36. Percobaan Bunuh Diri

4.2K 430 15
                                    

Hari ini Baron senang karena latihan basket diliburkan sehari jadi dia bisa langsung pulang diantar Vito. Saat ini keduanya dalam perjalanan menuju ke tempat parkir, Mereka bercerita tentang Arifin yang mendadak pindah padahal semester akhir tidak lama lagi akan berlangsung.

Vito, "Bar, Menurut Lo kenapa Arifin pindah ke sini?"

Baron mengendik acuh, "Gak tau, Gue cuma pembantu kakaknya bukan keluarganya, Palingan Bu Asni yang nyuruh"

Vito berdecak, "Ck, Gue kayak ngerasa bersalah terus tau nggak setiap ketemu tuh anak"

Lantas Baron mengalihkan pandangan ke sahabatnya, "Napa emang?" Dia kepo.

Remaja yang berjalan disampingnya itu mengambil nafas panjang lalu membuangnya, "Jadi gini, Lo tau kan Fani pacar gue itu sekolah di SMK Murni Sejati?"

Si Sipit manggut-manggut membenarkan. Pasalnya sahabatnya ini nyaris 2 tahun menjalin hubungan dengan Fina, Anak dari desa tetangga.

Vito melanjutkan, "Nah jadi Arifin itu pacarnya Fani sebelum gue"

Baron, "Terus mereka putus gegara apa?" Agak terkejut akan penjelasan Vito.

Jari telunjuk Vito mengarah ke dirinya sendiri, "Gara-gara Fina selingkuh sama gue Bar"

Kontan Baron melebarkan mata sipitnya, "Wah beneran? Parah Lo Vit, Gue gak nyangka punya sahabat perusak hubungannya orang"

Vito, "Dengerin dulu gue ngomong cuk! Kita sebenernya cuma temenan di hp doang kok, Terus makin lama kita makin nyaman satu sama lain dan mutusin buat ketemu... Ya Lo tau lah habis itu kita jadian, Tapi sumpah Bar gue sama sekali gak tau dia pacarnya Arifin! Gue taunya pas udah pacaran 1 bulan sama dia"

Baron, "Terus gimana?"

Vito, "Ya gue marah lah sama Fina! Untungnya mereka putus baik-baik, Lo tau nggak? Arifin udah tau Fina selingkuh sama gue Bar! Tapi syukur dia nggak marah" Sungutnya.

Baron, "Mereka kan putusnya baik-baik, Terus buat apa Lo ngerasa bersalah?" Heran si sipit. Asik bercakap-cakap tak sadar mereka sudah tiba di parkiran.

Sembari mengambil motornya Vito menjawab pertanyaan Baron, "Nggak ngerti kenapa bisa gitu cuma ya gue selalu ngerasa bersalah terus sama dia, Kelihatan kayak gue gitu yang jadi penyebab mereka putus"

Vito menstarter kemudian membawa motornya sampai ke depan Baron.

Ia geleng-geleng mendengar cerita sahabatnya, "Aneh Lo" lantas mengangkat kakinya untuk naik keatas motor Vito.

Arifin, "Mau gue anter pulang?"

Baron menurunkan kakinya lalu menoleh kebelakang, "Lo dedemit atau apaan sih, Muncul kok tiba-tiba" Diam-diam melirik Vito dari ekor matanya. Sahabatnya kini menyibukkan kepalanya dengan melihat sana-sini.

Arifin cengengesan, "Sorry kalo gue ngagetin, Tapi gue serius kok pengen bonceng Lo pulang, Mau nggak?"

Baron, "Nggak makasih, Tapi gue udah ada gojek sendiri" Dia menunjuk Vito.

Vito terlihat gusar diatas motornya, Apalagi sekarang ini Arifin memandangnya seakan berisyarat agar dia secepatnya mencari alasan untuk menolak Baron. Menelan salivanya Vito pun memanggil, "Baron"

Baron, "Hmm? Apaan?" Sahutnya.

Cowok itu mengusap lehernya sebelum berkata, "Kayaknya gue gak bisa nganter Lo pulang deh..." Arifin mengulas senyum miring dari punggungnya Baron.

Si Sipit menurunkan kedua alisnya, "Napa emang? Tadi Lo udah bilang iya sama gue"

Vito, "Gue mau jemput Fani, Lo naik sama Arifin aja, Udah ya gue cabut dadah!" Tanpa basa-basi dia langsung pergi tergesa-gesa dengan motornya.

LOVE YOU, RASCAL!! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang