60. Hadiah Untuk Kandra

4.6K 481 13
                                    

Arifin mencoba mengejar langkah remaja didepan sana sambil  memanggilnya, "Yang, Berenti napa sih, Gue salah apa coba?"

Vito menyahut tanpa menoleh ke lawan bicaranya, "Yang yang, Pala Lo peang! Gak usah ngikutin gue!" Ketusnya.

Ia berjalan menghentak-hentakkan kaki yang mana suaranya membuat pelajar-pelajar lain menatapnya risih, "Gara-gara Lo, Gue ngebiarin Kandra menang!" Lanjutnya menggerutu sepanjang jalan.

Arifin menganga, "Hah?" Tidak paham akan ucapan Vito. Seingatnya dia sama sekali tidak melakukan apapun selain berteriak di awal pertandingan tadi. Itupun dia melakukannya sebab terpukau dengan Vito, Bukan Kandra. Jadi mengapa Vito menyangkut-pautkan dia dengan keponakan tirinya?

Vito cuek, Saking marahnya ia tidak mau repot-repot menatap wajah makhluk yang telah mengklaimnya sebagai pacar satu Minggu lalu itu.

Berbelok masuk begitu dia tiba di perpustakaan. Langkah Vito memelan sebab guru penjaga perpustakaan memberinya kode berupa tatapan galak.

Remaja yang mengikutinya pun melakukan hal serupa yaitu memperlambat jalannya tapi tetap mengikuti kemana arah tujuan Vito. Rupanya sang pacar melangkah ke pojok ruangan yang terdapat banyak rak buku berisi pelajaran matematika.

Ia seketika berhenti, Wajah ganteng Arifin menunjukkan ekspresi ngeri, "Njir, Pacar gue kalo ngambek sukanya baca buku matematika? Wah gila nih, Suatu keunikan yang langka" Pujinya hampir bertepuk tangan tapi segera sadar jika tempat ini adalah perpustakaan.

Dia segera memposisikan diri disebelah kanan Vito, "Gue salah apa sih? Semenjak keluar dari lapangan itu Lo gak mau natep gue, Gue panggil juga Lo cuek bebek. Gue kurang ganteng ya?" Ia bertanya sambil berpura-pura memilih buku. Aslinya jika disuruh, Arifin lebih baik tiduran di perpustakaan daripada membaca buku-buku ini.

Lawannya yang sementara fokus pada buku sontak terlonjak lantas menoleh, "Najis! Mending Lo pergi sana" Usirnya berbisik.

Namun bukannya menurut, Arifin malah menampilkan senyum manis andalannya, "Akhirnya Lo mau natep gue juga" Kedua alisnya ia gerakkan keatas kebawah.

Kontan Vito melotot dengan tatapan sengit, Tetapi ia terpaku pada wajah Arifin. Sebelumnya dia tak menyadari ini, Arifin itu memiliki satu lesung pipi yang ada di sebelah kiri paling atas dekat dengan matanya, Unik dan... Ganteng. Sadar akan pemikiran bodohnya, Vito menggeleng cepat lalu meraih buku dan menamparnya ke pipi Arifin.

Plak

Refleks memegang pipinya, Arifin nyaris menjerit bila tangan satunya tidak cepat membungkam mulutnya, "Sat! Main nampar buku sembarangan, Muka gue sakit Yang!" Ucapnya sepelan mungkin.

Vito merotasi matanya, "Emang gue peduli?" Sebelum lanjut mengamati buku di depannya. 

Begitu menemukan buku yang tepat dia pun duduk di bangku dan mulai membaca isinya dengan serius.

Arifin manyun lantas turut mendudukkan pantatnya di sisi kanan Vito. Buku yang diambilnya dari lemari cuma Ia taruh asal di atas meja. Bertopang dagu menggunakan sebelah tangan, Arifin memilih setia memperhatikan sang pacar yang sangat fokus membaca buku matematika.

Kadang, Vito tampak berpikir seperti mencari-cari jawaban atas tulisan yang dilihatnya, Kadang juga berdecak kesal, Bahkan tak sedikit Arifin memergoki Vito mengulas senyum.

Pelan tapi pasti, Arifin juga ikut menarik kedua sudut bibirnya. Meski merasa ngeri akan hobi aneh Vito namun ketertarikannya semakin besar pada remaja ini.

Cinta datang tanpa diundang, Itu benar. Jiwanya bergetar hanya karena elusan hangat Vito di kepalanya pada saat di warung itu. Dia memutuskan untuk menjadikan Vito sebagai pacarnya. Konyol dan bodoh, Tapi setidaknya ia tak menyesal.

LOVE YOU, RASCAL!! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang