Bergandengan tangan dengan pasangan hidupnya sembari berjalan mengitari jalanan kota Paris bukanlah hal yang bahkan sempat terbesit di benak Sean. Sekalipun tidak. Sebab, setengah hidupnya, ia habiskan untuk bersembunyi, tidak pernah luput dari sorotan publik yang penuh penghakiman terhadapnya. Sean bahkan tidak ingat kapan terakhir kali bisa berjalan beriringan bersama seseorang yang bukan dari managementnya dengan bebas, tanpa ada kekhawatiran sedikitpun.
Dan malam ini adalah saatnya, dimana keduanya menjalani hari bak dua manusia normal yang tidak dikenali oleh dunia. Sean bahkan menyandarkan kepalanya di lengan Ales selama berjalan beriringan, dengan tangan mereka yang saling terjalin. Saat ini, mereka tengah berjalan di Trocadero Gardens (Jardin du Trocadero), sebuah taman yang letaknya tepat dibawah kaki menara eiffel dan terkenal karena keindahannya.
Entah karena hari sudah malam saat mereka tiba, atau karena memang mereka sedang beruntung, namun hari itu lokasi tujuan mereka benar-benar sepi. Hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang disana, yang bahkan acuh akan kehadiran seorang Oceana disana.
Sean berhenti melangkah dan memperhatikan bangunan tinggi yang khas akan kota Paris dihadapannya, senyum tak ayal tercipta di wajah, seakan memancarkan pemandangan indah yang terlukis di pandangan matanya. Ales menangkap senyum itu, dan tak kuasa untuk menyentuh wajah cantik sang gadis, yang kini sudah resmi menjadi istrinya. Ales menyingkirkan anak rambut yang melekat dan menutupi wajah Sean guna melihatnya lebih baik.
"Paris itu memang cantik banget ya, Les? Atau ini karena aku lagi sama kamu ya?". Ujar Sean dengan kekehan.
Ales gantian tersenyum. "Salah". Lelaki itu kemudian meraih pinggang Sean dan memeluknya dari belakang, mengecup sisi kepala sang gadis dengan lembut. "Karena ada kamu. Paris cantik karena ada kamu disini, Oceana".
"Gombal terus". Balas Sean, namun jemarinya mengerat di sekitaran tangan Ales yang memeluk pinggangnya.
"Iya, ya. Saya kok sekarang jadi jago ngomong manis? Efek sama kamu nih". Sahut Ales lagi.
Sang gadis cemberut, kemudian membalikkan badannya guna menatap Ales. "Enak aja. Padahal sebenernya kamu dari dulu udah gombal gini kan? Makanya mantan-mantanmu pada takluk?".
Cup!
Satu kecupan mendarat di bibir Sean, membuat mata bulatnya berkedip repetitif. "Dilarang ngomongin masa lalu saya disini, nanti ujungnya kamu ngambek, saya yang bingung". Ales malah meraih kembali pinggang Sean dan memeluknya erat. "Ngomongin kamu aja, does Paris still scares you with us in it?".
Sean menggeleng dalam pelukan Ales, merasakan hangat yang meliputinya hingga ke relung hati. "Enggak. Sekarang rasanya beda, Ales. Sama kamu, rasanya menyenangkan. Paris jadi terasa indah". Gadis itu melerai pelukan mereka guna menatap Ales lebih baik. "You fixed me again, Les. Selalu kamu".
Ales kembali mengulas senyum di wajah. "Jadi, saya berhasil?".
Sang gadis tertawa, mendekatkan wajah mereka hingga kening mereka bertemu. "You did. You always do. Kamu selalu berhasil bikin semuanya lebih baik, sayang".
"Jadi, udah gak takut lagi kalau kamu nanti harus shooting disini?". Tanya Ales lagi.
Sean menghela nafasnya dan menggeleng pelan. "Enggak. Paris yang sekarang ku inget, cuma tentang kamu dan aku. Indah. Gak lagi menakutkan". Kali ini, Sean yang lebih dulu menginisiasi ciuman mereka, memagut Ales dalam sebuah ciuman yang sarat akan rasa sayang. "God, I love you so much, Ales..".
Ales tersenyum lebar, memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi. Lelaki itu mengangkat tubuh mungil Sean dan memutarnya, membuat sang gadis tertawa. Mereka berakhir dengan ciuman lainnya, dan ucapan cinta Ales disela-selanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEPARTURE TIME
RomansaSebuah lanjutan perjalanan cinta dari Ales, Captain Pilot penerbangan pesawat komersial ternama dan Oceana, artis kelas dunia mempertahankan cinta mereka. Ditengah cinta yang hampir berlabuh, selalu ada cobaan yang menanti. Entah cobaan itu berasal...