Berakhir indah. Mungkin itulah benak kedua insan yang tengah berdansa disana, diiringi lantunan musik merdu dan deburan ombak di malam hari yang membuat keduanya tersenyum. Berapa orang lain ikut bergabung dengan keduanya, berdansa dengan pasangan lain disana, menikmati angin malam yang bertiup rendah, memanjakan kulit mereka dengan kehangatan malam pernikahan Sean dan Ales.
Kilauan cahaya berpantul di kulit cantik Sean, membuatnya terlihat begitu bersinar malam ini. Mata Ales tak mampu berhenti meneguk indahnya, menatapi manusia di pelukannya yang kini resmi menjadi miliknya satu-satunya, setelah perjuangan panjangnya menunggu sejak awal. Gadis itu mengeratkan lingkaran tangannya di leher Ales, mencoba membawa mereka makin mendekat, senyum di wajah Sean tak mau hilang, terus terpatri disana sejak mereka selesai mengucap sumpah tadi.
"Kamu kenapa cantik banget malam ini ya? Apa karena udah jadi milik saya?". Ucap Ales polos, menuai tawa renyah dari gadis di dekapannya.
Sean menyandarkan kepalanya di dada Ales, membiarkan lantunan degup jantung Ales menggema di telinganya. "Aku kan emang udah jadi milik kamu dari lama, Capt".
Ales tak tahan untuk mengecup puncak kepala Sean, memberi kecupan lama yang kental akan ungkapan cinta. "Masih kayak mimpi rasanya, berakhir sama kamu di altar pernikahan. Kalo pun ternyata ini mimpi, jangan bangunin saya ya. Saya mau tidur terus aja".
Gadis mungil itu langsung memukul lengan sang pilot kencang. "Ngaco aja ngomongmu".
Ales memilih kekehan sebagai jalan keluarnya, lelaki itu kemudian menakup sebelah pipi Sean yang masih asik bergelung manja padanya. "Liat sini dong, saya kan mau lihat muka cantik istri saya".
Sean mau tak mau tersenyum dan menuruti, memandangi sang suami dan menempelkan ujung dagunya di dada sang lelaki. "Apa, suamiku?".
Ales membeku selama beberapa detik, merasakan aliran darahnya serasa terhenti begitu saja. Jantungnya pun berdetak tak karuan mendengarnya. "Astaga, Oceana. Coba ulang lagi".
Sean kembali terkekeh, menertawai perilaku sang lelaki yang terkesan lucu. "Suamiku?".
Wajah inosen itu sama sekali tidak membantu kondisi jantung Ales yang bagai didera perang. "Aduh. Bisa jantungan saya diginiin sama kamu seumur hidup".
"Lebay, ah. Emang mau dipanggil apa? Papa?". Tambah Sean, membuat Ales makin salah tingkah.
"Oceana, udah. Ini jantung saya loh, kenceng banget suaranya". Celos Ales polos, membawa telapak tangan Sean keatas dadanya untuk merasakan debaran yang lelaki itu maksud.
Sean tersenyum gemas. "Kamu kenapa jadi bucin gini sih, Ales? Aku jadi gemes sama suamiku".
Ales sudah tidak bisa menahan, lelaki itu memilih membungkam ucapan Sean yang terus menerus membuat genderang didadanya dengan menyegel bibir merah itu dengan bibirnya. Mata Sean otomatis terpejam saat Ales menciumnya, merespon gerakan sang lelaki yang tiba-tiba memagutnya ditengah agenda dansa mereka malam ini.
Hingga saat Ales melepas ciumannya, mata sang gadis masih terpejam, seakan menikmati momen yang sudah ia tunggu sejak lama. Gadis itu bahkan memanyunkan bibir dan berkata dengan manja. "Kok udahan? Mau lagi, Les".
Gila.
Ales bisa cepat sinting jika harus berhadapan dengan hormon kehamilan Sean yang membuatnya makin clingy seperti ini setiap hari untuk kedepannya. Pasalnya, lelaki itu masih harus menahan diri dan gairahnya seringkali tak terlampiaskan guna menjaga kehamilan Sean agar tetap sehat di awal-awal trimester.
"Sayang, kita lagi ditengah banyak orang. We can not make out here. Bisa jadi tontonan gratis. Nanti dilanjutin, ya?". Ucap Ales lembut, berupaya memberi pengertian pada Sean yang masih merajuk seperti anak kecil di pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEPARTURE TIME
Roman d'amourSebuah lanjutan perjalanan cinta dari Ales, Captain Pilot penerbangan pesawat komersial ternama dan Oceana, artis kelas dunia mempertahankan cinta mereka. Ditengah cinta yang hampir berlabuh, selalu ada cobaan yang menanti. Entah cobaan itu berasal...