Chapter 10 - New Memories Written

2.5K 188 40
                                    

Seharian ini Ales mengajak Sean berkeliling kota Seoul dengan berkendara, memenuhi keinginan gadisnya yang ingin jalan-jalan di kota indah itu, meski Sean tetap harus berada didalam mobil tanpa sekalipun turun.

Ales berhenti di salah satu kedai yang menyajikan bungeoppang, lelaki itu memandangi kios kecil yang sekarang ramai, berbeda dengan terakhir kali saat ia kesana.

"Kamu mau yang rasa apa?". Tanya Ales pada gadis yang sedang tiduran di sampingnya, memeluk selimut dan bantal kecil berbentuk panda di pelukannya, salah satu pemberian dari fansnya dulu.

"Red beans aja, aku suka". Balas Sean singkat.

Ales mengangguk sebelum membuka pintu mobil. "Kunci pintunya pas saya turun, jangan dibiarin gak kekunci".

"Siap, Capt". Balas Sean sembari memberi hormat.

Ales memilih beberapa buah bungeoppang dan membawanya setelah menyerahkan beberapa lembar uang pada penjaga kedai. Ia kembali kedalam mobil dengan membawa sebungkus penuh bungeoppang.

Sean langsung bangkit dan menatap dengan mata berbinar. "Wanginya enak banget, Ales".

Ales memberikan sebuah dan membungkusnya dengan tissue agar tidak mengotori tangan gadisnya. "Enak ini, bungeoppang paling enak yang pernah saya makan disini".

Sean menggigitnya, namun tidak jadi karena makanan itu masih panas. "Panas banget".

Ales memperhatikan dan menarik makanan itu dari genggaman Sean, ia membelah bungeoppang itu agar lebih cepat dingin, serta membantu meniupnya. Sean tersenyum mendapati perlakuan manis sang pilot, merasa beruntung mendapat seseorang yang begitu memperhatikannya.

Setelah memastikan benda itu tidak lagi panas, Ales menyodorkan kembali pada Sean. "Nih, udah gak panas. Pelan-pelan makannya".

"Oke, om". Balas Sean, yang menuai pelototan dari sang lelaki di sebelahnya.

Sean mengunyah dengan hati-hati, matanya terpejam karena perpaduan rasa manis itu meliputi lidahnya. "Enak, manis banget. Aku suka".

Ales menatapi wajah Sean yang tengah sibuk mengunyah, tanpa sadar gadis itu jadi celemotan karena terlalu asyik makan. Jemari Ales menyapu pada ujung bibir Sean dan menghapus sisa disana, membawanya ke mulutnya sendiri.

Kenapa seperti dulu?

Tidak. Ini Oceana. Ini Oceana-Nya. Bukan perempuan lain.

Mereka berbeda.

Ales menggelengkan kepalanya singkat, kemudian mengambil sebuah lagi dari dalam kantung. Lelaki itu memakan bungeoppang miliknya sendiri, rasanya masih sama seperti dulu.

"Kamu sering beli ini, Les?". Tanya Sean.

"Dulu iya". Balas Ales.

Sean terkekeh. "Nemu aja kamu makanan begini, enak lagi".

Ales hanya tersenyum. Memorinya berputar pada hari itu, 8 tahun lalu, di kota Seoul, saat memori indah lamanya terbentuk.

Ales dan Rea berlarian dibawah hujan, memutuskan berteduh dibawah naungan salah satu kedai yang nampaknya sepi dan jauh dari jangkauan pengunjung. Bus yang harusnya mereka tumpangi jaraknya terlalu jauh untuk mereka tempuh dibawah hujan yang mulai deras ini.

Keduanya tertawa saat mendapatkan tubuh mereka basah karena hujan, Ales bahkan perlu mengguncang rambutnya guna mengenyahkan air dari sana, persis seperti kelakuan anak anjing.

"Kayaknya kita baru bisa balik ke penginapan malam deh, Les. Hujannya deras banget". Ucap Rea.

Mereka memutuskan untuk masuk kedalam kedai dan memesan minuman hangat. Rea yang lebih fasih berbicara bahasa Korea berinisiatif memesankan untuk keduanya.

"Ada bungeoppang, Les. Kamu mau coba gak?". Ucap Rea.

Ales mendelik. "Apa tuh?".

"Cemilan manis Korea, tapi enak. Kamu pasti suka deh". Jawab Rea.

Ales bergumam. "Kamu pesenin aja, saya gak ngerti. Terutama bahasanya, saya beneran gak ngerti".

Keduanya tertawa dengan statement Ales barusan. Penjaga kedai memperhatikan dua insan tersebut dan mencatat pesanannya, tak lupa menyisipkan perkataan yang membuat pipi Rea bersemu. Ales jadi penasaran dengan ucapan penjaga kedai tersebut.

"Apa katanya?". Tanya Ales.

Rea melirik kearahnya. "Katanya kita serasi, dia kira kita pasangan suami istri. Tapi aku bilang bukan".

Ales berdecak. "Ck. Kenapa bilang bukan sih? Bilang aja iya".

Rea hanya tersenyum, memilih untuk tidak memerangi ucapan Ales.

"See? Orang aja lihat kita cocok". Ucap Ales lagi.

Rea hanya bisa geleng-geleng kepala sembali menahan senyumnya saat menyaksikan betapa bahagianya Ales saat ini. Sebuah kesempatan yang jarang bagi mereka berdua bisa mendapatkan jadwal penerbangan yang sama, apalagi ke tempat yang indah seperti ini.

"You know what? This is a rare occation, kamu sama saya bisa satu jadwal. Seharusnya saya lamar kamu sekarang aja ya, mumpung lagi disini. Ck, kenapa gak kepikiran ya?". Celoteh Ales lagi.

Hal itu membuat hati Rea mencelos, sebegitu inginnya kah Ales menikahinya?

Lelaki itu kemudian bangkit. "Tunggu sini sebentar".

Rea memperhatikan bagaimana Ales dengan susah payah meminta sesuatu dari penjaga kedai, kemudian berhasil kembali dengan seutas tali di tangannya. Lelaki itu kembali duduk dan meminta tangan Rea.

"Sini tanganmu". Ucap Ales.

Ales melingkarkan utasan tali berwarna merah yang sepertinya biasa digunakan untuk mengikat bungkusan kue di pergelangan tangan gadis itu.

"Kamu tau kan disini terkenal sama istilah red string?". Tanya Ales.

Rea mengerutkan keningnya, masih belum mengerti dengan maksud lelaki dihadapannya.

Ales menyelesaikan simpul ikatannya dan menggenggam tangan Rea. "You are holding my red string, Rea. Saya percayakan takdir saya di kamu. Maaf ini seadanya dan gak sama sekali proper, but when the time comes, saya akan gantikan tali ini dengan cincin di jari kamu".

Rea hampir saja menjatuhkan airmatanya, menatap bagaimana Ales mengecup bagian nadinya dengan penuh cinta.

Ia merasa begitu dicintai, begitu dibuai dengan bayang perasaan.

———

"Jadi gitu, kenapa saya pengen jadi pilot ya sebenernya karena saya sering ikut Papa waktu kecil keluar negeri. Terus tiap naik pesawat, entah kenapa seneng". Ucap Ales, melirik kearah sampingnya dan menemukan gadis itu bergelung di seatnya dengan selimut yang memeluk tubuhnya.

Sean tanpa sadar tertidur ditengah cerita Ales mengenai masa kecilnya, membuat lelaki itu tersenyum memandangi betapa menggemaskannya Sean yang tengah tertidur dengan memeluk bantal itu. Mereka sudah berkendara kurang lebih 30km sejak pagi, mengikuti kemana pun arah membawa, tidak sedikitpun menemui tujuan.

Sesekali mobil itu berhenti untuk membeli makan, atau membeli barang yang mereka suka. Sean sempat merengek agar Ales mau membelikannya balon helium yang dijual di pinggir jalan, berujung dengan mereka tertawa karena suara mereka yang jadi terdengar berbeda setelah menelan gas helium tersebut.

Ales mengecup dahi Sean lama, menyampaikan rasa sayangnya pada sang gadis. Biarlah gadis itu tidur, sementara Ales membuat kenangan baru dengannya. Lelaki itu kini tengah berupaya menggantikan kenangan buruknya dulu dengan kenangan indahnya bersama Sean, gadis yang hatinya telah pilih untuk masa depannya kelak.

"Tetap disamping saya ya, sayang. Jangan tinggalin saya. Kita jalanin hidup bersama sampai tua. Saya sayang sekali sama kamu, Oceana. Karena kamu, saya bisa belajar percaya lagi. Kamu boleh bawa hati saya kemanapun kamu mau, asal jangan kamu lepas". Ucap Ales.

———

Intinya mah Ales kalo udah cinta, bucin banget gitu lah🥲👍🏻

DEPARTURE TIME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang