertemukan dengan Ales di dalam hidup. Sebab siapa yang tahu bahwa gunung es itu nyatanya bisa menjadi seorang yang paling hangat setelah memiliki keluarga kecil.

Ales menggeliat, kemudian mengusal di daerah perut Sean yang masih sedikit membuncit pasca melahirkan. "Badan saya capek banget".

Suara serak Ales membuat Sean tersenyum, lelakinya itu selalu berhasil membuat dentuman di jantungnya berirama lebih baik. "Istirahat lagi, sayang. Istirahatin badanmu, lanjutin aja tidurnya. Toh, kamu lagi cuti juga".

Namun, Ales malah memilih bangkit untuk duduk dan mulai menggosok matanya yang masih setengah tertutup. "Nggak, saya harus siapin sarapan buat kamu. Kamu pasti masih susah turun dari kasur".

"Minta bibi aja, Ales. Jangan capek-capek kamu, nanti sakit". Balas Sean lembut.

Ales malah menunjukkan senyumnya, lelaki itu kemudian mengecup pipi Sean dan anak perempuan mereka di gendongan Sean gantian. "Gak apa. Sekalian juga kan harus mandiinn Gili. Bibi saya suruh gak dateng dulu sampai minggu depan, biar kamu saya yang urusin full".

Sean hanya terkekeh mendengarnya. "Papales emang idaman ya, beruntung banget aku yang berhasil nikahin kamu".

"Gak usah gemes-gemes, nanti saya gigit pipimu". Balas Ales gemas.

———

Dan sore ini, keluarga kecil itu berkumpul di ruang main Gili, menemani sang anak lelaki agar tak kekurangan sedikitpun kasih sayang kedua orang tuanya meskipun baru memiliki adik. Sean dan Ales adalah dua orangtua yang benar-benar matang, sebab segala langkah di hidup mereka selalu dipikirkan dengan baik, terlebih untuk anak mereka.

Lucu rasanya melihat Gili memperhatikan Alesea dengan mata membulat, seakan kaget saat kali pertama kakak beradik itu bertemu. Gili baru memberanikan diri mencolek-colek Alesea saat sudah cukup lama memperhatikan, dan berakhir memberi sentuhan kecil di pipi sang adik yang kemerahan sembari berkata; "Tik".

Yang artinya—cantik. Itu adalah kata-kata yang berhasil pertama kali keluar dari mulut Gili saat pertama kali mengenal Alesea, yang tentunya membuat hati Sean maupun Ales menghangat saat melihatnya.

Sean mengajak Gili berkomunikasi setelahnya. "Cantik ya, adik? Pipinya merah, kayak buah leci". Ucap Sean pada Gili, sembari ikut menyentuh pipi sang putri.

Gili menunjukkan raut semangat. "Eci!". Bocah lelaki itu kemudian menunjuk-nunjuk pipi kemerahan bayi mungil di gendongan Sean berulang kali. "Eci, Mama".

"Iya, Leci. Gili tau buah leci ya? Yang suka kita makan sore-sore". Tanya Sean lagi.

Gili mengangguk-angguk, kemudian memberanikan diri untuk mengecup pipi kemerahan sang adik dan kembali bersuara. "Eci..".

Sean terkekeh geli sendiri mendengarnya. Akibat ketidak sengajaan itu, Gili jadi memanggil sang adik dengan sebutan Leci. "Gili mau panggilnya Leci aja? Iya, sayang?".

Sang anak menunjukkan telunjuknya di udara. "Eci!".

Dan hal itu berujung dengan Ales yang langsung mengomel ketika mendengar Sean mulai memanggil Alesea, putri mereka, dengan sebutan Leci. "Ini apa sih, kok kamu manggil Alesea jadi Leci? Anak saya kenapa disamain sama buah-buahan?".

"Ih, biarin sih. Lucu tau. Dia mirip Leci, gemes. Udah gitu, jadi kayak panggilan sayang dari Alesea, jadi Leci. Udah deh, Ales, kamu tuh jangan lebay". Balas Sean acuh, menghampiri Ales yang kini tengah menggendong anak perempuan mereka.

Ales menautkan alisnya. "Kok saya dibilang lebay? Gimana sih? Kan kita mikirin nama Alesea lama, saya pake begadang dulu itu mikirnya. Masa tiba-tiba dipanggilnya jadi kayak buah gitu?".

"Pokoknya mulai sekarang panggil dia Leci. Titik. Gili aja udah manggil dia Leci. Jangan kaku deh kamu, Ales. Itu tuh panggilan sayang". Sahut Sean sebal, sebelum beranjak dari kasur setelah mengecup pipi Leci di gendongan Ales dan berangsur untuk mandi, meninggalkan dua manusia itu disana, diatas kasur kamar Ales dan Sean.

Ales memperhatikan wajah damai Leci di gendongannya, kemudian bertanya dalam monolog dengan bayi mungil itu. "Gimana nih, cantik? Papa kalah suara. Mamamu sama Kakakmu yang ngomong, Papa bisa apa? Mereka kan Ibu negara sama bos besar".

Seakan mendengar guyonan Ales, Leci tersenyum dalam tidurnya, menampilkan gusi ompong dan lesung pipi yang tercetak begitu saja. Melihatnya, Ales tak mampu menahan perasaan membuncah, ia bak jatuh cinta lagi, tapi kali ini pada seseorang yang bukan Sean. "Eh.. Kamu seneng ya dikasih panggilan sayang gitu? Malah senyum gitu, cantik banget anak Papa. Yaudah kalo kamu seneng, Papa bisa terima jadinya". Kekeh Ales mendengar monolognya sendiri.

Ales kemudian berangsur mengecup ujung hidung Leci. "Sleep tight, cantik Papa, Leci".

———

Huaaa keluarga ni ucu bgt hati moengilku g kwadh krn kegemesan :((

lengkap udah keluarga kecil iniiii skrg pasukannya😭😭😭 ga berasa ih!!

DEPARTURE TIME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang