"Terus, reaksi yang lain gimana waktu kamu bilang mau resign?". Tanya Sean pada Ales sembari bermanjaan diatas tubuh polos sang lelaki.
Maklum saja, sudah lama tidak saling menyentuh membuat keduanya tak tahan untuk menyalurkan rindu setibanya di kamar hotel yang sudah Sean pesan untuk mereka berdua selama di Seoul. Kali ini, bukan Sean yang memulai, melainkan Ales. Lelaki itu bak kesetanan mengecupi tiap jengkal tubuh Sean, bahkan sengaja menerbangkan sang istri ke langit berkali-kali sampai kelelahan dan beristirahat diatas tubuhnya.
Kasur megah itu tak dihiraukan, kedua insan tetap saling menempel bak tak berjarak, dengan Ales yang setia mengelus rambut panjang Sean. "Kaget, sampe pada kerubutin saya. Semuanya tanya kenapa, kantor juga nahan saya".
"Terus kamu bilang apa?". Tanya Sean balik.
Ales tersenyum. "Mereka kira saya dapat tawaran yang lebih bagus di maskapai lain, makanya kantor sampai mau naikin rate saya. Tapi, saya bilang, bukan itu alasannya, saya punya prioritas lain yang gak bisa dinomor dua kan. Memang, dari kantor sampai sekarang masih belum tanda tangan surat resign saya, mereka gak mau saya lepas".
Sean berupaya untuk bangkit dan melihat kearah mata Ales lebih baik. "Kalau kamu sendiri, Ales. Gimana?".
"Apanya, cantik?". Balas sang pilot lembut, sembari menyelipkan anak rambut Sean di belakang telinga.
Sean menatap sendu. "Perasaanmu, Ales. Kamu gimana? Aku yakin kamu gak mungkin baik-baik aja setelah melepas sesuatu yang benar-benar penting buat kamu".
Ales beralih mengelus pipi Sean. "Gak ada yang lebih penting dari kamu, dan anak-anak kita, sayang. Buat saya, kalau pun saya harus melepas semua yang saya punya di dunia ini, asalkan kalian baik-baik aja, saya ikhlas".
Airmata Sean mulai menggenang di pelupuk mata, namun sang gadis berkedip cepat guna mengenyahkannya. "Kamu sayang banget sama aku ya, Ales? Sama Gili? Sama Leci?".
"Iya, kalian hidup saya". Balas Ales disertai senyuman hangat.
Sean bergerak menyamankan diri untuk memeluk sang lelaki, membawa kenyamanan bagi keduanya. Ales otomatis balas memeluk, sembari mengelus lembut surai panjang sang gadis. Mereka saling berpelukan, lama sekali, menyalurkan perasaan yang membuat keduanya sampai bisu.
"Aku seneng banget, karena tahu di dunia ini ada yang rela berkorban sampai begini buat aku, Les. You make me the happiest". Ucap Sean, yang dilanjutkan anggukan oleh Ales tanda menyetujui. Namun, sang gadis melanjutkan ucapannya. "Tapi, Les, boleh gak aku minta sesuatu sama kamu?".
"Apa, sayang?". Tanya Ales, tanpa melepas pelukan sang gadis.
Sean beralih menempelkan keningnya di kening sang lelaki, kemudian menutup matanya dan menghela nafas sebelum berbicara. "Batalin rencana resignmu, Ales.. Tetap lakuin apa yang kamu mau. Kamu udah berkorban terlalu banyak buat aku sejak dulu, aku gak mau kalau sekarang kamu yang tetap harus berkorban buat hubungan ini".
"Enggak, Oceana. Keputusan saya sudah bulat, saya gak apa-apa, kok. Saya baik-baik aja, percaya sama saya. Gak ada yang tersakiti kalau pun saya berhenti dari profesi ini". Balas Ales.
Sean menggeleng. "Ales, aku tahu kamu. Aku tahu segalanya tentang kamu, Les. We've been together for years and went through everything together. Aku tahu betapa pentingnya ini untuk kamu, aku tahu betapa besarnya mimpi yang kamu bangun sejak kecil, aku juga tahu, kalau pesawat dan aku punya posisi yang sama pentingnya buat kamu, Les. Aku tahu, sayang".
Ales hendak menjawab, namun Sean menahannya dengan meletakkan jemarinya diatas bibir Ales. "Sebentar, izinin aku untuk bicara, ya? Les, aku udah bicarain soal ini sama El, dan El orang yang paling tahu masalah yang kita alamin kemarin karena dia lihat langsung. We've come to a conclusion of me, being in total hiatus for 2 years, Les. Ide yang bagus, kan?".
Kening Ales berkerut mendengarnya. "Memang bisa begitu?".
"Bisa, sayang. Opsi ini memang tertulis di kontrak kerjaku yang selalu aku sign tiap 5 tahun sekali. Hiatus adalah satu-satunya jalan yang paling efektif dan gak mengharuskan siapa pun untuk berkorban, Ales. Selama dua tahun, aku bisa ikut kamu kemana pun, lakuin apapun, dan bisa maksimal rawat anak-anak kita. Pas banget juga, dua tahun dari sekarang itu, masa kontrak aku berakhir. Selama kurun waktu itu, aku jadi bisa berpikir jernih kan, perihal akan renew kontrak atau nggaknya. Aku juga bisa mikirin masa depan kita sama-sama. Gak terburu-buru". Jelas Sean.
Ales merasakan hangat itu menempel di dadanya, telapak tangan mungil Sean menakup bagian rusuk yang menutupi jantungnya. "Kamu itu penting buatku, Ales. Banget. Maaf kalau selama ini, kesannya aku gak pernah mikirin kamu. God only knows, betapa sayangnya aku ke kamu. Gak ada sedetik pun, pikiran ku lepas dari kamu, Les. Aku cuma terlalu buruk menyampaikannya, aku gak bisa nunjukkin peduliku sama kamu dengan baik.. Dan berakhir bikin kamu jadi merasa gak dihargai. Ales, aku memang belum bisa jadi istri yang baik untuk kamu selama ini, tapi aku mohon, kali ini, izinin aku perbaiki semuanya, ya?".
Ales merasakan panas di pipinya, airmatanya jatuh begitu saja tanpa bisa ditahan. Sean adalah satu-satunya perempuan di muka bumi ini yang mampu membuka bagian didalam diri Ales yang sebelumnya tak dapat disentuh, yaitu sisi dalam diri Ales yang ingin merasa dicintai sepenuhnya. Sang lelaki menarik Sean kedalam pelukan, kemudian terseguk. Sean mau tak mau ikut menjatuhkan airmata bersamaan dengannya.
"Ales, maaf.. Aku bikin kamu sedih ya? Aku salah ngomong ya?". Ucap Sean dengan sendu.
Ales berakhir menakup wajah sang gadis dan menghadiahkan ciuman penuh perasaan untuk sang istri, berupaya menjawab secara nonverbal dan meyakinkan Sean akan betapa bersyukurnya ia memiliki sang gadis didalam hidup. "Saya.. Bener-bener ngerasa dicintai sepenuhnya sama kamu. Makasih, sayang. Makasih karena kamu memilih bertahan sama saya, makasih juga untuk apapun yang selalu kamu lakukan untuk saya. Saya benar-benar beruntung, karena saya punya kamu. Istri terbaik, wanita dan ibu paling sempurna untuk anak-anak saya. Oceana saya".
Sean akhirnya tersenyum. "Jadi, kamu setuju kan, Capt? Tetap jadi Galessano captain penerbangan bar 4 di Miles Airlines yang hobinya terbang keliling dunia? Tapi nanti terbangnya ditemenin aku dan dua kurcaci kita?".
Ales terkekeh, menghapus jejak airmata di pipi Sean yang mulai mengering. "Ngaco aja kurcaci, malaikat saya itu mereka".
Sean ikut tertawa, kemudian gantian menghapus sisa airmata di pipi Ales dan membubuhkan kecupan setelahnya di mata sang lelaki. "Kukira aku malaikatmu, udah nggak ya?".
"Enggak. Kamu itu semesta saya. Kalo gak ada kamu, saya juga gak ada. Kamu yang jagain saya tetap pada porosnya". Balas Ales.
"Gombal aja terus kamu".
"Biarin aja, sama istri sendiri ini, baru baikan lagi". Balas Ales gemas sembari membalikkan posisi mereka dan mengukung Sean dibawahnya. "Sekali lagi kali ya? Nanti order room service aja buat makannya. Saya lebih pengen makan kamu soalnya".
"Astaga, pelan-pelan, Ales!!!!".
———
HAIIII, yup sesuai judulnya DEPARTURE TIME sudah resmi end ya di chapter ini 🥲🥲🥲🥲🥲
MAKASIH UNTUK SEMUANYA YANG UDH BACA DAN SELALU NUNGGUIN!!!! ❤️❤️❤️❤️
eh tp jgn sedih, Ales Sean akan dibuatin side story sendiri lengkap sama krucil2nya yang nanti perlahan dewasa hahahaha tapi sifatnya side story yaaa gak serius2 amat 🙃🙃🙃🙃🙃
Habis ini masih ada chapter Epilogue dan special chapter pastinyaaa jangan dilewatin, and I am proud to say that this book has come to a happy ending❤️
THANK YOUU AND SEE U IN OTHER FLIGHT WITH MY UNIVERSE 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
DEPARTURE TIME
RomanceSebuah lanjutan perjalanan cinta dari Ales, Captain Pilot penerbangan pesawat komersial ternama dan Oceana, artis kelas dunia mempertahankan cinta mereka. Ditengah cinta yang hampir berlabuh, selalu ada cobaan yang menanti. Entah cobaan itu berasal...