35. Haris Sudah Tau

3.9K 413 11
                                    

Matahari pada pukul 01.30 terasa membakar bagi sejumlah orang. Namun tidak untuk Haris, Justru pemuda itu malah sejuk hati. Lagi-lagi kelas kuliahnya dipulangkan cepat karena salah satu dosen berhalangan hadir.

Dan hal bahagianya yaitu jam ini adalah waktu keluarnya anak SMP, Dalam artian tidak lama lagi dia akan secepatnya berjumpa sang pujaan hati! Membayangkan wajah cantik juga bibir kecil yang tak pernah berhenti mengomel itu membuat Haris serasa mau melayang saja dari atas Revo Fit yang dikendarainya ini.

Ririn itu cerewetnya minta ampun. Apalagi gadis yang 8 tahun lebih muda darinya itu sangat sensitif jika digodanya, Haris suka. Gadis yang cuma sekedar ditatap saja sudah menunduk malu-malu bukanlah tipenya, Haris akan menggeleng untuk wanita seperti itu.

Airin Utami... Nama itu takkan bosan melintasi benaknya, Kapan dan dimanpun dia berada. Meminta restu dari Baron begitu mudah baginya, Tetapi masalah utama terletak pada pujaan hatinya sendiri, Ririn.

Bibir Haris manyun, "Kapan sih kamu peka sama perasaanku? Dari kamu SD kelas 4 aku udah naksir berat Rin, Herannya kok tega sih ngegantungin cintaku kayak jemuran?" Monolognya gemas.

Haris masa bodoh sekalipun Ririn sudah tak perawan lagi. Cintanya tulus untuk remaja itu. Dulu pernah sekali dia menyatakan perasaannya tapi langsung ditolak mentah-mentah oleh Ririn. Haris terkekeh pasalnya dia menembak saat Ririn masih kelas 5 SD, Bodoh sekali dirinya waktu itu.

Dari jalanan aspal Haris membelokkan motornya masuk kedalam lorong dimana SMP Negeri Mepa berada. Dengan percaya diri dia memarkir kendaraannya di depan pintu gerbang sekolah kemudian masuk. Hari ini dia akan menjemput Ririn, Entah gadis itu mau atau tidak Haris akan berusaha dulu.

Karena kurang paham akan letak kelas Ririn, Haris memutuskan bertanya kepada salah seorang siswa yang kebetulan hendak pulang, "Dek, Mas mau tanya kelas 1 dimana?"

"Kelas 1 A atau 1 B Mas? Kan di sini setiap kelas ada dua ruangan, Ada A ada juga B" Bingung remaja itu memandang pria yang lebih tinggi darinya.

Haris menggaruk rambutnya, Dia juga tidak tahu sebab belum pernah menjemput Ririn langsung di sekolah. Biasanya dia akan membonceng paksa gadis itu ketika bertemu di jalan, "Eee... Ah! atau gini, Kamu tau Ririn? Nama panjangnya Airin Utami"

"Oh Mas cari Ririn toh... Kebetulan aku sama dia sekelas, Anaknya masih dikelas buat nyelesain catatan IPS nya yang ketinggalan, Ririn itu otaknya lemot Mas, Kalo ketua kelas lagi ngedikte pelajaran dia nanyaaaa terus... Ya jadinya gitu deh, Ketinggalan"

Mendengarnya Haris terkekeh kecil dan mengusak rambut remaja yang perkiraannya hanya setinggi bahunya ini, "Cerewet amat, Nama kamu siapa? Kelas kalian dimana?"

Sambil membenarkan posisi rambutnya dia menjawab, "Namaku Marwin Mas, Kalo Mas mau tau itu kelas kita disana yang pintunya warna hitam, Hati-hati ya Mas kalo buka soalnya catnya masih basah" Peringat Merwin.

Haris, "Makasih Mar, Mas kesana dulu"

Marwin, "Oke Mas!" Dia terus memperhatikan punggung yang menjauh itu lalu bergumam, "Pacarnya Ririn? Dewasa banget, Ntar waktu masuk pas atau enggak ya?" Pikir joroknya sebelum berlalu.

Kakinya Ia percepat, Haris sungguh tak sabar ingin memberikan kejutan pada Ririn dengan kehadirannya yang tiba-tiba ini, Pasti gadis itu akan menggerutu lagi, Haris gemas.

Akan tetapi rasa buang air kecil mendatanginya. Sontak pemuda itu melirik sembarangan, Berharap semoga ada WC dan akhirnya menemukannya yang rupanya berada tak dari kelas Ririn. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, Pikir Haris. Jadi setelah beres dengan panggilan alamnya dia bisa langsung ke kelas sang pujaan hati.

Dia pun berlari masuk ke WC, "Aaaah..." Leganya.

"Angh... Kak, Emangnya gak bisa ah... Cari tempat lain selain sekolah emmmh...!"

Haris mengernyit, "Siapa?" Ucapnya pelan. Dia segera menyelesaikan urusannya lalu menuju wastafel guna mencuci tangan.

"Udah lama Kakak tahan dek, Kaka gak mampu lagi"

"Kalau ada yang tau gimana? Aku nggak mau bikin Abangku kecewa Kak hiks..."

Suara itu terdengar lagi, Haris kian penasaran. Tapi karena ini bukan urusannya Ia mengendikkan bahu kemudian keluar dari toilet.

"Husssh... Udah jangan nangis, Anak-anak udah pada pulang, Guru-guru juga, Cuma kita berdua di sini"

Lagi, Haris kembali bertanya-tanya darimana asal suara tersebut sebab volumenya yang keras. Lalu tatapannya mengarah pada satu toilet yang berada di ujung, "Ngewe? Tapi kok yang gue denger cuma suaranya cewek doang? Lesbi? Hehehe... Kepo juga"

Mengendap-endap Haris mendekati toilet tersebut. Seumur-umur belum pernah dia melihat dua perempuan berhubungan seks jadi sekali-kali bolehlah dia mengintip, Pikirnya.

"Ah ah... Udah kak hiks... Aku takut ada yang lihat"

"Kamu dari tadi ngeluh terus! Kakak kan udah bilang gak ada yang bakalan tau!! Mau kakak main kasar lagi sama kamu hah!?"

Haris membulatkan bibirnya, Ternyata Top cewek itu jika marah seram juga.

"Hiks... Uungh..."

"Hah... Udah deh gak usah nangis lagi Rin, Buat apa kamu nangis gitu? Percuma tau nggak, Buang-buang air mata doang, Kalaupun Abangmu si Baron itu tau dia juga gak bisa balikin perawan kamu"

Pemuda diluar toilet terkejut mendengar nama 'Baron' disebutkan, Perasaannya mulai tidak enak, Haris berdoa semoga dugaannya salah.

"Lepasin aku kak!"

"Oke Kakak lepasin kamu kali ini, Tapi kedepannya jangan harap"

Ceklek...

Baik Haris atau Ririn sama-sama membeku di tempat masing-masing.

Ririn, "M-Mas Ha-Haris..." Lirihnya terbata-bata ketika mendapati pemuda yang sejak dulu sampai sekarang masih mengejar cintanya kini berdiri tak jauh dengan ekspresi yang sulit diungkapkan pada wajah tampannya.

Air mata mengalir deras dari pupil mata Ririn. Haris tersadar dari lamunannya dan mencoba menyapa, "Ri-Ririn barusan tadi kamu..."

Namun ucapannya belum selesai ketika gadis itu berlari meninggalkannya, "Ririn! Ririn!" Dia berusaha memanggil sayang sama sekali tidak ditanggapi oleh Ririn. Haris pun mengejarnya, Bahkan belum sempat melihat siapa wanita yang menjamahi sang pujaan hati.

Ririn kalut, Haris sudah tau! Artinya tidak lama lagi Abangnya akan mengetahui semua yang ia tutup-tutupi selama ini! Wajah kecewa sang Kakak seketika lewat di benaknya, Isakan Ririn mengeras dan kian mempercepat larinya.

Haris yang mengejar dibelakang berteriak, "Ririn tunggu!! Ririn! Ck brengsek!" Umpatnya kala gadis itu belum juga mau menuruti seruannya.

Setibanya di gerbang sekolah Haris bergegas naik ke motor dan lanjut mengejar Ririn.

Haris berucap ketika dia berhasil menyusul Ririn, "Rin berhenti! Ayo naik biar Mas antar pulang!"

Gadis itu menggeleng ribut, "Nggak mau! Hiks... Lagian Mas Haris ngapain sih kesini!!" Marahnya.

Haris, "Makanya ayo naik! Biar Mas jelasin nanti!"

Ririn tetap menolak, "Nggak mau! Pergi!"

Begitu sampai di rumahnya Ririn langsung masuk dan mengunci pintu. Asal-asalan Haris memarkir motor didepan rumah lalu buru-buru mengetuk, "Rin bukain pintunya! Mas mau ngomong!"

"Pergi Mas! Aku mau sendiri!" Usir Ririn dari dalam.

Haris tidak menyerah, "Buka pintunya Rin! Mas janji gak bakalan ngasih tau Abangmu soal yang Mas lihat tadi asal kamu mau bukain pintu!" Bujuknya.

Namun tetap Ririn menjawab, "Mas bohong! Pergi! Aku bilang pergi!!!" Teriaknya kesetanan.

Haris, "Oke oke Mas bakal pergi, Kamu baik-baik di rumah dan jangan macam-macam ya?" Tak ada sahutan selain tangis yang terdengar sampai ke luar. Haris menghela nafas kasar, Apa yang harus dia lakukan sekarang?







Penulis N kembali!!😄 Maaf jika saya kembali terlalu cepat ehehehe...🤭

LOVE YOU, RASCAL!! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang