Chapter 56 - Another Gift From God

1.8K 179 6
                                    

"Ales..". Panggil Sean dari meja makan, membuat Ales yang baru saja selesai membawa Gili ke kamar tidurnya jadi menghampiri.

Ales menunduk, kemudian mengecup puncak kepala sang gadis dan menyandarkan kepalanya disana. "Apa cantik saya?".

"Gili udah tidur?". Tanya sang gadis.

"Udah, saya taro di kasur kita, langsung tidur. Capek dia kayaknya". Balas Ales.

Sean terlihat mengangguk, kemudian serius menatap kearah Ales. "Les, kamu inget gak, kapan terakhir kali aku bilang ke kamu kalo aku lagi PMS?".

Ales terlihat berpikir sejenak sebelum berakhir menyahuti. "Seminggu sebelum kita liburan ke Paris bukan ya? Yang kamu sampai nampar saya".

Netra Sean membesar. "Oh my god..".

"Kenapa, sayang?". Tanya Ales heran.

Bukannya menjawab, Sean malah beranjak bangkit dan berlarian menuju keatas, ke kamar mereka. Ales yang kebingungan mengekor dari belakang, memanggil Sean berulang kali dan menyaksikan bagaimana sang gadis mengubek laci-laci di kamar mereka tanpa jeda.

"Cari apa sih, sayang?". Tanya Ales heran, pasalnya sang gadis langsung membisu dan menyibukkan diri dengan pencarian barangnya.

Sean mengambil sebuah benda itu, kemudian berlari sampai ke kamar mandi dan menguncinya, membuat Ales hampir saja benjol karena tertabrak pintu kamar mandi. Lelaki itu bersungut. "Aduh. Apa sih, kenapa dikunci segala? Oceana?".

Sean tidak menjawab, dan cukup lama menghabiskan waktu disana. Hingga akhirnya suara flush terdengar, dan tak berapa lama kemudian, gadis itu muncul dari balik pintu dengan wajah takut. "Les, sini masuk".

Ales mengerutkan keningnya, kebingungan namun menuruti. Sesampainya didalam kamar mandi, Sean menarik tangan sang suami hingga menuju ke westafel. "Kita cek bareng-bareng hasilnya, aku takut".

"Hasil apa sih?". Ales makin kebingungan dengan maksud sang istri.

Sean menunjuk kearah dua benda dihadapan mereka yang tergeletak di ujung westafel. "I took 3 pregnancy tests, tapi belum berani liat hasilnya. Kita liat bareng-bareng".

Raut wajah Ales langsung berubah seketika, kali ini sama bingung dan ketakutannya dengan Sean. "K.. Kamu hamil?".

"Gak tau, Ales. Makanya ini aku cek". Balas Sean sebal.

Sean meraih ketiga benda tersebut dan menarik nafas panjang sebelum melihatnya dari dekat, kepala Ales otomatis mendekat bahkan menempel ke sang istri, berupaya mengintip. Kedua netra itu langsung melotot, melihat kearah satu sama lain dalam rasa tak percaya.

"Oceana!".

"Ales!".

Keduanya berteriak bersamaan tanpa sadar, membuat Gili yang tengah tidur di kamar mereka jadi terbangun dan ikut menjerit karena terkejut mendengar seruan orangtuanya. Sean otomatis berlari keluar, kemudian mengangkat sang anak lelaki guna menenangkannya, mencium kepala Gili dan pipinya serta memeluknya erat sembari menepuk-nepuk punggung sang anak. "Maaf, sayang.. Kaget ya denger suara Papa sama Mama?".

Tak lama kemudian, Ales ikut keluar dengan membawa benda mungil itu di tangannya, bergerak kearah dua manusia yang menatapnya bergantian. Ekspresi Ales sungguh lucu, menunjukkan cengiran yang tak usai. Lelaki itu kemudian mendekatkan dirinya pada Sean dan berbisik. "Ini kamu beneran hamil? Positif loh ini, Oceana".

Sean mengangguk, masih menepuk-nepuk Gili di gendongannya sampai tangis anak itu mereda. "Iya, positif, Les.. Kita mau punya anak lagi".

Ales mengepalkan kedua tangannya ke udara, kemudian memeluk dua manusia di hadapannya dan menciumnya satu persatu, dimulai dari Sean dan berakhir dengan Gili. "Impian saya akhirnya tercapai, nambah satu anak lagi".

Gili nampak kebingungan, mengerutkan alis mungilnya itu dengan tatapan bertanya dan bersuara kecil. "Uh?".

Ales bak menanggapi, mencolek pipi Gili dan meledeknya. "Mau punya adek, bos.. Cie yang bentar lagi jadi abang".

Gili malah mengenyot jempol mungilnya, masih memasang wajah tak mengerti, membuat Ales berakhir mencubit pipinya gemas dan membuat sang anak berteriak protes. "Ah!".

"Papa.. Udah dong. Digodain terus Gilinya". Ucap Sean lembut, kemudian mengecup pipi anak lelakinya yang memerah karena cubitan gemas.

"Lucu habisnya, makin mirip kamu kelakuannya. Nanti yang kedua mirip siapa ya, sayang? Jangan-jangan mirip kamu juga sifatnya, bisa pusing saya ada 3 yang kayak kamu dirumah". Ucap Ales semangat.

Sean dan Gili serempak memasang wajah kesal, yang berakhir membuat Sean keluar dari kamar, meninggalkan Ales sendiri dan pergi ke kamar anak mereka dengan tidak lupa mengunci pintunya agar Ales tidak bisa masuk.

Ales menepuk jidatnya saat mengetahui dirinya dikuncikan oleh dua manusia kembar itu, yang membuatnya sampai tidur sendirian di kamar malam ini.

———

"Kamu masih marah sama saya?". Ucap Ales pada Sean, bergelung manja dan memeluk sang istri dari belakang saat Sean masuk ke kamar pagi-pagi sekali untuk mandi. Baru kelar Sean mandi dan berpakaian, Ales langsung bergelayut manja di belakangnya, mencoba membujuk sang istri agar tidak lagi mendiamkannya.

Sean berontak, berupaya melepaskan diri. "Lepas, Les. Aku masih kesel sama kamu".

Ales membombardir pipi Sean dengan kecupan kecil. "Maaf, saya gak maksud bikin kamu tersinggung, sayang".

"Terus apa maksudnya? Emang sifatku semenyebalkan itu sampai kamu ngomong kayak kemarin? Sori deh kalo iya, sori banget gak bisa jadi istri idaman yang kamu cita-citakan. Sori juga kalo anak-anakmu sifatnya nyebelin kayak aku". Sembur Sean penuh emosi, membuat Ales makin mengeratkan pelukannya di pinggang Sean.

"Enggak gitu, sayang. Kamu mah udah idaman saya banget. Idaman seisi dunia malah. Saya salah ngomong. Maksudnya, kalo ada kamu di kali 3, nanti saya bingung kalo lagi manja semuanya, saya duluin yang mana". Jelas Ales dengan nada memelas.

Sean mendengus sebal. "Nyebelin kamu, Ales. Bikin aku overthinking aja semaleman. Padahal aku lagi hamil".

Kali ini, Ales memutar badan Sean dan meraih tengkuk sang gadis guna menyatukan bibir mereka, mencuri ciuman yang ternyata berhasil membuat Sean sampai terpejam. "Maaf ya, cantik saya. Saya juga semaleman kepikiran kamu tau, gak bisa tidur. Kamunya malah tidur sama Gili".

Belum sempat Sean berargumen, Ales sudah memagutnya lagi, kali ini lebih dalam, membuat nafas Sean sampai terengah. Ales kemudian memindahkan ciumannya ke leher sang gadis, memberi kecupan yang halus dan tidak meninggalkan bekas. "Padahal saya pengen kangen-kangenan sama kamu, pillowtalk ngomongin anak kita yang di perutmu. Kasian dia kemarin kita cuekin setelah tahu kamu beneran hamil, Mama Papanya malah berantem".

Sean memanyunkan bibirnya. "Makanya jangan nyebelin, nanti aku sayang kalo gak nyebelin".

"Sekarang aja disayangnya, tega kamu udah biarin saya tidur sendirian semaleman, terus pagi ini masih harus nunggu? Kan pengen kangen-kangenan". Balas Ales semi merengek.

Sean mengalungkan lengannya ke leher Ales. "Mau? Tapi.. Les, aku kan tapi belom aman buat itu.. Harus tunggu sekitar 3 bulan lagi kayak waktu itu baru kita bisa make love lagi".

Ales tersenyum jahil. "Iya.. Tapi kan bisa yang lain". Ucap sang lelaki disertai kerlingan. "Misalnya kamu diantara kaki aku, pakai mulut kamu. Gitu bisa kan?".

Sean terkekeh mendengarnya. "Dasar mesum".

"Ketularan kamu".

———

DEPARTURE TIME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang