44. PDKT Masal

4K 438 7
                                    

Menjelang subuh Baron membuka kelopak matanya. Dia bangun lalu menghidupkan lampu dan kembali duduk di kasur usangnya untuk mengumpulkan nyawa. 5 menit kemudian Baron mengumpulkan pakaiannya yang kotor lantas membawanya berjalan keluar dan berhenti di depan pintu kamar Ririn.

Dia mengetuk, "Rin, Bangun dek, Udah subuh"

Krek...

Ririn dengan gaya berantakan menggosok-gosok matanya, "Iya Bang"

Ia tersenyum, "Sana cuci muka, Tuh ada ilernya"

Mata gadis itu langsung segar, Penuh malu dia berlari ke arah dapur, "Ih apaan!"

Baron tergelak kecil sebelum menyusul adiknya ke sumur belakang, Tidak lupa singgah guna mengambil sabun mandi juga loyang kecil.

Usai membasuh muka Ririn masuk rumah sementara Baron membuka pakaian menyisakan celana dalam dan mandi. Tak sengaja lirikannya jatuh pada sandal yang ia taruh di disamping pintu. Mengulum bibir, Dia memejam dan seulas senyum manis Ia sunggingkan, "Makasih" Gumamnya.

Habis mandi dan menjemur pakaiannya, Baron lanjut ke kamarnya untuk sholat dan mengganti baju. Setelah itu dia kembali ke dapur dan duduk di kursi menunggu adiknya selesai memasak.

Melihat tangan yang diperban itu, Baron bertanya, "Tangan kamu udah gak sakit lagi?"

Ririn menggeleng dan membalik ikan di penggorengan, "Udah nggak terlalu perih"

Ia menghela nafas lega mendengar jawaban Ririn.

Cuma beberapa menit setelahnya Ririn datang mengatur makanan di meja kemudian ikut duduk dan menyendokkan nasi untuk sang kakak. Mereka makan dalam keheningan, Bingung pasalnya tak ada topik yang ingin dibicarakan.

Hingga celetukan Baron membuat suasana mencair, "Kayaknya Abang bakal berhenti kerja sama keluarganya Kandra"

Ririn memasukkan makanan ke mulutnya, "Kenapa Bang? Apa gara-gara aku pacaran sama kak Alsa anak majikannya Abang?" Tebaknya.

Baron mengangguk, "Kemarin Kandra ngomong bisa jadi Arifin ngasih tau Bu Asni soal hubungan kalian, Kalo Bu Asni marah pasti Abang juga kena imbasnya dan bakalan dipecat jadi sebelum itu Abang mutusin buat berhenti daripada kena ceramah sebelum dipecat"

Gadis itu membungkukkan kepala sedih, "Maafin Irin ya Bang, Padahal gaji disana itu gede tapi Abang malah berenti, Itu berarti Impian Abang buat beli motor batal gara-gara Ririn" Makanan di piringnya Ia tatap tanpa selera.

Si Sipit menarik kedua sisi bibirnya, "Gak usah nyalahin diri sendiri, Ini takdir kita Rin, Dan uang yang Abang kumpulin udah ada 7 juta lebih, Abang tinggal jualan naget pasti bakalan kebeli kok motornya biarpun lama jadi kita gak perlu kemana-mana naik ojek, Biar kulitmu gak item kena matahari terus" Hiburnya.

Terharu, Ririn mengusap cairan bening di bibir matanya, "Irin sayang sama Abang hiks..." Isakannya terdengar lirih.

Baron terkekeh geli, "Lebay! Tapi Abang juga sayang kamu, Dek, Udah ah jangan banyakan drama pagi-pagi, Ayo makan ntar kamu telat, Kalo Abang kan masuknya jam setengah tujuh soalnya kata guru hari ini kerja bakti"

Karena terlanjur menangis dan tak dapat berhenti alhasil Ririn makan sambil tersedu-sedu. Baron tertawa lepas menyaksikan tingkah sang adik. Menunjukkan kasih sayang tidak harus mewah, Sederhana saja sudah cukup baginya.

***

Bari nampak mencari-cari di sekitar kelas lalu bertanya pada bosnya, "Bos, Noval kemana? Kok gak hadir"

Suasana hati Kandra memburuk mendengar ucapan Bari, "Ngapain tanya sama gue? Dan lagi gak usah sebut-sebut dia, Emosian gue dengernya"

Rendi menaikkan alis dan memandang teman-temannya meminta penjelasan lebih namun mereka juga menggeleng.

Qori yang sangat kepo pun menanyai Kandra, "Lo berdua ada masalah apa?"

Kandra, "Semalam tuh anak bikin gue kesel setengah mati setengah hidup, Masa ngasih Baron tantangan suruh beli sendal harga 4 juta! "

Yadi menggaruk-garuk kepalanya, "Eee... Bos, K-Kan yang dikasih tantangan sama Noval itu Baron bukan Lo, Terus... Ke-kenapa Lo yang ngamuk?" Ucapnya terbata-bata. Pasalnya alasan Bosnya kesal terdengar ambigu di telinganya bahkan temannya yang lain juga ikut mengerutkan kening serta saling lirik.

Cowok sawo matang itu kontan menoleh pada Yadi, Seketika bulu kuduknya meremang melihat tatapan tidak mengenakan tersebut.

Kandra, "Emangnya kenapa kalo gue marah? Baron pernah cerita kalo dia sampe gak jajan di sekolah gara-gara ngebet beli motor, Dan semalam cuma gegara tantangan gobloknya itu Baron ngabisin duit 4 juta! Lagian cowok mana yang gak ketantang? Gue suruh dia ganti duitnya Baron, Tapi Noval gak mau akhirnya gue keluarin aja tuh anak dari geng X"

Qori melebarkan mata, "Waduh! Bos, Lo... Beneran gak ada apa-apa sama penjual naget itu?"

Rendi meringis, "Lo ngeluarin Noval? Gila Lo bos, Kita perhatiin makin kesini Lo makin perhatian sama penjual naget itu... Lo... Suka ya sama dia?" Tak lama setelah mengatakan itu dia membekap mulutnya sambil murutuk dalam hati.

Kandra memutar bola matanya, "Gue cuman kasian doang sama dia, Gak lebih dan Lo pada tenang aja, Gue bakal nerima Noval balik kalo dia udah ganti duitnya Baron"

Meski ragu dan masih banyak pertanyaan yang melintasi otak mereka, Mereka memilih diam saja daripada bertanya yang nantinya akan membuat ketua mereka marah.

Kring...!!!

Kandra beranjak dari kursi lalu memaksa menggiring kaki melangkah dari kelas menuju lapangan sekolah. Dia paling malas jika hari Jum'at sebab harus ikut senam pagi. Sebenarnya tak cuma dia saja tetapi hampir semua pelajar laki-laki juga merasa demikian.

Qori, "Mending tadi kita bolos Bos" Ungkapnya berjalan malas.

Yadi mengangguk-angguk, "Iya Bos, Sekarang Lo udah jarang bolos gue perhatiin"

Bari, "Mungkin si Bos mau jadi anak sholeh biar ntar kiamat nanti amal baiknya diterima"

Delikan tajam Kandra membuat Bari cengengesan, "Yaudah ayo bolos!" Ajak Kandra bersemangat.

Qori dan lainnya mengangguk. Mereka memisah diri dari gerombolan pelajar yang berjalan ke lapangan.

Namun guru olahraga, Pak Effendy mendapati gelagat mencurigakan dari gerombolan Kandra, Ia segera berteriak melalui mic, "KANDRA!! MAU KEMANA KAMU HAH?! SINI BARIS SAMA ANAK-ANAK LAIN!"

Cowok sawo matang itu sontak berhenti dan meringis mengorek telinga sebelum balik teriak, "Mau bolos pak!! Kan emang biasanya gitu, Bapak sok-sokan bego apa gimana?"

Pak Effendy melotot hingga matanya nyaris keluar dari tempatnya, "AYO BARIS!! ATAU BAPAK PANGGIL ORANG TUA KAMU KESINI, SAMA KALIAN JUGA!" Cerocosnya.

Penuh keterpaksaan mereka semua akhirnya balik ke lapangan.

Guru-guru menggelengkan kepala melihat kelakuan murid-murid bebal ini.

Mereka diatur untuk membenarkan barisan dan lain-lain. Para siswi nampak antusias untuk memimpin senam pagi ini bahkan banyak dari mereka berebutan agar bisa maju dan menjadi perwakilan kelas. Lain lagi siswa laki-laki yang kelihatan jelas raut suntuk di wajah mereka.

Hingga suara mic Pak Effendy mengalihkan kesibukan mereka, "KALIAN INI MAU APA? SIAPA YANG BILANG KITA MAU SENAM PAGI?"

"Lah terus ngapain kita disuruh ngumpul di lapangan Pak?" Tanya murid-murid kebingungan.

Pak Effendy melanjutkan ucapannya, "HARI INI KITA KERJA BAKTI, TAPI KHUSUS 15 ORANG ANAK IPS DARI KELAS 2 DAN 3 AKAN KERJA BAKTI DI DISEKITAR LAPANGAN DESA! KALI INI KITA AKAN KERJA SAMA DENGAN SEKOLAH SMA 03 RAYA MEPA"

Qori menyenggol bahu ketuanya, "Bos, Kalo gak salah inget SMA 03 Raya Mepa itu sekolahnya si penjual naget kan?"

Kandra, "Hmm... Tapi kok tumben sekolah kita kerja sama bareng sekolah sebelah, Bukannya seminggu lagi kita bakal tanding basket sama mereka?"

Yadi menyela, "Kalian ketinggalan gosip sih! Bu Mariani kan bentar lagi mau nikah sama guru olahraga dari sekolah sebelah, Pak Angga! Makanya sekarang ini sekolah kita lagi ngadain pdkt masal! Gitu aja pada gak tau!" Cibirnya.

Dengan gemas Kandra memukul pelan kepala Yadi, "Sembarong-Eh sembarangan kalo ngomong! Mana ada waktu gue buat dengerin gosip goblok!"

LOVE YOU, RASCAL!! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang