Gerakannya patah-patah pada saat Baron memutar badannya. Di ambang pintu kamar mandi nampak remaja sawo matang tengah menatapnya tajam. Spontan Baron bergidik, Yang pasti dia bukan takut akan cara tatap remaja itu melainkan... Manik matanya turun ke bawah, Ia meringis sekaligus kagum.
Masih tidur saja barang remaja itu besarnya seperti jari tengah, jari manis dan jari kelingking jika disatukan. Beda ukuran bila dibandingkan dengan kepunyaannya yang sebesar dua jari.
Kandra, "Apa Lo liat-liat!?" Bentaknya berwajah bengis.
Ia ketar-ketir, "Itu... Anu..." Baron kelabakan ingin menjelaskan situasi canggung yang dirasakannya sekarang.
Kandra jadi geram akan pemuda sipit itu, "Itu anu apa!! Ngomong yang jelas dong! Gue hajar juga lama-lama!"
Baron memekik, "Lo gak pake handuk cuk! Sialan!! Ampun itu gajah Lo lagi terjun payung di udara!" Menutup mukanya dengan posisi terenggang antara jari tengah dan telunjuknya. Dia makin gregetan melihat lelaki itu belum sepenuhnya sadar maksud ucapannya.
Barulah saat menunduk refleks Kandra meletakkan tangan serta merapatkan area bawahnya disertai umpatan, "Sat! Lo juga ngapain nutup mata kayak gitu, Sama aja bohong!" Cibirnya sambil menyampingkan sedikit badannya.
Cengiran Baron membuat gigi-giginya terlihat, "Hehehe... Cuma bandingin doang" Lantas tertawa kecil yang mana mata sipitnya nyaris mengatup.
Mendengus lantas pria itu bertanya, "Siapa Lo! Ngapain di kamar gue?"
Baron, "Kenalin gue tukang bersih-bersih baru disini" Ucapnya memperkenalkan diri.
Manggut-manggut dipaksakan, Kandra mengarahkan jari telunjuknya ke handuk di gantungan lemari, "Karena Lo babu disini, Ambilin gue handuk"
Baron mengarahkan jari pada dirinya sendiri, "Nyuruh gue?"
Kandra mendesah malas disertai bola matanya yanb berputar, "Nggak, Gue nyuruh setan, Ya Lo lah!"
Baron, "Ck, Ngerepotin!" Bisiknya lanjut menarik handuk dari lemari.
Walaupun dia berbisik, Nyatanya Kandra masih dapat mendengarnya, "Heh! Ngomong apa Lo barusan hah?! Mau gue pecat?"
Remaja sipit tersebut melirik lelaki telanjang disana dengan tatapan sinis serta remeh, "Sorry, Yang bisa pecat gue cuma Bu Asni sama Pak Wijaya doang... Lo? Situ siapa?" Kata Baron pedas.
Sontak Kandra menggertakkan gigi, "Heh! Gue Kandra, anak pertama di keluarga ini! Selain Papa sama gue, Gak ada yang punya wewenang lebih di rumah ini, Pelac*r sama anaknya itu bukan siapa-siapa disini!"
Baron menggerak-gerakkan bibirnya mengejek pria di ambang pintu tersebut, "Nye nye nye..., Nih tangkap!" Dilemparkannya handuk tersebut.
Ujung mata Kandra berkerut-kerut, "Lo....!" Kesalnya disela-sela memasang handuk di pinggang.
Acuh dengan remaja diseberang sana Baron melanjutkan pekerjaannya dalam memungut sampah, "Kamar Lo mirip kandang oik oik" Ejeknya. Mendongak saat merasa kepalanya menabrak sesuatu yang ternyata adalah kaki Kandra yang tak tau kapan berdiri di depan.
Jujur saja, Menurut Baron, Kandra ini memang ganteng, Kulitnya... Aaaah! Itu benar-benar warna impian Baron, Dia iri!
Kandra, "Lo penjual naget yang semalam itu kan?" Tebaknya seketika.
Alis mata Baron sedikit turun, Lantas menegakkan tubuhnya, "Sejak kapan gue ketemu sama Lo?" Tunggu, Usai diperhatikan lagi mengapa dia baru menyadari kemiripan pria ini dengan remaja yang berkelahi dengannya malam itu?
Diantara linglung, Perkataan lelaki didepan selanjutnya membuatnya melebarkan mata, "Kita ketemu semalam, Gue yang mereka panggil bos itu, Masih inget?" Kandra memainkan alisnya sambil melipat tangannya di dada. Berdasarkan ingatannya, Dia yakin tebakannya akan benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU, RASCAL!! (END)
RomanceBerawal dari perawan adiknya yang direnggut oleh nama 'Trikandraputra', Si Sipit Adebaron Utami berkelahi dengan ketua geng X dari SMK Langga 99, Sekolah di desa tetangga. Kandra. Dengan kasar Kandra menghempas tangan Baron, "Heh! Sejak kapan gue ke...