Chapter 1 - The Fresh of Start

5.1K 247 9
                                    

HELLAW!!!!

Balik lagi bersama Ales-Sean, kalo tadi baca bagian Cast Intro nya ada new character unlock ya!

Siapa mereka? Nanti diceritain yaa!!

Semoga betah💞💞💞💞

———

Ales tidak bisa lagi menyembunyikan bahagianya, pasalnya gadis impiannya tengah duduk disebelahnya saat ini, dengan jemari mereka yang saling bertautan. Keduanya dalam perjalanan pulang mengantar Sean pulang kerumah. Gadis itu memang masih belum diperbolehkan oleh dokter dan psikiaternya untuk kembali tinggal sendiri di penthouse miliknya.

"Tanganmu dingin banget?". Ucap Ales, mengeluskan jemarinya di punggung tangan Sean.

Gadis itu merengut. "Ac mobilmu dingin".

"Oh, bilang dong. Kan bisa saya kecilin". Ucap Ales sembari menekan tombol ac agar temperaturnya sesuai.

"Masih dingin?". Tanya Ales lagi, mengembalikan tangan Sean dalam genggamannya.

Gadis itu kini menoleh. "Enggak semenjak kamu pegang".

Mata Ales bertemu dengan Sean, saling mengunci hingga membuat keduanya salah tingkah. Tangan Ales gatal sekali rasanya ingin menyentuh kulit terbuka Sean di bagian pahanya, namun lelaki itu masih menahan diri.

"Saya kenapa ya? Kok pusing sendiri deket kamu". Ucap Ales polos.

Sean kembali menoleh. "Pusing kenapa?".

"Gak tau, efek udah lama gak ketemu kayaknya, jadi bingung kalo deket kamu gini". Balas Ales lagi.

Lelaki itu berupaya menegakkan tubuhnya dan menyetir dengan serius, tidak lagi membiarkan tangan mereka terjalin.

Ia harus bisa menahan diri.

Tidak boleh gegabah, apalagi Sean masih dalam kondisi yang kurang baik.

Lelaki itu merasakan sorot mata Sean meniti dirinya. "Kenapa dilepas tanganku, Ales?".

Ales bisa merasakan keringat dingin di pelipisnya, kenapa juga ia jadi setegang ini berduaan dengan Sean. "Gak apa-apa, takutnya kamu keganggu saya pegang terus tangannya".

Sean tersenyum, begitu manis sampai membuat Ales tidak ingin memalingkan wajahnya. Sedetik kemudian gadis itu meraih tangan Ales di kemudi dan membawanya ke daerah yang paling Ales hindari, diatas paha terbukanya.

Ales merasakan bagaimana hangatnya kulit itu dibawah telapak tangannya.

"Aku seneng, kok. Tanganmu soalnya hangat". Ucap Sean, mulai meruntuhkan pertahanan diri Ales yang sejak tadi ia bangun.

Pada akhirnya, lelaki itu menepi di sisi jalan, membuat Sean celingukan. "Kok berhenti disini, Les?".

Ales melepas seatbelt yang lelaki itu kenakan dan mengalihkan tubuhnya menghadap Sean. "Oceana. Saya minta maaf sama kamu, tapi saya gak tahan. Saya bener-bener pengen cium kamu sekarang. Saya janji cuma cium, gak lebih. Boleh?".

Pipi Sean merona mendengar penuturan sopan dari Ales. "Wow.. Sejak kapan kamu yang dominan jadi gentleman gini?".

"Saya cuma menghargai kamu, kalo kamu gak bolehin, saya gak akan lakuin". Balas Ales, namun matanya sudah tak bisa lepas bergantian menatapi netra dan bibir Sean.

Sean betul-betul gemas dengan sikap lembut Ales, tanpa sadar ia mengigit bibirnya, membuat Ales makin frustasi.

"Kalo gak boleh gak usah gigit bibir kamu gitu.. Saya pusing banget ini". Ucap Ales tak sabaran.

DEPARTURE TIME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang