42. Malam Penuh Kesialan

3.8K 408 13
                                    

Baron, "Anterin gue beli sepatu, sama sekalian beli sendal"

Kandra berdecak malas namun tetap menurut dan menjalankan motornya sampai didepan Mall yang rupanya tidak begitu jauh dari rumah sakit.

Kandra, "Udah kan? Buru turun! Ngapain Lo masih anteng di motor gue"

Baron, "Temenin gue ayo, Gue belum pernah beli sepatu di tempat beginian, Kalo di pasar udah dari jaman orok gue beli disana"

Kandra, "Ogah! Gue udah nahan sabar buat nganterin Lo kesini jadi jangan harap gue mau masuk ke dalem!"

Dengan kesal dia menjitak kepala remaja itu hingga maju ke depan, "Mana duit!"

Kandra, "Bisa gak sih minta baik-baik sama gue!" Geramnya mengusap-usap kepalanya yang sakit karena tidak memakai helm. Terburu-buru ke rumah sakit membuatnya lupa untuk menggenakan helm kesayangannya itu.

Jawaban Baron setelahnya semakin menaikkan emosinya, "Gak bisa, Lo bukan cewek yang harus gue lembutin"

Meski perasaan ingin menghajarnya begitu besar, Kandra berusaha sabar dan mengeluarkan dompet dari saku celananya lalu memberikan Baron kartu, "Nih, Gue gak bawa cash jadi pake ini" Dia menguncang kartu ditangannya.

Baron merampasnya lalu mencibir, "Gak usah dipamer juga kali kalo punya kartu item! Ini namanya cuma kartunya doang yang item, Utang 5 juta gak mampu bayar!"

Kandra, "Serah gue dong! Utang Lo bentaran aja" Jawabnya sombong.

Daripada semakin marah, Baron segera turun dan berjalan ke Toko sepatu. Kandra menyeringai ketika Baron masuk ke dalam. Lalu tertawa lepas sambil memukul-mukul stir motornya. Berani membuatnya seperti babu? Jangan mimpi!

Tiba disana seorang kasir berbaju hijau ketat yang mungkin sengaja memamerkan bentuk proporsional tubuhnya langsung menyambutnya ramah, "Adek mau beli sepatu yang gimana? Ih ngomong-ngomong ganteng deh!" Ucapnya genit.

Baron memaksa senyum terbit dari bibirnya, Lebih tepatnya menjurus ke ringisan daripada senyum, "Sepatu buat saya Bang, Anak SMA" Diam-diam ia menyumpah serapahi Kandra karena telah mengantarkannya ke tempat banci!

"Oh mari ikut Abang kesana" Baron pun mengangguk dan mengikuti penjaga ke lemari yang terletak di pojokan.

Selama perjalanan Baron tidak begitu fokus melihat langkah kakinya dan lebih banyak memandang tempat lain, Pasalnya pria didepannya seakan sengaja melenggak-lenggokkan bokong yang cuma dibalut celana panjang berwarna hitam tak kalah ketatnya dengan baju yang dikenakannya.... Ini penjaga kasir atau gigolo?

Ganteng sih iya, Tapi sayang... Waria!

"Nah ini pilih sesuka adek, Banyak macamnya, Atau sekalian Abang aja yang kamu beli?" Goda si penjaga mengedipkan mata.

Remaja sipit itu lagi-lagi harus memaksa untuk mengangkat sudut bibirnya, "Gak usah, Najisin makasih Bang"

"Ih mulutnya tajem deh setajem yang dibawah, Kalo gitu Abang mau balik ke meja kasir, Bye...~" Tidak marah apalagi tersinggung atas kata-kata pedas remaja tampan bermata sipit dihadapannya ini.

Baron tersentak, "Bangsat!!" Mengumpat ketika bokongnya diremas dari belakang.

"Ngomong-ngomong pantatnya berisi amat sih, Gemes saya liatnya, Kenyal-kenyal menggairahkan!" Ucap si penjaga yang lagi-lagi mengejapkan satu matanya sebelum lanjut berjalan disertai tawa cekikikan.

Jangan tanya seperti apa Baron saat ini, Emosinya serasa ingin meledakkan dirinya sendiri. Benar-benar gatal ingin meninju wajah pria mesum itu namun dia mati-matian meredamnya, Baron tidak mau membuat masalah di sini, Tapi dia tidak jamin setelah keluar nanti.

LOVE YOU, RASCAL!! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang