19. Perkara Pembalut Ririn

5.2K 584 11
                                    

Krit...krit...

Itu bunyi balok kayu dan linggis yang ditarik di aspal, Tak hanya satu tapi banyak. Baron yang tidak membawa apapun memilih berkacak pinggang disamping Kandra, Mereka semua berjalan menuju kumpulan remaja yang sepertinya juga menanti kedatangan mereka.

Mereka berhenti saat jarak tinggal setengah meter lagi. Kandra mengeraskan rahangnya menatap sang ketua dari geng BAS, Ditariknya kerah remaja dihadapannya, "Sialan Lo Fin! Beraninya ngehianatin perjanjian damai kita!" Teriaknya di wajah pemuda itu.

Arifin menepis tangan Kandra, "Mereka udah berani masuk ke daerah larangan kita, So... Apa masalahnya?" Jawabnya enteng. Tak sengaja maniknya beralih ke Baron, Alisnya naik, "Anak baru?"

Celingak-celinguk sebentar, Baron menunjuk dirinya, "Maksud Lo gue?"

Kandra menyela, "Gak usah ngalihin pembicaraan! Dasar kepo!"

Arifin menyilangkan tangannya di dada, "Lo ganteng" Ungkapnya yang langsung membuat seluruh remaja disana melotot, Bahkan gengnya sendiri.

Dengan percaya diri Baron menyisir rambutnya kebelakang, "Thanks!" Ia bertanya-tanya mengapa wajah Arifin mengingatkannya akan seseorang tapi dia lupa siapa.

Makin kesal saja Kandra dibuat Arifin, "Lo pasti tau tujuan gue mau kesini"

Barulah Arifin menoleh padanya, "Pastinya gue ngerti, Lo mau nuntut balas kan?"

Kandra, "Tuh Lo tau, Sesuai isi perjanjian, Kalo dari kita ada yang langgar..." Kandra menarik tangannya mengitari leher, "Kita balik musuhan!"

Arifin mendengus, "Heh! Oke fine!" Sahutnya santai.

Noval yang sudah geram akan basa basi ini berteriak, "Bos! Ayo kita serang!!" Lalu disusul teriakan lainnya.

Perkelahian antar dua geng tersebut pecah di perbatasan Desa. Mereka sama-sama lincah serta gesit memukul menggunakan balok ataupun benda yang mereka bawa sembari menghindari serangan lawan. Baron sedikit menunduk saat sebuah tangan hampir saja mengenai pelipisnya. Sejurus kemudian dia membalas dengan memukul perut dan menendang dada pria yang menyerangnya hingga terpental ke aspal.

Kandra, "Dasar Adeknya pelakor!" Hinanya kepada disela-sela pertarungan mereka.

Arifin tersulut emosi, "Jangan bawa-bawa nama Kakak gue!!" Dia melayangkan tendangan yang dengan mudahnya Kandra tangkis.

Kandra tertawa, "Kenapa? Gak terima? Kakak sama Ponakan Lo itu udah nganggep mereka kayak raja di rumah gue, Nggak tau malu! Emang ya dasarnya turunan pelakor sampai kapanpun gak bakal bisa berubah!"

Arifin, "Njing!" Namun baru saja bermaksud menyerang terdengar suara sirine polisi. Sontak pertarungan berhenti, Tanpa aba-aba mereka membubarkan diri, Lari tunggang-langgang kemana saja asalkan jangan sampai tertangkap polisi.

Ditengah linglung, Baron merasa tangannya ditarik disusul omelan Kandra, "Bego! Ngapain Lo masih bediri disini, Ayo cabut!"

Baron, "Tadi itu polisi?" Dia bertanya sembari terus berlari berpegangan tangan dengan Kandra.

Kandra, "Udah tau nanya!" Jawabnya culas.

Baron, "Lo semua udah sering digrebek gini?"

Tanpa menatap lawan bicaranya Kandra mengangguk singkat, "Resiko jadi anak jalanan"

Mata Baron mengarah ke bawah, Lantas mengumpat, "Cuk! Lepasin tangan Lo!" Kandra yang juga baru menyadari segera melepas pegangannya.

Kandra, "Gak sengaja"

Baron menyinyir, "Nye...nye... Gue pulang!"

Cowok sipit itu hendak berbelok ke kanan pertigaan jalan tapi Kandra mencegahnya, "Gue anterin!"

LOVE YOU, RASCAL!! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang