Kandra menepuk-nepuk pipi Baron, "Yang, Bangun. Nih gue bawain bubur"
Baron menggeliat, "Nghhh... Udah jam berapa?" Tanyanya dengan suara serak basah.
Yang ditanyai menelan ludah samar mendengar suara pacarnya, "Udah jam 7"
Spontan matanya terbuka lebar. Baron langsung bangun namun batal begitu sesuatu di belakangnya berbunyi, "Auuh!" Dia seketika menelungkupkan badan di ranjang sambil meringis memegang tulang punggung.
Kandra, "Pffftt... Siapa yang nyuruh Lo bangun kek gitu, Sakit kan" Nasihatnya ikut duduk di pinggiran ranjang dan mengurut lembut punggung pacarnya.
Baron memberi remaja itu delikan tajam, "Gue lupa sholat subuh goblok! Lagian siapa yang udah bikin gue kek gini hah?!" Dengan kesal menendang punggung Kandra menggunakan lututnya.
Tak ada yang Kandra lakukan selain tertawa, "Hahaha... Maaf Yang, Habisnya Lo bikin gue sange berat"
Mendengkus, Baron kembali membenamkan wajahnya di bantal, "Kalo tau begini mending gue aja yang jadi semenya"
Kandra terkekeh, "Hehehe... Ya jangan dong Yang, Sini gue bantu" Kandra membangunkan Baron kemudian didudukkan di pangkuannya.
Baron protes, "Gue masih kotor njir!"
Kandra, "Udah gue mandiin tadi subuh"
Baron, "Terus kenapa gue gak Lo pakein baju hah?"
Cup
Kandra mengecup kuat bibir Baron, "Males. Gue masih pengen liat Lo telanjang, Seksi" Kedua alisnya naik turun dengan pandangan menggoda.
Si Sipit mengumpat, "Cuk! Mana buburnya?"
Hela nafas, Kandra melingkarkan satu tangannya di pinggang Baron guna menahannya agar tetap berada di kedua pahanya sambil menggeser perlahan tubuhnya ke dekat nakas lalu mengambil bubur yang telah dibelinya, "Nih"
Mengangguk singkat, Baron bermaksud mengambilnya namun Kandra yang gesit menjauhkan benda ditangannya. Si Sipit yang tidak memiliki tenaga lagi akhirnya pasrah, "Apa lagi sih?"
Kandra, "Gue suapin" Ia membuka wadah plastik, "Mau diaduk atau nggak?"
Baron berdecak, "Serah Lo aja ah! Males gue, Badan rasanya kek belah dua!"
Tertawa geli, Kandra memilih mengaduk bubur baru kemudian menyuapnya ke mulut Baron. Melihat pacarnya makan dengan ogah-ogahan, Kandra berdecak, "Ck! Makan yang bener. Atau nggak kita main lagi nih, Kebetulan gue sange"
Baron cemberut, "Gimana gue mau fokus makan, Ini badan diantara hidup dan mati tau nggak!"
Sejenak Kandra memperhatikan Baron yang tingginya hampir sama dengannya, "Tinggi Lo berapa sih? Perasaan kita hampir sama deh" Dia bertanya tanpa menghentikan kegiatan dalam menyuapi Baron.
Dengan bangga Baron menjawab, "181 sentimeter, Tinggi kan? Terus Lo berapa? Pasti 170 kan?" Ejeknya ponggah.
Tersenyum remeh, Kandra menepuk dadanya, "Sory, Gue itu emang pantesnya ya jadi seme. Tinggi gue 184 sentimeter"
Ekspresi terkejut nampak jelas di wajah Baron, "Wih! Berarti Lo lebih tinggi dong dari Kak Martin"
Alis Kandra naik, "Kak?"
Si Sipit menatap aneh pacarnya, "Dia kan kakak kelas gue, Jadi gue panggilnya kakak. Napa Lo?" Ia balik bertanya.
Kandra berwajah masam lalu menyimpan wadah bekas bubur di atas nakas, "Mulai sekarang gak usah panggil tuh anak kakak lagi"
Baron, "Napa emang?"
Kandra, "Gue gak suka"
Senyum jahil Baron terbit, Lantas mencolek-colek dagu Kandra, "Cemburu ya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU, RASCAL!! (END)
RomanceBerawal dari perawan adiknya yang direnggut oleh nama 'Trikandraputra', Si Sipit Adebaron Utami berkelahi dengan ketua geng X dari SMK Langga 99, Sekolah di desa tetangga. Kandra. Dengan kasar Kandra menghempas tangan Baron, "Heh! Sejak kapan gue ke...