20. Menolak Bantuan Kandra

6.1K 549 8
                                    

Sepanjang jalan Baron selalu menutup wajahnya dengan kresek berisi selimutnya sementara Kandra tak henti-hentinya tergelak.

Baron mencibir, "Ntar kemasukan lalat tau rasa!"

Kandra, "Mana ada lalat malam-malam gini, Oon Lo!"

Baron, "Bisa nggak berenti ketawanya?"

Mendengar permintaan Baron, Tawanya malah menjadi-jadi, "Hahaha... Ahaha... Bisa-bisa kena diare gue"

Baron mengamini, "Amin..."

Kandra melirik penumpangnya dari kaca spion depan, "Rumah Lo masih jauh gak?"

Baron, "Enggak, Tuh..." Mengarahkan jari telunjuknya pada sebuah rumah kecil di pinggir jalan.

Laju motornya ia pelankan dan berhenti tepat di depan teras rumah, "Gak mau mampir?" Tawar Baron saat turun dari motor.

Sekilas ia memandangi rumah Baron, "Kayak kita akrab aja!" Sahutnya.

Baron, "Yaudah kalo gak mau, Lagian yang sok-sokan akrab sama gue itu Lo bukan gue! Sana pergi!"

Ceklek...

Kedua pemuda itu sontak menoleh pada pintu, Mendadak mereka memekik bersamaan, "Setan!!!"

Ririn spontan keluar dari rumah dengan rambut panjangnya yang berantakan, "Setan! Mana? Mana setannya?" Gadis itu celingukan.

Sadar jika itu adiknya Baron mengusap-usap dadanya, "Ngagetin kamu Rin! Ngapain keluar gak ngiket rambut kayak gitu? Udah mirip Mbak kunti tau nggak, Mana pake baju kedodoran warna putih lagi" Omelnya gemas pada Ririn.

Ririn cengengesan, "Maaf Bang"

Perhatian gadis itu pindah pada remaja yang masih berada diatas motor, Dia menatap Kakaknya, "Bang, Itu temen Abang ya?" Baron mengerutkan keningnya sedang Kandra menyeringai samar.

Baron menunjuk Kandra, "Kamu gak kenal sama dia?"

Gelengan kepala Ririn kian membuat Baron kelimpungan, Diam-diam ia memandang Kandra. Pria sawo matang itu malah tersenyum serta memainkan alisnya naik turun seakan berkata, "Apa kata gue, Bener kan? Bukan gue pelakunya!" Seperti itu lewat sorotan matanya.

Si Ririn yang belum paham akan keadaan ini bertanya lagi, "Kenapa Bang?"

Dalam gerakan cepat Baron menggeleng, "Nggak, Bukan apa-apa, Sana kamu buruan tidur ini udah hampir jam 12 malam, Ntar kesiangan bangunnya" Gadis itu mengangguk polos kemudian kembali masuk kedalam rumah.

Entah kapan Kandra tiba-tiba saja sudah berdiri disampingnya lantas merangkul remaja bermata sipit tersebut, "Gue bilang juga apa, Bukan gue kan pelakunya?"

Baron, "Ririn nyembunyiin apaan dari gue?" Monolognya berwajah agak sedih. Dia tak menyangka bahwa adiknya tega berbohong padanya. Sebagai seorang Kakak, Memangnya siapa yang tidak kecewa bila satu-satunya adik yang dimiliki sudah tak menaruh kepercayaan lagi kepada kakaknya sendiri?

Menyadari hal itu Kandra menawarkan bantuan, "Buat ngebersihin nama baik, Gue bakal bantuin Lo buat nemuin pelaku sebenarnya, Gimana?"

Baron menampar tangan yang melingkari pundaknya, "Gak sudih! Sebagai Abang yang bertanggung jawab gue bakalan ngurus masalah keluarga gue sendiri, Tanpa bantuan sekalipun itu Lo!" Kemudian melenggang masuk ke rumahnya.

Kandra, "Serah Lo deh!"

Sebelum menutup pintu Baron berucap, "Jangan lupa duit gue 5 juta besok gue tunggu di rumah Lo!"

***

Pagi ini terasa aneh bagi Ririn, Pasalnya sang kakak terlihat lebih banyak diam. Meremat sendok ditangannya Ririn memberanikan bertanya, "Bang, Kok dari tadi diam?"

LOVE YOU, RASCAL!! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang