Haris bersenandung kecil diatas motornya. Entah kenapa malam ini dia sangat ingin pergi ke rumah sang pujaan hati, Pastinya untuk bertemu Ririn. Ia benar-benar senang Ririn telah putus dari Alsa.
Meskipun Ririn belum menunjukkan tanda-tanda ingin membuka hatinya untuk Haris, Tak mengapa. Haris sudah berjanji jika dirinya akan membuat gadis itu jatuh cinta dengannya, Apapun caranya intinya usaha dulu.
Beberapa menit kemudian dia sampai. Memarkir asal motornya, Tak lupa mengambil kresek berisi martabak dari sadel depan, Haris pun melangkah ke teras rumah Baron dalam perasaan bahagia.
Tarik nafas dan hembuskan, Haris mengucap salam, "Assalamualaikum" Sambil mengetuk pelan pintu Rumah.
Sunyi...
Haris kembali berkata, "Assalamualaikum, Baron! Ini gue Haris! Bukan dedemit!" Ucapnya setengah bercanda.
Tapi tetap saja masih sepi, Tak ada sahutan dari dalam.
Alisnya naik, "Tumben mereka gak jawab salam gue..." Monolognya bertanya-tanya. Sejenak dia menengok kanan kiri, Berjaga-jaga siapa tahu ada orang yang melihat perbuatan yang akan dia lakukan ini dan mengiranya seorang pencuri... Bisa gawat urusannya!
Merasa aman, Haris pun memberanikan diri untuk mendorong pintu rumah. Dia kaget bukan main karena pintunya memang tidak terkunci. Lebih tidak percaya lagi akan isi rumah Baron yang berantakan, Ada kresek berisi semangka yang telah pecah di lantai juga keadaan rumah nampak sepi bagai tak berpenghuni.
Ia dilanda panik terus membuang martabaknya sembarangan dan berlari masuk ke dalam. Semua tempat ditelusurinya mulai dari ruang tamu, Dapur, Belakang rumah dan terakhir Haris memeriksa kedua kamar mereka, Kosong.
Tak ada satupun tanda-tanda keberadaan dua remaja itu. Pikiran Haris langsung kacau, Namun sebisa mungkin dia menghibur diri, "Tenang Ris... Tenang..." Ia tarik nafas pelan-pelan dan menghembuskannya perlahan. Disaat seperti ini dia harus rileks agar otaknya lebih bekerja.
Lalu nama Vito langsung terlintas di benaknya. Haris merogoh saku dan mengeluarkan ponselnya dilanjut menghubungi Vito.
"Halo? Napa nelepon gue Ris?"
Haris, "Lo tau Baron sama Ririn dimana?" Tanyanya.
"Hah? Baron sama Adeknya? Ririn sih gue gak tau dia dimana tapi kalo Baron tuh anak baru aja gue anter pulang tadi! Jam setengah delapan kita udah balik kesana, Ini aja baru jam sembilan, kan gak mungkin tuh anak keluyuran malam apalagi sampe bawa-bawa adiknya segala!" Tutur Vito dari seberang telepon.
Kecemasannya kian bertambah lagi usai remaja diseberang sana berkata demikian.
"Halo Ris? Lo masih disana kan?"
Haris tersentak dan menjawab, "Lo udah mastiin belum kalo Baron beneran pulang ke rumahnya?"
"Iyalah! Orang gue sendiri yang nganter! Lo pikir gue bonceng Baron jadi-jadian apa!" Omel Vito gemas.
Ia menggaruk kasar rambutnya sambil berjalan mondar-mandir di ruang tamu, "Duh... Gimana ngejelasinnya ya..."
Vito yang merasakan kejanggalan lantas bertanya, "Ada apaan sih? Kok gue denger Lo kayak panik gitu? Jujur sama gue Ris! Jangan bikin gue takut dong!" Desaknya. Jujur perasaan Vito mulai tidak enak, Dia teringat ucapan Baron saat di jalan menuju ke rumah sahabatnya itu.
Haris, "Tunggu bentar jangan sampe Lo matiin teleponnya, Gue mau mastiin sesuatu dulu sama Bu Ina" Usai berucap dia langsung bergegas menuju rumah tetangga Baron yang berada pas disamping rumah.
Haris, "Assalamualaikum!"
Ceklek...
"Waalaikum salam, Eh Haris toh, Tumben main ke sini, Biasanya kan sama Baron dulu" Celetuk Bu Ina ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU, RASCAL!! (END)
RomanceBerawal dari perawan adiknya yang direnggut oleh nama 'Trikandraputra', Si Sipit Adebaron Utami berkelahi dengan ketua geng X dari SMK Langga 99, Sekolah di desa tetangga. Kandra. Dengan kasar Kandra menghempas tangan Baron, "Heh! Sejak kapan gue ke...