Chapter 46 - The Reason

2.3K 180 12
                                    

"Oceana". Panggil Revano dari ujung ruangan.

Sesi pemotretan kali ini sedikit berbeda karena dilakukan dibawah sinar matahari di musim semi, udara Jepang membuat Sean kedinginan dan berulang kali bolak-balik kembali ke ruang make up untuk mengembalikan suhu tubuhnya menjadi normal.

"Sean". Koreksi Sean langsung pada Revano. Tentu saja, baginya, hanya Ales yang diperbolehkan memanggil dengan nama lengkap gadis itu.

Revano menghampiri kearah gadis yang tengah duduk di kursinya dan menatapnya melalui cermin didepan mereka. "Kamu kedinginan diluar? Mau disudahi saja pemotretannya?".

"Gak usah, gue gak apa-apa. Cuma perlu hangatin diri aja bentar. Habis ini gue balik lagi keluar". Balas Sean.

Revano berangsur surut, ia merunduk dan berakhir berlutut di sebelah Sean agar lebih mudah berbicara dengan sang gadis. "Kalo kamu merasa kedinginan, kita bisa sudahi sesi pemotretan outdoornya dan ganti ke studio. Jangan dipaksain".

Sean yang merasa aneh dengan perlakuan manis Revano melirik sinis. "Kenapa sih lo? Santai aja lagi, ini kan tanggung jawab gue. Gue bakal kelarin kok".

Revano terlihat membuang nafasnya sebelum mengangguk. "Ya sudah, kalo kamu gak apa-apa. Just in case sudah gak kuat, bilang ya. Kamu sudah makan?".

Sean makin mengernyitkan dahinya. "Apaan sih lo? Kenapa jadi merhatiin gue? Gue punya manager yang handle semua kebutuhan gue kok".

Revano malah tersenyum. "Saya cuma make sure kamu gak kelewat jam makanmu, walau kamu lagi kerja, Sean".

Sean mendengus sebelum membuang muka, memilih merapikan make up-Nya sebelum kembali beraktivitas. "Gue heran, kenapa sih lo gak mau mutus kontrak kerja gue? Padahal gue tinggal bayar sejumlah uang yang tertera di kontrak aja".

"Karena saya gak mentingin uangnya, Sean. Saya juga udah gak peduli lagi kamu punya hubungan dengan siapa. Saya cuma mau seenggaknya bisa bersama kamu, walaupun sebatas dalam ranah kerjaan". Balas Revano gamblang,

Sean terkejut mendengarnya, ekspresinya makin tak karuan saat mendengar jawaban itu. "Lo sakit ya? Lo kedengeeran kayak fans gue yang obsessed sampai halu milikin gue".

Revano tertawa kencang mendengarnya, lelaki itu kemudian bangkit dan membenahi kemejanya. "Kamu lucu juga ya, kalau ngomong sama saya selalu pedes".

Sean makin menunjukkan raut tak sukanya sebelum bangkit dan berlalu meninggalkan sang Founder disana. "Aneh lo".

———

Perhelatan makan malam kali ini dilakukan sebelum Sean kembali ke Indonesia besok. Gadis itu bersumpah, ia sudah tidak sabar ingin kembali ke Indonesia dan bertemu dengan sang suami, Ales. Pasalnya, berpisah selama beberapa lama membuat Sean sampai susah tidur. Sean baru bisa tidur dengan tenang jika Ales sudah meneleponnya dan menungguinya sampai benar-benar tidur dengan menatap layar ponsel, memandangi wajah tampan sang pilot yang sudah beberapa hari tak ia lihat.

El memilihkan beberapa menu makanan yang dirasa aman bagi Sean yang sedang hamil, dikarenakan mereka makan malam di salah satu restoran Jepang yang terkenal dengan sushi-Nya. "Lo makan yang fried aja sedikit ya, sama soup. Mau kan?".

"Terserah deh, El, apa aja". Balas Sean.

Revano memperhatikan percakapan itu dari tempatnya. "Salmon sashiminya disini seger sekali loh, Sean. Kamu gak mau coba?".

El adalah orang yang lebih dulu menengahi. "Sean pencernaannya lagi bermasalah, jadi gak bisa makan yang gak matang dulu".

Revano mengangguk mengerti. "Oh, maaf kalo gitu".

Sean memutar matanya malas, gadis itu lebih sibuk mengecek ponselnya sejak tadi, memantau penerbangan Ales yang tengah melangsungkan penerbangan domestik dari Jakarta ke Bali dan seharusnya tiba satu jam lagi. Dilihat dari radar, pesawat yang dikemudikan Ales sekarang sedang melintasi selat diantara pulau Jawa dan Bali.

Ditengah makan malam itu, El tiba-tiba saja menerima telepon dari agency yang membuatnya perlu mengadakan meeting mendadak dengan tim dari Sean dan Revano, menyisakan Sean yang harus makan berdua dengan lelaki yang tidak ia sukai itu.

"Bentar ya, Sean. Soal kepulangan lo besok nih, bocor beritanya. Katanya airport udah penuh dari sekarang. Gue ngobrol sama tim dan protokoler dulu". Ucap El sebelum bangkit dan meninggalkan Sean di ruangan.

Sang gadis menghela nafasnya panjang, membuat Revano terkekeh menatapinya. "Susah ya jadi kamu, sepertinya kemanapun dan melakukan apapun perlu pertimbangan".

Sean hanya bersungut dan makan dengan malas, tidak sedikitpun menanggapi perkataan sang lelaki. Revano lebih dulu kembali mengajaknya berbicara. "Kamu mau tahu, alasan sebenarnya saya tidak memutus kontrakmu?".

Hal itu nampaknya membuat Sean tertarik dan menoleh. "Kenapa?".

Revano meletakkan alat makannya ke meja dan menatap Sean dalam. "Karena kamu itu mirip sekali dengan seseorang dari masa lalu saya, Sean". Belum sempat Sean membalas, Revano lebih dulu menambahi. "Kamu mirip sekali dengan mendiang mantan istri saya".

Sean langsung menelan salivanya. Tiba-tiba saja tidak enak hati saat mendengar kata 'mendiang'. Gadis itu memilih diam dan mendengarkan saat Revano mulai berceloteh dengan senyuman.

"Namanya Celia. Saya sampai kaget waktu pertama kenal kamu, bahkan sampai ke sifatnya pun kalian mirip, hanya saja karena Celia mencintai saya, tentu sikapnya perlahan berubah. Tapi selebihnya, kalian terlalu mirip, saya jadi terlena karena tiap saya melihat kamu, saya jadi ingat sama Celia". Lanjut Revano.

Revano menuangkan air putih ke gelas Sean. "Saya tahu kamu keganggu sama saya. Saya minta maaf. Saya memang salah karena menganggap kamu itu dia. Tapi, setidaknya, kerinduan saya dengan Celia bisa sedikit terobati jika bersama kamu".

"Gue gak pernah tau lo udah nikah, perasaan gak ada di news?". Tanya Sean.

"Sama seperti kamu, Sean. Pernikahan saya juga tertutup". Balas Revano.

Sean kembali meneguk salivanya, pasalnya ia tidak mengira kalau Revano sudah mengetahui kabar pernikahannya dengan Ales. "Gue kira lo belom tau kalo gue udah nikah".

Revano terkekeh. "Tahu, saya tahu kok. Tapi gak masalah. Toh, tujuan saya kontrak kamu bukan lagi untuk memiliki kamu kok. Karena rasanya salah juga kalo saya ingin memiliki kamu karena kamu mirip seseorang, bukan karena dirimu sendiri".

"Jadi kamu gak perlu khawatir, Sean. Saya gak ada niat merusak hubunganmu dengan suamimu. Sekarang, saya cuma sedang membenahi diri saya sendiri, dan memang melampiaskan rasa rindu saya dengan Celia melalui kamu. Maaf kalau kesannya salah, tapi itu jujur, gak ada intensi lain dari saya". Tambah Revano lagi.

Mendengar hal itu membuat Sean bernafas lebih tenang. Jika memang Revano ingin mengobati lukanya sendiri, biarlah. Toh, Sean juga dulu pernah mengalami hal yang sama, dan ia butuh Ales untuk sembuh. Tidak apa, biar saja ia tetap berlaku professional dengan Revano, sekaligus membantu lelaki itu tanpa perlakuan khusus apapun.

———

Spoiler :

Habis ini chaps nya Ales ngambek brutal karena cemburu ya, jangan ditungguin tapi takutnya lama nulisnya🥹

DEPARTURE TIME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang