"Yang cepet Muh... Ah~ Disitu!"
"Aah... I-iya Bu"
Asni melingkarkan tangannya di leher remaja yang sedang menghentak-hentakkan penis di lubangnya. Dadanya memantul ke atas ke bawah disebabkan dorongan remaja diatasnya.
"Puting Ah... saya juga hisap Muh enngh..." Desahnya dengan mulut terbuka menahan kenikmatan yang luar biasa pada area bawahnya.
"Ba-nngh! Baik Bu" Cuma itu yang terucap dari Muha. Lalu mendekatkan mukanya, Mendadak langsung melahap puting payudara Majikannya penuh nafsu tanpa menghentikan kegiatannya menyerang lubang wanita dibawahnya.
Tergelinjang keenakan, Asni meremas-remas rambut Muha dalam gerakan gusar. Sesekali kepalanya akan menengok sana sini diselingi desahan yang keluar dari mulutnya. Mereka melakukan pergulatan panas ini di kamar Muha sendiri. Asni takkan bodoh untuk mengajak berhubungan seks di kamar miliknya dan suaminya.
"Aaannh~!" Desah Asni kala penis pembantunya, Muha mengeluarkan mani di vaginanya.
Muha terengah kelelahan, "Hah... hah... B-Bu, Tugas hah... Saya selesai kan?" Tanyanya sambil mencabut batangnya kemudian mengelapnya memakai tisu yang diletakkan asal di ranjang tempat tidur yang menjadi saksi bisu perbuatan dosa mereka.
Asni bangun dan langsung mencium sayang pipi Muha, "Memang ya, Tenaganya anak muda itu tidak main-main, Nanti gaji kamu saya naikkan" Wanita itu mencolek genit dagu pemuda itu.
Jika diteliti lagi, Tak ada raut senang di wajah Muha, Malah sebaliknya. Tahun ini dia baru akan berusia 20 tahun. Diumur yang semuda itu Muha tidak kuliah, SMA saja tidak lulus sebab tidak memiliki dana. Juga ibunya yang sakit-sakitan di kampung membuatnya terpaksa merantau ke desa ini demi mencari pundi-pundi rupiah.
Syukurlah secara kebetulan Muha dipertemukan dengan Pak Wijaya. Pria dermawan itulah yang menerima dan memperkejakannya di rumah ini 1 tahun yang lalu. Awalnya biasa saja, Ia juga cepat akrab dengan pembantu-pembantu di sini. Tiba-tiba sakit ibunya di kampung bertambah parah. Bibinya, Adik kandung dari Ibunya mengatakan bahwa mereka melarikan sang Ibu ke rumah sakit.
Mau tidak mau Muha terpaksa harus mencari pinjaman. Niatnya ingin meminjam ke pak Wijaya, Sayangnya beliau sedang bertugas ke luar kota selama 2 bulan, Membuat Muha tidak punya pilihan selain beralih ke Bu Asni. Majikannya tersebut dengan senang hati meminjamkannya uang, Bisa dikatakan memberi bukan meminjamkan. Jelas kebaikannya tidak gratis, Muha dimintanya untuk menjadi brondong simpanannya sebagai ganti uang yang diberikan.
Tentu saja Muha menolak dan agak terkejut akan permintaan aneh majikannya. Ia sendiri sudah memiliki tambatan hatinya di kampung. Tujuannya mencari pekerjaan juga cuma untuk membantu biaya perawatan sang Ibu serta mengumpulkan uang agar secepatnya bisa melamar kekasihnya.
Asni yang kala itu sangat tergila-gila pada tubuh Muha jelas tidak mau mengalah. Ia pun dengan tegas menolak memberikan pinjaman dan mengancam akan memecat Muha. Remaja yang masih lugu tersebut langsung ketakutan. Selain di sini, Dimana lagi orang yang mau mempekerjakan seseorang tanpa pendidikan seperti dirinya?
Menemui jalan buntu sementara kondisi Ibunya kian parah di rumah sakit, Muha terpaksa menerima tawaran Bu Asni. Keperjakaan yang sudah dijaganya raib begitu saja bersama majikan perempuannya malam itu.
Dosa... Dosa... Satu kata yang terus melintasi otaknya sampai sekarang. Pak Wijaya begitu baik tapi Muha dengan teganya menjadi simpanan istri beliau... Apa yang harus dia lakukan selain pasrah akan keadaan?
1 tahun berlalu cepat dan Ia masih menjadi brondong Bu Asni. Setidaknya bersyukur Ibunya dapat sehat kembali meski Muha tak pernah menjenguknya di kampung, Dengar kabar saja dari Bibinya jika sempat menelepon.
Dengan tatapan kosong Ia menatap majikannya ke kamar mandi sebelum maniknya terpaku pada cermin lemari kamarnya. Bibirnya berkerut, Matanya berkaca-kaca siap menangis namun semampu mungkin ditahannya. Cupang kemerahan di sekujur dadanya membuat remaja itu jijik memandangi dirinya.
Apa nanti yang Pak Wijaya katakan ketika tahu hubungan istrinya dengan pembantu sendiri? Karena faktanya bukan cuma Muha saja berondong simpanan Bu Asni. Total di rumah ini terdapat 12 orang pembantu termasuk satu satpam penjaga pintu gerbang, Yang izin pulang kampung dan terakhir Baron. 5 orang lainnya perempuan sedang sisanya jelas laki-laki dan Muha jadi salah satunya.
Dari 7 pembantu pria, Ada 2 yang nyaris seusianya juga menjadi simpanan majikan perempuannya. Alasan mereka pun sama, Terpaksa meminjam karena kebutuhan mendesak dan takut dipecat. 2 orang yang tersisa bernama Husain dan Ali. Mereka aman dari Bu Asni karena sudah beristri dan beranak juga, Mereka seumuran Pak Wijaya.
Tersisa Baron seorang yang masih diincar oleh Asni. Muha juga turut khawatir, Siapapun tak dapat menyangkal pesona remaja bermata sipit itu. Kalau menurut Muha pribadi, Pasti Baron adalah tipe yang paling digilai oleh para kaum hawa, Tak terkecuali Bu Asni.
Asik-asiknya melamun dia tidak sadar kalau Majikannya sudah keluar berbungkus baju mandi yang menutupi tubuh rampingnya, Muha menunduk. Pak Wijaya sebenarnya beruntung memiliki istri secantik Bu Asni, Sayangnya kita memang tidak bisa menilai seseorang dari penampilannya saja.
Wanita itu mengulas senyum lalu duduk disebelah pembantunya, "Kenapa kamu malu-malu lagi? Sudah 1 tahun loh" Jari-jari nakalnya menyusuri paha Muha. Baju mandinya yang agak longgar membuat dada sintal dan kencang miliknya terlihat nyaris separuh.
Muha yang dasarnya lelaki lurus tak dapat menahan godaan, Kejantanannya berdiri tegak. Sadar akannya, Kepalanya makin turun sebab malu. Asni terkekeh geli, "Sana tuntaskan di kamar mandi, Saya lagi capek, Stamina kamu memang tidak pernah turun, Saya suka!" Sambil mengerlingkan sebelah mata.
Remaja itupun berjalan ke kamar mandi. Sebelum sampai dia mendengar perintah Bu Asni, "2 jam lagi nanti suruh Karyo ke kamarnya" Kata Asni yang sedang sibuk membenarkan posisi baju mandinya.
Muha menjawab sebelum masuk, "Baik Bu"
Asni menelentangkan badannya di kasur meghadap langit-langit kamar Muha. Benaknya dipenuhi oleh Baron, Si Sipit yang telah menarik banyak perhatiannya belakangan ini. Bagaimana cara mendapatkan remaja itu? Putrinya juga tak banyak membantu, Anak gadisnya itu nampaknya memiliki masalah di sekolah, Asni mendesah panjang.
Sepertinya masalah putri satu-satunya itu kali ini adalah percintaan, Menurutnya. Acap kali Asni memergoki Alsa sementara menelepon seseorang. Yang membuatnya heran adalah cara bicara anaknya serupa remaja lelaki kepada pacar wanitanya... Siapa yang mampu membuat anaknya berbicara sesopan itu?
Karena hanya dengan suaminya dia melihat Alsa dapat bertingkah selayaknya perempuan, Satu lagi tambahannya yaitu Baron. Kehidupan sehari-hari Alsa yang ia sebagai Mamanya ketahui adalah anaknya itu tomboi. Baju di rumah pun Alsa jarang menggunakan pakaian perempuan.
Berondong-berondong muda yang Ia dapatkan dulunya juga karena bantuan putrinya yang menyebarkan lowongan pekerjaan khusus remaja laki-laki yang masih muda, Dan kini anak gadisnya berhasil membawa Baron ke rumah ini.
Rasanya senang sekaligus aneh, Mengapa Alsa seakan tak tertarik terhadap lawan jenisnya? Malah membantu mamanya mencarikan berondong muda. Bibirnya mengatup, Mungkinkah Alsa... Ah tidak mungkin, Dia segera menghilangkan pikiran-pikiran miring itu dari otaknya, Anaknya pasti normal!
Entah kapan pembantunya kini terlihat telah berganti pakaian dan sedang membereskan kekacauan akibat pergulatan mereka tadi.
Asni, "Kamu mau saya belikan apa? Jam tangan? Baju mahal? Atau celana?"
Muha yang bermaksud mengambil tisu bekas mengelap mani terhenti lalu menoleh dengan gelengan kepala, "Gak usah Bu" Tolaknya halus. Muha tidak sudih dibelikan barang-barang oleh majikannya. Serasa ia lebih mirip hewan daripada manusia, Hewan saja mungkin lebih baik darinya karena tidak pernah menusuk tuannya dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU, RASCAL!! (END)
RomanceBerawal dari perawan adiknya yang direnggut oleh nama 'Trikandraputra', Si Sipit Adebaron Utami berkelahi dengan ketua geng X dari SMK Langga 99, Sekolah di desa tetangga. Kandra. Dengan kasar Kandra menghempas tangan Baron, "Heh! Sejak kapan gue ke...