48. Dicap Cinta

3.8K 413 10
                                    

Pada jam 10.30 bangunan balai desa berhasil dibongkar. Seluruh siswa diperintahkan istirahat makan sebab rencananya akan memperbaiki balai desa sesudah makan. Mereka segera mengambil piring serta sendok lalu berjalan ke meja yang sudah diisi berbagai jenis hidangan yang harumnya sampai membuat air liur mereka hampir menetes.

Bergiliran mereka mencomot lauk yang mereka sukai serta tidak lupa menambahkan nasi dan terakhir segelas air putih lalu mendudukkan pantat mereka pada terpal yang tergelar rapi dibawah pohon Ketapang. Tak ketinggalan guru-guru beserta Wati dan teman-temannya juga ikut makan di satu terpal bersama gerombolan laki-laki. 

Wati nampak celingukan, Saat menemukan keberadaan Baron dia segera mempercepat langkahnya lalu duduk tepat disamping cowok sipit itu, "Laper banget ya kamu Bar? Itu nasi sama lauknya udah mirip gunung" Celetuk Wati cekikikan geli.

Baron memandang piringnya kemudian tertawa kecil, "Sembarongan! Tuh coba Lo liat piring anak-anak lain, Itu baru definisi gunung yang sebenernya!" Kedua insan itu tergelak bersama sambil menikmati makanan mereka.

Mendadak Kandra, Arifin dan Vito datang. Vito duduk disebelah Wati sedangkan Arifin dan Kandra malah berebut untuk mendapatkan tempat kosong yang berada di depan Baron.

Kandra menyenggol bahu Arifin, "Gue duluan yang nemu jadi ini punya gue!"

Arifin, "Gak bisa! Ini tempat gue yang duluan dapet!"

Manik mata Kandra membesar, "Lo mau ribut sama gue hah?!"

Tak mau kalah, Arifin menyahut nyalang, "Ayo siapa takut!!" Keduanya saling melempar tatapan bengis.

Baron merotasi matanya sebelum dengan geram menendang pelan kaki dua remaja itu satu persatu disertai omelan, "Udah sana Lo berdua mending pergi dari hadapan gue! Deket kalian bawaannya pengen nonjok mulu gue!"

Sejenak Kandra dan Arifin bertatap mata, Mendengus dingin bersamaan dan setelah itu mereka menjatuhkan bokong pada tempat kosong di depan Baron. Sesekali keduanya akan dorong-dorongan bahu, Berusaha menyingkirkan salah satu dari lawannya.

Hela nafas panjang, Mari anggap kedua remaja itu tidak ada, Pikir Baron. Dia melanjutkan kegiatan makannya dan seketika memuji, "Siapa yang masak nih ayam? Enak banget, Rasanya mirip masakan almarhumah Ibu gue, Pasti yang masak cantik"

Rona merah di wajah Wati menyembul keluar dari pipinya, Tubuhnya bergerak-gerak kecil dan ia menjawab, "Itu... Aku yang masak Bar"

Baron sontak menengok gadis berparas cantik tersebut, "Beneran Lo yang masak?"

Wati mengangguk lalu menyuap satu sendok nasi ke mulutnya, "I-iya Bar" Jawabnya malu-malu.

Vito, "Gak usah malu-malu kali, Lebay Lo! Kan Baron gak tau kalo yang masak itu Lo makanya dia nanya!" Ejeknya.

Dengan kesal Wati menarik telinga Vito, "Adedeh! Jangan main tarik elah! Putus kuping gue goblok!" Umpat Vito kesakitan.

Tapi Wati masa bodoh akan penderitaan Vito dan semakin mengeratkan jari-jarinya di daun telinga remaja itu, "Siapa yang malu-malu! Gue biasa aja kok, Mata Lo aja yang katarak!" Sungutnya gemas.

Kandra, "Enakan juga masakan gue daripada ini" Ujarnya.

Sontak 4 remaja menatapnya, Kandra mengerutkan wajah, "Apa? Napa natap gue kek gitu?"

Baron, "Lo bisa masak?"

Kandra, "Kalo iya emang kenapa? Salah ya kalo cowok bisa masak?"

Vito menarik tangan Wati dari telinganya dan berucap, "Hebat Lo! Gue aja bisanya cuma goreng telur sama masak mie doang"

LOVE YOU, RASCAL!! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang