18. Diajak Tawuran

5.1K 539 0
                                    

Kandra menoleh ke kiri memperhatikan penjual mainan anak-anak, "Gue tau Lo pasti seneng kan dapet selimut murah?" Sindiran itu ia maksudkan untuk cowok sipit yang berjalan disamping kanannya.

Baron memeluk erat kresek hitam di dadanya, Menghirup aroma khas yang dimiliki benda ditangannya itu, "Seneng banget! Biasanya gue nemu harganya 90 ribu keatas, Yang ini cuma 70 ribu terus tebel lagi!" Jujurnya.

Sontak kembali memandang pemuda sipit yang berjalan sedikit didepannya cukup lama. Lantas berkata, "Barusan nemu orang yang jujur soal perasaan kayak Lo" Pujinya tanpa sadar.

Baron menengok ke belakang, "Kok gue merinding disko ya? Apa disini ada makhluk halusnya? Iiih...! Ngeri!" Si sipit mempercepat gerakan kakinya. Untuk sekarang dia akan melihat-lihat baju.

Kandra, "Lo kata gue hantu!"

Remaja yang ia ajak bicara saat ini tengah mengelus-elus kain baju yang dipajang oleh si penjualnya, "Mending Lo balik sama temen-temen Lo itu daripada ngikutin gue terus, Berasa kayak lagi ngedate aja" Celetuknya.

Kandra, "Males gue, Akhir-akhir ini gak ada tawuran, Geng gue pada nganggur, kerjaan kita cuma nongkrong tiap malem"

Baron, "Bodo amat! Bukan masalah gue, Sana pergi!" Ia bergestur mengusir.

Namun lagi-lagi remaja bertindik telinga itu menolak, "Gak! Apa hak Lo ngusir gue?" Kandra mendekati Baron.

Dengan was-was Baron bergeser agak jauh, "Kalo Lo mau cari masalah jangan disini! Ntar pulang aja!"

Kandra, "Makanya jangan berani-berani buat nyuruh gue pergi, Kalo gue bilang nggak ya nggak!" Tegasnya.

Melihat calon pembeli, Datang seorang bapak-bapak menghampiri mereka, "Adek-adek mau cari baju model yang bagaimana? Nanti saya bantu cari, Soal harga pasti tidak mengecewakan!"

Baron, "Cari baju ukuran XL ada nggak Pak?"

Pria tersebut mengangguk antusias, "Oh ada lah Dek! Mari ke sebelah sini, Semua ukurannya sama-sama XL, Kamu tinggal pilih model sama warnanya doang kok" Baron mengikuti arah tunjuk si penjual, Tak lupa Kandra juga turut serta dari belakang.

Mata sipitnya terbuka mendapati banyak model baju kesukaannya, Kaos. Spontan diperintahnya Kandra untuk membawa kresek selimutnya, "Daripada Lo cuma ngikutin gue mending bawain nih kresek!" Sebelum Kandra memiliki waktu untuk protes, Baron sudah mendorong benda itu diperutnya.

Ia mendecih, "Ngerepotin!" Cibirnya. Namun tetap membawa kresek hitam yang kini ditentengnya.

Tuut...tuut...tuut

Dengan risih Kandra mengangkat panggilan telepon dari anak buahnya, Ia memaki "Apa lagi! Kan tadi udah gue suruh tunggu!"

"Ini gawat Bos! Qori sama 6 temen kita dikeroyok geng BAS dari SMK Murni Sejati!" Seru panik bawahannya dari seberang telepon.

Kandra membelalak, "APA?!" Yang selanjutnya kepalanya mendapat sabetan baju dari belakang karena posisinya sekarang sedang memunggungi Baron.

Baron mencaci, "Berisik! Suara Lo udah ngalahin toa masjid tau nggak!?"

Tetapi Kandra acuh dengan ucapan Baron dan lanjut menanyai anak buahnya, "Gimana bisa kecolongan! Kenapa ngebiarin mereka main-main ke daerah sebelah?!"

"Ma-maafin kita Bos, Mana tau kalo gini jadinya, Tadi mereka cuma bilang mau beli martabak telor doang, Eh tau-taunya sejam gak balik-balik, Sekalinya kesini mereka udah mirip martabaknya, banyak bercak-bercaknya!" Jelas si penelepon panik.

Remaja itu menggaruk-garuk kasar rambutnya kemudian memejamkan matanya diselingi hembusan nafas yang keluar dari mulut, "Yaudah, Lo semua ada dimana sekarang?"

LOVE YOU, RASCAL!! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang