Wajah tampan itu terlihat sudah tertekuk sejak tadi pagi. Mood Ales berantakan bukan main sejak bangun tidur, ia bahkan sampai minim bicara. Penyebabnya lantaran sang istri yang sampai memintanya pindah kamar semalam, sebab tak tahan menahan mual tiap kali mereka berdekatan. Padahal Ales sampai berganti pakaian sebanyak 2 kali guna menetralisir aromanya yang katanya membuat kepala Sean pusing dan mual. Tapi, sang istri berakhir berulang kali bolak-balik kekamar mandi karena muntah. Sean akhirnya meminta Ales untuk pindah tidur, namun sang lelaki menolak mentah-mentah. Mana bisa ia berjauhan dengan Sean dan tidak memeluk istri mungilnya itu saat tidur?
Namun, melihat kondisi mual-muntah itu terjadi semalaman, Ales jadi tak tega juga, dan pada akhirnya mengabulkan permintaan Sean untuk keluar dari kamar dan pindah ke kamar sebelah. Hal itu berhasil membuat Sean tertidur nyenyak sampai pagi tanpa gangguan lagi. Berbeda dengan Ales yang tak bisa tidur sama sekali semalaman. Sang pilot hanya berulang kali membolak-balik badan tanpa mampu terlelap sekalipun.
Maka, ketika pagi tiba, ia memutuskan untuk keluar kamarnya dan mengecek keadaan Sean yang ternyata masih tertidur lelap. Lelaki itu kemudian hanya mengecup halus kening sang gadis, sebelum memutuskan untuk mandi dan membelikan sarapan untuk sang istri. Ales membuka layar IPadnya guna membeli sarapan mereka melalui aplikasi. Namun, satu notifikasi tiba-tiba saja masuk. Isinya ialah dua buah announcement dari salah satu portal berita dengan headline yang membuat Ales membelalakkan mata.
'Hubungan Oceana-Galessano terbukti real, alasan kematian Olivier?'
'Revano Garsa Louise menggaet Oceana untuk rencana private schedule di Jepang, Babak baru di hubungan Oceana-Galessano?'
Sialan.
Benar juga kata Sean, media memang kadang membuat keadaan semakin rumit. Jemari Ales tanpa sadar menggenggam lebih erat elektronik di genggamannya. Situasi pernikahannya dengan Sean memang masih menjadi rahasia meskipun hubungan mereka sudah terpublikasi, membuatnya frustasi dan ingin meneriakkan ke dunia bahwa gadis itu sudah resmi menjadi miliknya seorang, dengan ikatan sumpah yang tidak akan pernah bisa dilanggar karena menyangkut tuhan.
Ales tersentak saat Sean yang baru bangun tidur itu turun dan memanggilnya. Gadis mungil itu masih mengucek matanya saat memanggil nama Ales. "Kamu lagi ngapain, sih? Aku panggil kok diem aja?".
"Morning, cantik saya. Ini, saya lagi liat list makanan buat sarapan tadinya, tapi kamu keburu bangun". Balas Ales disertai senyuman.
Mood Ales perlahan merayap membaik saat melihat gadis itu mendekat kearahnya dan menarik-narik lengan kaus Ales. "Aku mau makan pancake pake maple syrup, Les".
Ales mengangguk dan langsung berfokus pada IPadnya. "Oke, bentar saya cariin resto yang deket sini".
"Ih, gak mau beli. Maunya buat". Ucap Sean merengek manja.
Ales mengerutkan keningnya. "Kamu mau masak sendiri? Bukannya masih lemes badannya?".
Sean menggeleng. "Bukan aku yang masak, tapi kamu".
Mata sang pilot membelalak. "Saya?".
"Iya, kamu.. Ayo, cepetan. Aku laper tau". Rengek Sean lagi sembari menarik lengan baju Ales lebih lagi.
Ales merasakan tubuh mungil itu menarik-nariknya agar bangkit dan bergerak ke dapur untuk mulai memasakkannya. Lelaki itu kemudian menghentikan ajakan Sean dan membuat sang gadis menatap kearahnya. "Oceana, tunggu dulu. Kamu tau kan saya jarang masak sendiri? Nanti rasanya gak enak kalo hasil tangan saya, malah gak kemakan sama kamu".
Sean memanyunkan bibirnya. "Aku bantuin, aku kasih tau step-stepnya. Tapi, kamu yang masak, Ales. Aku mau kamu masakkin aku".
Astaga, dilemma macam apa ini?
Tentu saja Ales tidak akan tega melihat wajah cantik itu memohon dengan bibir dimanyunkan. Tapi, disisi lain, Ales yakin ia tidak mahir memasak. Jadi, lelaki itu takut Sean akan kembali muntah-muntah setelah memakan hasil masakannya nanti.
"Saya takut kamu nanti makin mual, sayang. Gak tega saya lihatnya kamu sampai lemes". Ucap Ales.
Wajah itu berubah sebal. "Jadi kamu gak mau? Kamu gak mau bikinin ya, Ales?".
"Bukan gak mau..".
"Yaudah kalo gak mau".
Ales menghela nafasnya. "Mau, mau. Saya bikinin ya. Tapi kamu tuntun saya dari awal, supaya gak salah. Oke, cantik?".
Sean sontak tersenyum manis. "Copy, Capt!".
———
"Masukin telurnya sekarang, Ales". Ucap Sean, memandangi sang suami yang tengah sibuk di dapur demi permintaannya.
Ales terlihat kebingungan saat memecahkan telur, dan berakhir memecahkan satu butir di tangannya sendiri. Lelaki itu terlihat panik saat telur itu hancur berantakan di genggamannya. "Aduh, gimana sih ini cara pecahin telur yang bener?".
Sean terkekeh menyaksikan kehebohan sang pilot penerbangan di dapur mereka. Dengan telaten, Sean membawa tangan Ales ke kucuran westafel dan membantu mencucinya bersih dan mengelapinya.
Gadis itu kemudian membawa Ales kembali ke area dapur. "Sini aku ajarin cara pecahin telur yang bener".
Sean mengambil sebutir dan memecahkannya guna mendemostrasikan cara, agar sang suami bisa mengikutinya. Ales terlihat serius dan berakhir menggaruk kepalanya. "Wah, saya kayaknya gak bisa deh. Udah kamu aja bantu saya pecahin, nanti saya lanjutin yang lain".
Sean berujung menuruti dan memecahkan beberapa butir untuk sang lelaki. "Kamu tuh harus bisa minimal bikin telur goreng gitu, Ales. Nanti kalo aku gak ada, lagi shooting, anakmu minta makan, gimana?".
"Gofood". Balas Ales cepat, yang kemudian menuai pelototan dari Sean. "Bercanda, sayang". Ucap lelaki itu lagi saat melihat sang gadis menunjukkan ekspresi kesal.
"Nih, udah aku pecahin, tinggal kamu kocok sampai berbuih, baru masukin mentega cair dan susu". Ucap Sean lagi sembari menyodorkan mangkok berisi beberapa butir telur yang sudah dipecahkan.
Ales menatapi masing-masing dari bahan yang dimaksud. "Ini kocoknya pakai apa?".
Sean memutar bola matanya malas. "Ya pakai tangan, Ales".
"Pake jari gitu? Ini maksud kamu saya suruh kocok apa sih, Oceana? Masa pakai jari?". Ales kembali bertanya, menyulut emosi sang istri yang terlihat menarik nafasnya.
Tanpa banyak berbicara, Sean langsung bergerak ke station dapur dan mengambil mixer dari sana. "Nih, pake. Jangan tanya aku gimana nyalainnya, bikin aku jadi mual lagi aja deket-deket kamu".
Sang pilot hanya termangu menyaksikan kepergian Sean dari area dapur. Lelaki itu menatapi benda aneh di tangannya dan memejamkan mata. "Ya tuhan, kuatkan umatmu ini".
———
KAMU SEDANG MEMBACA
DEPARTURE TIME
RomanceSebuah lanjutan perjalanan cinta dari Ales, Captain Pilot penerbangan pesawat komersial ternama dan Oceana, artis kelas dunia mempertahankan cinta mereka. Ditengah cinta yang hampir berlabuh, selalu ada cobaan yang menanti. Entah cobaan itu berasal...