58.ALVINO

743 25 1
                                    

Haiii!!

Update lagi nihhh...

Thank you very much 100k, I am really touched to see people excited like this, thank you 🤍

Kapan kapan aku update lebih, insyaallah🙏🏻🤩

Pelan pelan baca nyaa yaaa...

Selamat membaca 🤍

..

Satu minggu berlalu tidak ada tanda tanda Alvino akan sadar dari komanya, detak jantung yang lemah serta suara monitor memenuhi ruangan yang dari satu minggu itu tidak ada perubahan.

Semua sudah Adi lakukan untuk putranya bahkan pengobatan yang ia peroleh terus berjalan dengan alat alat teknologi penyembuhan untuk Alvino yang ia pesan dari luar negeri, kondisinya memang tidak stabil tapi dengan alat alat yang melekat di tubuh anaknya membuat dirinya berharap semuanya akan baik-baik saja.

CEKLEK

Suara pintu terbuka menampilkan wanita yang memakai pakaian pasien sama dengan laki laki yang terbaring lemah di atas brankar besar di ruangan tersebut, Airlyn menatap sekeliling ruangan yang di tempati oleh Alvino dengan mata yang sedari tadi berembun, air matanya langsung luruh di wajah cantiknya menatap sang suami yang berjuang hidup di ambang kematian.

Alat alat terpasang sempurna di seluruh tubuh suaminya, membuat Airlyn sesekali menghapus air mata yang tidak mau berhenti itu.

Kakinya melangkah pelan dengan tangan yang terus menerus mengusap air mata yang berlomba lomba berjatuhan, sampai di brankar milik Alvino Airlyn langsung mengambil tangan laki laki itu yang terasa dingin di telapak tangannya, tangan yang terlihat kurus di pasangkan infus itu ia kecup lembut dan tersenyum tipis.

"Ternyata kamu pamit untuk ini" gumam Airlyn menatap sendu ke arah mata Alvino yang tertutup, Airlyn langsung naik ke atas brankar milik Alvino dan berbaring di sebelah laki laki itu.

Wajah tampan yang tertutup oleh alat pernafasan itu membuat Airlyn menitikkan air mata, wajahnya pucat pasi dengan segala alat yang membantunya untuk bertahan hidup saat ini.

Airlyn mendekatkan kepalanya di bahu Alvino dan menutup matanya sesaat, "Bangun Al aku hancur liat kamu kaya gini, maafin aku, ini semua gara gara aku. Harusnya aku yang di posisi ini, bukan kamu" tangisan Airlyn pecah di samping tubuh Alvino yang terbaring.

"Kamu janji gak akan tinggalin aku kan?, kamu janji untuk selalu ada sama aku dan ximi kan?. Kamu tahu? Anak kita lahir, dia sangat tampan sangat mirip sama kamu, kamu udah janji kalo ximi lahir kamu yang akan kasih nama ke dia, aku gak tahu nama apa yang kamu siapkan untuk ximi. Ayo bangun liat anak kita dan kasih nama yang udah kamu siapkan" Airlyn menatap Alvino dari samping dengan tangan yang sedari tadi bertaut, "Aku sayang sama kamu, ayo bangun. Setidaknya kamu bangun untuk ximi, meskipun kamu ingin ketemu bunda setidaknya ajak aku juga, jangan tinggalin aku dengan kesedihan ini."

"Aku melahirkan ximi karena aku berjanji akan selalu ada sama kamu, dan kamu juga harus sama seperti itu, kamu harus bangun dan jangan ingkar janji untuk ninggalin kita berdua" Airlyn menyenderkan kepalanya ke bahu Alvino dengan isakan kecil, sang empu yang di ajak bicara hanya diam dengan mata yang masih tertutup.

"Kamu tahu Al?, sebenarnya aku gak mau liat ximi, kenapa? Karena setiap kali aku liat dia rasanya itu sakit banget. Aku perang dengan ego aku, aku gak mau gendong dia sampai gak mau beri dia asi karena aku terbayang wajah kamu yang gak berdaya waktu itu, maafin aku karena egois dan buat ximi kelaparan seperti itu. Bukan karena aku gak bisa nerima ximi, tapi aku takut.." jeda Airlyn dengan isakan kecil.

ALVINO [Instact But Fragile]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang