ALVINO [Instact But Fragile]

02.ALVINO

Hai.. kembali lagi. Jangan lupa vote dan coment sebanyak banyaknya.

Happy reading

Airlyn Zyan Alexi haiden, gadis cantik dari anak syam Wijaya haiden.

Putri tunggal dari keluarga haiden, ia kerap di panggil Ai. Gadis yang memiliki luka yang mendalam itu tidak pernah mendapatkan kasih sayang ayahnya.

Mamahnya meninggal saat ia berumur lima tahun.

Dan saat ini ia memiliki ibu sambung. Ayahnya menikah lagi dengan wanita yang memperlakukannya dengan kasar.

Adira Leoni. Ia ibu sambung dari Airlyn, perlakuannya pada Airlyn sangat kasar dan sama seperti ayah kandungnya.

"Eh bego. Ambilin gue minum dong, aus nih tenggorokan" suruhan dari Adira membuat Airlyn yang mengepel lantai berhenti.

Ia berjalan ke dapur dan menuangkan air putih ke gelas. Airlyn memberikannya pada ibu tirinya.

"Nih Tante"ucap Airlyn sembari menyodorkan gelas yang sudah di isi oleh air putih.

Airlyn menyebut Adira Tante karena ia tidak ingin mamahnya di gantikan, walaupun ia juga butuh kasih sayang seorang ibu.

Byur..

Air tumpah pada lantai yang sudah Airlyn pel. " UPS.... Maaf. Jadi kotor lagi deh" Adira menunjukkan wajah keterkejutannya lalu menutup mulutnya dengan tangan.

Airlyn yang melihat hanya membuang nafas pelan, dan sudah biasa ibu tirinya melakukan itu.

Airlyn langsung mengambil pel nya dan langsung membersihkannya kembali.

Adira pergi ke kamarnya tanpa memperdulikan Airlyn yang sudah lelah dengan pekerjaannya.

__________

"Aa ia mau main cama Aa boyeh?" Tanya gadis kecil yang bergelendot manja di samping kasur tidur.

Cia langsung naik pada badan kasur tidur yang sudah terdapat Alvino yang sedang bermain game.

Cia langsung duduk di pangkuan Alvino dan melihat game yang di mainkan oleh Alvino.

"Cia pengen main apa sama Aa?" Tanya Alvino dengan menaruh handphonenya ke kasur. Cia langsung menutup matanya dengan kedua tangan mungilnya dan tersenyum pada sang kakak.

"Oh... Petak umpet" Cia langsung mengangguk mengiyakan.

Acicia Rania putri agara. Berumur tiga tahun dan adik kesayangannya Alvino.

Saat bundanya meninggalkan Cia saat bayi, Alvino lah yang terus memberikan kasih sayang pada adik kecilnya. Ayahnya pun sama tidak pernah memberikan kekurangan pada anak anaknya.

Alvino di tinggalkan bundanya saat ia menginjak usia lima belas tahun.

Karena itu ia sudah mengerti bahwa jika bundanya meninggalkannya seluruh kasih sayang yang di berikan oleh bundanya akan hilang.

"Yaudah. Aa yang jadi kucingnya, apa cia yang jadi kucingnya?" cia langsung menunjuk dirinya dan turun ke bawah untuk menutup matanya pada dinding kamar Alvino.