Kabar mengenai kepergian Sean dan Ales ke Paris entah bagaimana pada akhirnya diketahui media. Publik memang mengetahui hubungan keduanya, namun mengenai pernikahan Sean dan Ales, berikut Gili yang sudah hadir diantara mereka, berhasil ditutup rapat hingga sampai kini, publik masih belum mengetahui bahwa kedua manusia itu sudah menikah dan bahkan memiliki seorang anak.
Hari ini, adalah kali pertama Ales dan Sean menunjukkan diri ke publik sebagai pasangan, dengan tanpa pertimbangan. Ales yang lebih dulu turun dari mobil, menanti Sean untuk turun dan berakhir menggandeng tangan mungil itu menerjang keramaian media dan fans dari Sean yang sudah dibendung barricade dari dua sisi, membuat keduanya bisa berjalan dengan mudah, meski kilau blitz tidak henti menghujam.
Sean setia menundukkan kepalanya, dan mengikuti langkah sang suami yang berjalan didepannya tanpa sekalipun melepas genggaman tangan mereka. Ramai orang meneriakkan nama mereka, bahkan nama Ales. Namun untungnya, mereka berhasil mencapai gate dengan aman, dengan disusul El dari belakang.
"Gue sampe sini ya, nanti kabarin kalo udah landing. Diluar takut makin chaos, buruan deh pada boarding". Ucap El.
"Makasih, Adriel. Titip dulu Gili ya, maaf merepotkan". Balas Ales.
Sean kemudian bergerak untuk memeluk El. "Thank you, El. Akhirnya gue bisa bebas liburan sama Ales". Gadis itu kemudian melepas pelukannya. "Titip anak gue ya, kalo rewel nanti kabarin gue aja. Sekalian kan lo bisa latihan punya anak sama Iren".
"Berisik lo, udah sana pada jalan. Gue mesti nahan barricade lagi diluar sekalian bubarin nih". Balas El.
Kedua insan itu akhirnya melangkah pergi, dengan Ales yang menggeret dua koper milik mereka dan Sean yang berjalan disebelahnya. Mereka tidak perlu memusingkan orang disekitar karena keduanya sudah dipersiapkan berangkat dari gate keberangkatan khusus. Dan karena menggunakan jet pribadi yang Ales sewa untuk perjalanan mereka, jadilah mereka tidak perlu mengantre maupun berdesakan sampai didalam penerbangan.
"Capt Ales". Sapa salah seorang flight attendant yang bertugas melayani mereka selama penerbangan.
"Eh, Tiar. Kamu di assign disini?". Sapa Ales balik.
Dari belakang, Sean memperhatikan dengan tatapan tak suka. Gadis itu kemudian memilih berjalan lebih dulu dan duduk di satu sisi, tidak memperdulikan Ales yang masih sibuk bercengkrama.
Ales menyusul setelah bercakap sebentar, kemudian duduk di salah satu bangku yang letaknya bersebelahan dengan sang istri. Sean masih menghindari tatapan Ales dan memilih melihat keluar. "So, we finally are on the same flight for the first time".
"Udah sering kali satu penerbangan. Pertama kali ketemu juga satu penerbangan". Sahut Sean ketus.
Sang pilot merasakan perubahan emosi dari istrinya, yang kini bahkan setia menatap keluar jendela. "Maksud saya flight tapi kitanya sebelahan gini, biasanya kan saya di cockpit kamunya di passanger seat". Ales kemudian mencoba menatap Sean lebih dekat lagi. "Kamu kenapa sih? Kok kayak beda gitu?".
"Gak tau". Sahut Sean asal.
Ales sadar jelas, Sean tengah merajuk padanya. "Saya ngapain sampai bikin kamu galak begini? Bilang dong ke saya, sayang".
Sean melirik sinis sebelum menunjuk kearah pramugari yang tengah mengisi gelas minuman mereka. "Tuh, siapa?".
Ales mengikuti arah pandangan Sean dan tertawa. Lelaki itu kemudian berbisik di telinga Sean. "Oh, kamu cemburu gara-gara liat saya ngobrol sama Tiar?".
Sean makin bersungut. "Tiar, Tiar.. Sebut aja terus namanya. Udah tau aku sensi sama pramugari".
Ales terlampau gemas dan berakhir mengecup pipi sang gadis. "Lucu banget sayang saya kalo lagi cemburu". Ales kemudian mengambil tangan Sean dan menggenggamnya erat. "Tiar tuh dulu di penerbangan yang sama sama saya. Makanya kenal. Saya kan di penerbangan udah lama, gak aneh kalo saya kenal banyak orang yang satu field dengan saya kan?".
Sean menghela nafasnya panjang. "Ya tapi pokoknya aku sensi sama pramugari. Kamu harusnya gak usah ramah-ramah, pake senyum segala ngobrolnya. Jutek aja dong, kayak dulu. Biar gak ada yang kegeeran deket-deket kamu".
Ales kembali melolongkan tawanya, hingga Sean mencubit perutnya agar terhenti. "Saya waktu cool kayak dulu malah lebih serem loh, buktinya berhasil dapetin kamu, gimana dong?".
"Ih, Ales, nyebelin!!".
———
Perjalanan mereka menuju ke Paris terlampau cukup mulus, mereka tiba di kota yang indah itu ketika hari sudah pagi, membuat mata mereka merasakan hangatnya mentari yang bersinar di langit Paris. Sean dan Ales yang baru saja bangun di sore hari, sama-sama tak mau bergerak barang sedikitpun dari kasur. Keduanya hanya sempat mandi, dan kembali bermalasan disana, merasakan jetlag yang masih membayangi tubuh mereka.
Sean yang sedang bermanjaan diatas tubuh Ales, menatap keluar jendela ruangan kamar hotel mereka dengan tatapan kosong. "Tadi, waktu kita landing dan jalan di airport, aku berasa dejavu, Les".
Perhatian Ales teralih pada gadis cantiknya. Lelaki itu mendengarkan dengan seksama, ia merasakan bagaimana tubuh Sean menegang saat mengatakannya. "Aku keinget waktu jalan di airport barengan sama peti mati Vier".
Mendengarnya, Ales langsung mengecup puncak kepala Sean dalam upaya memberi afeksi. "Sayang..".
"Serius, Ales. Aku masih inget rasanya". Sean kemudian mendongak, bertemu tatap dengan sang suami. "Tapi tadi kamu pegang tanganku, terus peluk aku waktu kamu kira aku kedinginan. Rasanya nyaman. Beda banget sama waktu itu".
Ales tersenyum mendengarnya. Benar, tadi, ia memang mengira Sean kedinginan. Sebab tubuh sang gadis sampai terlihat bergetar. Ales mengeratkan pelukan pada gadisnya, mengelus punggungnya berulang kali. "Let's erase them, the bad memories. Kita buat memori baru ya, sayang?".
Lelaki itu beralih mengecupi bibir sang gadis, berupaya menghapus kegelisahan yang dirasakan. "You will love Paris just like you did, I promise you that. Kamu cuma perlu percaya sama saya, ya Oceana?".
Sean tersenyum, merasakan cinta yang meliputinya tersalur jelas dari Ales. "Aku beruntung banget ya? Punya suami kamu. Pacar-pacarmu dulu pasti juga kamu giniin deh? Makanya pada susah move on dari kamu".
Ales terkekeh sebelum kembali mengecup bibir kemerahan Sean. "Udah jangan bahas yang dulu-dulu, nanti kamu kesel sendiri terus jadi cuekin saya. Bahas saya sama kamu aja, kapan mau buatin adek buat Gili?".
Sean tertawa lepas dan mencubit pipi sang suami. "Yang jelas gak sekarang! Aku capek, masih jetlag".
🤍🤍🤍🤍🤍
———
KAMU SEDANG MEMBACA
DEPARTURE TIME
RomantizmSebuah lanjutan perjalanan cinta dari Ales, Captain Pilot penerbangan pesawat komersial ternama dan Oceana, artis kelas dunia mempertahankan cinta mereka. Ditengah cinta yang hampir berlabuh, selalu ada cobaan yang menanti. Entah cobaan itu berasal...