Chapter 26 - Perfect Wrongs

2.4K 168 19
                                    

⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ BANGET INI MAH PENTUNGNYA BANYAK

———

A lil flashback of Ales-Rea

"Apa maksudnya ini? Kamu darimana semalam?". Tanya Ales pada Rea yang baru kembali ke apartment mereka saat jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi.

Lelaki itu merenggut lengan Rea dan mencekalnya. "Bilang sama saya kalo yang dikepala saya ini salah, Rea. Kamu diantar Rowand kesini? Ke tempat tinggal kita?".

Rea tidak menjawab, hanya terus menundukkan kepalanya. "Aku capek, Ales. Mau istirahat".

"Istirahat gimana? Kamu semalaman gak pulang, balik-balik pagi gini, diantar sama orang yang paling saya curigai. Kamu selingkuh lagi? Kalian kan harusnya landing kemarin, kamu nginap dimana sama Rowand?". Cecar Ales terus menerus, mendesak Rea yang makin menunduk.

"Jawab, Rea. Saya ini masih pacarmu. Kamu bahkan masih pake cincin pemberian saya di jarimu. Mau berapa kali kamu khianatin saya, Caleana Rea?". Ucap Ales sendu, layaknya memohon.

Rea tidak lagi bisa menahan getaran emosi yang menusuk hatinya, gadis itu pada akhirnya mendongak dan menjawab dengan datar. "Iya, aku selingkuh sama Rowand. Kita nginap di hotel semalam. Flight kemarin juga aku stay sama dia di Jepang. Aku udah gak cinta sama kamu, Ales. Leave me alone".

Ales menatap nanar kearah Rea, matanya tiba-tiba saja membendung air yang tak tertahankan. Rea melihat bagaimana dada Ales seketika bergerak naik turun dengan tak teratur, nampaknya nafas lelaki itu sesak bukan main. Genggaman tangan Ales di pergelangan tangan Rea melemah hingga akhirnya lepas.

Rea menyaksikan bagaimana pipi Ales memerah dan dihiasi dengan airmata yang tak usai, ini pertama kalinya di hubungan mereka, Rea melihat kekasihnya sampai menjatuhkan airmata. Membuat seluruh bagian dari jantung Rea hingga ke rusuknya sakit bukan main.

Ales sepertinya ingin mengatakan sesuatu, namun nafasnya tercekat. Lelaki itu mengatur dirinya sendiri untuk beberapa saat dengan memejamkan mata, membiarkan airmatanya terus luruh tanpa bersuara.

"Okay, saya ngerti sekarang. Saya turuti maumu kalau memang itu bikin kamu bahagia. Mulai detik ini, saya gak akan ganggu hidupmu lagi, Rea. Saya yang akan pergi". Ucap Ales pada akhirnya, sebelum bergerak cepat hingga ke pintu utama dan menghilang setelah membantingnya.

Dan disanalah, Rea menangis sejadi-jadinya. Luruh tak terkira di lantai dan memeluk dirinya sendiri. Gadis itu benci harus menyakiti Ales sekaligus dirinya sendiri. Tapi inilah yang harus ia lakukan, membuat Ales membencinya hingga hubungan mereka bisa berakhir, walau tidak dengan cara yang baik.

"Maaf, Ales.. Maafin aku, sayang. Aku terpaksa.. Maaf". Ucap gadis itu berulang kali, terus bersinggungan dengan kesedihannya hingga malam menjelang.

———

Ales masih membeku di tempatnya, menatap jauh ke depan. Mobil itu masih berada disana, di pinggir jalan raya Kuta. Keduanya sibuk dengan emosi masing-masing. Rea yang sibuk menelan tangisannya, dan Ales yang sibuk dengan kekalutannya.

"Kenapa sampai sebodoh itu?". Ucap Ales pelan.

Rea menoleh kearahnya, mencoba mempelajari isi kepala orang yang dulu menjadi hidupnya itu. "Gak ada cara lain buat meyakinkan kamu saat itu untuk ninggalin aku, Ales. Aku kenal kamu lebih dari apapun, when you love someone, you love them hard, dan agak mustahil bikin hubungan itu selesai kecuali dengan menyakiti kamu sampai kamu jera".

Ales memijat kepalanya yang nyeri. "Bodoh, itu perilaku yang bodoh sekali". Lelaki itu sampai memukul stir guna melampiaskan amarahnya. "Kamu hampir bikin saya gak punya masa depan dulu, kamu tau? Saya sampai sempat gak mau lagi kerja karena takut ketemu flight attendant lain. Kamu bikin saya gak percaya sama perempuan, gak ingin berkomitmen. Kamu egois, Rea. Menghancurkan hidup seseorang karena kepentinganmu sendiri".

DEPARTURE TIME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang