49. Panen Semangka Di Rumah Vito

3.7K 380 9
                                    

Ia terkekeh kecil, "Gue putus sama Fani"

Wati mengeryit heran, "Putus? Kok bisa? Kalian itu langgeng loh hubungannya, Udah setahun malahan"

Vito, "Tadi malem gue ketemu dia di Diskotik lagi mabuk terus ciuman sama cowok lain, Sakit hati gue Ti, Padahal nih ya banyak cewek yang nembak tapi gue tolak cuma buat dia, Sekarang apa yang gue dapetin dari kesetiaan gue sama Fani?"

Mengulas senyum tipis, Wati gantian mengelus-elus punggung temannya, "Sabar Vit, Pasti ada gantinya kok"

Qori yang turut prihatin segera menghibur, "Sabar bro, Kalo Bos gue jadian sama penjual naget itu, Lo bisa kok ambil Arifin, Gue ikhlas lahir batin" Ujarnya bersungguh-sungguh.

Vito, "Bangke! Gue ogah lahir batin! Kalo Lo, Mau nggak jadi gantinya Fani?" Dia bertanya pada Wati sambil memainkan alisnya.

Wati menampar lengan Vito, "Dasar! Ntar gue pikir-pikir dulu"

Sementara, Baron yang serupa mainan kini sangat marah dan bergerak menghempas genggaman tangan dua remaja itu darinya, "Gue naik sama temen Lo!" Sebelum mereka menganggapi Baron lebih dulu berlari dan langsung duduk dibelakang Qori, "Gue nebeng!"

Qori gelagapan, "Yah jangan dong! Lo gak liat tuh tatapannya Bos gue udah kayak mau nelen kita bulat-bulat!" Ia meringis melihat wajah sangar Kandra yang ditujukan untuknya.

Baron, "Udah jalan aja, Tenang biar gue yang nonjok kalo dia berani nyentuh Lo"

Arifin berkacak pinggang, "Turunin dia! Jangan sampe gue hajar Lo!" Ancamnya pada Qori.

Kandra menimpali, "Qori, Turunin Baron!"

Qori bertambah gugup, "Turun ya, Gue beneran takut ini!"

Namun Baron acuh dan malah memeluk Qori, "Vit, Lo jalan duluan biar nih anak ngikutin Lo dari belakang, Dia pasti belum tau rumah Lo dimana"

Vito berpose hormat, "Siap! Ayo naik Ti" Wati mengangguk dan segera naik ke belakang Vito. Tak lama dua motor itupun pergi meninggalkan Kandra dan Arifin yang bengong di tempat.

Tak ingin membuang waktu Arifin bergegas menyusul mereka. Kandra berdecak sebelum naik motornya lantas mengikuti 3 motor didepannya.

Rumah Vito tidaklah jauh dari Lapangan sehingga dalam 6 menit saja mereka sudah tiba di depan rumahnya, Sebuah bangunan tembok besar yang kelihatan sederhana dan bersih. 

Pak Hermadi yang merupakan ayah Vito adalah juragan buah. Pemilik berhektar-hektar kebun buah, Banyak macam dan jenisnya. Dulunya beliau juga bersahabat dengan almarhum ayah Baron bahkan ibu Baron merupakan kerabat jauh dari Pak Hermadi.

Jika Baron dan Ririn memiliki waktu luang mereka akan disuruh mampir ke rumah Vito. Keduanya sudah mereka anggap anak sendiri malah dulu berencana untuk mengadopsi keduanya namun Baron menolak. Ia tau diri dan tidak mau merepotkan orang baik seperti mereka.

Begitu mereka turun, Dua bocah  kembar berusia 5 tahun menghampiri dan memeluk kaki Baron, "Bang Baron!" Seru mereka bersamaan.

Baron tersenyum geli dan menggendong dua bocah itu, "Vian, Vion habis main darimana kok bau?"

Vian cemberut lalu mengendus-endus tubuhnya sendiri, "Kita habis dari kebun semangka dibelakang rumah! Wangi kok!" Bantahnya sebal.

Vion mengangguk-angguk, "Bang Baron senengnya ngejek mulu!"

Si Sipit tertawa lepas, "Canda doang, Gitu aja marah"

Vito berdengus, "Turun! Lo berdua tuh berat! Baron itu capek habis bikin balai desa baru sama Abang tadi!" Titahnya galak.

LOVE YOU, RASCAL!! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang