Wanita itu bernafas kasar dan melipat tangannya diatas perut, Dia berjalan kepada dua remaja yang merupakan anak dari almarhum adik lelakinya, "Kamu anggap Bude ini orang lain hah? Tanya sendiri sama tetangga kamu yang lihat Ririn dibawa kedalam ambulans! Kalau mau mati ya jangan setengah-setengah, Sekalian aja!"
Baron memutar badan dan melingkarkan satu tangannya kebelakang guna melindungi sang adik, "Cih! Bude masih ngaku keluarga setelah dengan tega ngucilin kita berdua? Bude mau ngapain kesini, Yang pasti bukan mau jenguk Ririn kan?" Ia waspada.
Nuni, "Bude malas berurusan sama anak ingusan macam kalian, Bude kesini cuma mau minta surat tanah"
Baron menatap tajam wanita yang sebenarnya adalah Budenya sendiri, "Nggak! Itu hak Baron sama Ririn!" Tolaknya tegas.
Nuni, "Heh keponakan durhaka! Itu punya Kakek yang dikasih sama Bapakmu! Kalian tidak punya hak disitu!"
Ririn yang sudah gemas pun menimpali, "Karena itu dikasih Bapak makanya surat itu otomatis milik kita berdua! Bude yang gak punya hak sama rasa malu! Dulu nolak kita tinggal di rumah bude tapi sekarang datang-datang cuma mau minta surat tanah!"
Ia tak takut akan pelototan wanita itu untuknya. Cukup sudah Ririn di cap sebagai gadis lemah oleh keluarganya, Kali ini dia akan membantu Kakaknya untuk mempertahankan hak mereka. Ini sudah kedua kalinya perempuan itu datang meminta surat tanah almarhum Bapak mereka, Ririn kesal serta marah.... Kapan dia dan kakaknya bisa hidup tentram?
Nuni menunjuk keponakan perempuannya, "Kamu lagi mau ikut campur!"
Baron, "Jelas Ririn ikut campur, Surat itu punya kita dan akan berlaku selamanya bahkan mati sekalipun Baron gak bakal ngebiarin siapapun ambil surat tanah almarhum Bapak!"
Nuni, "Kamu pikir Bude gak berani bawa masalah ini ke kantor polisi?"
Remaja bermanik sipit tersebut terkekeh sinis, "Gak heran kenapa dulu Kakek lebih milih ngasih surat tanah itu sama bapak daripada buat Bude yang anak pertama"
Nuni, "Apa maksud kamu ngomong begitu sama Bude!" Bentaknya emosi.
Baron memainkan matanya masih bersama senyum miringnya, "Harusnya Bude ngerti maksud Baron itu apa, Atau... Emang Bude gak punya otak mungkin? Atau gak ada harga diri? Gak punya malu?" Sarkasnya.
Wanita itu naik pitam lalu memangkas jarak dekat diantara mereka, "Kamu barusan hina bude hah!"
Si Sipit mengeratkan jemari di tubuh adiknya, "Oh Bude nyadar? Heh... Baron kira enggak" Baron tertawa mengejek.
Nuni melayangkan tamparan, "Ponakan durhaka kamu...!"
Padahal Baron sudah siap menerimanya, Namun tangan wanita itu malah mengambang bebas, Lengannya ditahan oleh sebuah cengkraman.
Wajah Kandra kian sangar dan gelap, Jari-jarinya mengeras hingga membuat Nuni meringis, "Nyentuh dia, Gue pastiin rumah Lo kebakaran malam ini"
Dengan paksa Nuni menarik kembali tangannya, "Oh pantes kamu sudah berani ngelawan Bude, Ternyata ada pacar... Cuih! Gak ada gunanya adikku besarin anak macam kamu, Dasar homo! Bapak sama Ibumu pantes mati sia-sia daripada hidup terus lihat anaknya jadi homo!" Cibir wanita itu jijik sembari mengelus-elus pergelangan tangannya.
Kandra bengong akan perkataan Nuni, Tak terkecuali Arifin yang baru tiba di tempat kejadian. Lain lagi Baron. Gigi-giginya bergemeletuk keras mendengar ucapan Budenya, "Bangsat! Bude boleh hina aku tapi jangan berani ngatain orang tua Baron!!" Umpatnya.
Ia tertawa senang melihat keponakannya tersulut api, "Kenapa tidak boleh? Kan emang pantesnya Bude ngomong begitu"
Baron merutuk, "Nenek lampir sialan gue hajar Lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU, RASCAL!! (END)
RomanceBerawal dari perawan adiknya yang direnggut oleh nama 'Trikandraputra', Si Sipit Adebaron Utami berkelahi dengan ketua geng X dari SMK Langga 99, Sekolah di desa tetangga. Kandra. Dengan kasar Kandra menghempas tangan Baron, "Heh! Sejak kapan gue ke...