Baron membuka kelopak mata sambil terengah-engah, "Hah hah... Gue dimana? Ririn dimana? Auuh!" Rasa sakit juga mendadak menyerang punggungnya. Oh dia baru ingat jikalau sebelumnya punggungnya dipukul menggunakan balok kayu.
Dia kemudian mengedarkan pandangannya, Yang dilihatnya saat ini hanyalah ruangan kosong dengan tumpukan kardus bekas dan dinding papannya yang hampir rusak.
"Udah bangun?"
Reflek ia mengalihkan perhatiannya ke asal suara. Dahinya seketika bergelombang, "Bu Asni?" Gumamnya sambil berdiri dan saat itulah dia baru menyadari jika kaki dan tangannya kini diikat di kursi. Sekuat apapun dirinya berusaha membebaskan diri hasilnya percuma saja, Tali yang mengikatnya benar-benar kuat dan keras. Bisa-bisa jika terlalu bergerak yang ada tali itu malah melukainya sendiri.
Asni tersenyum manis diambang pintu. Tak lama seorang remaja muncul dan meletakkan kursi diseberang Baron. Dengan gaya anggunnya Asni merebahkan bokongnya diatas kursi itu lalu menyilangkan kedua kakinya disusul puluhan remaja berdatangan yang berkumpul dibelakangnya.
Baron, "Tante, Baron dimana? Kenapa Tante ada disini bareng sama penjahat itu? Terus Ririn mana, Tante tau nggak?" Dia bertanya disela-sela kepanikan.
Tidak menjawabnya, Asni malah berseru, "Noval, Bawa kesini meja sama suratnya!"
Yang dipanggil menyahuti, "Baik bos!" Kemudian Noval datang dari arah pintu sambil membawa meja juga sebuah map berwarna merah.
Baron, "Lo jadi anak buahnya Bu Asni?Novi atau siapapun Lo, Kenapa tega-teganya ngehianatin Kandra hah?!"
Noval tersenyum remeh sebelum menaruh meja dan map didepan Baron, Tak lupa ia buka map itu dan menyertakan pulpen diatasnya, "Nama gue Noval bukan Novi! Demi Lo, Dia sampe ngeluarin gue dari geng X jadi buat apa Lo bahas-bahas kesetiaan sama gue? Gak guna! Gue benci banget sama Lo!"
Asni mengangkat tangannya tanda jika remaja itu harus menyudahi ucapannya. Dengan patuh Noval diam dan berjalan ke belakang wanita itu, Bergabung bersama remaja lainnya.
Asni, "Baron, Kamu lihat kertas di meja itu, Dan kamu pasti sudah tau apa maksud saya kan? Adik kamu bisa kembali kalau kamu tanda tangani surat pengalihan itu"
Sekilas ia mengamati map berwarna merah tersebut lalu menolak tegas, "Nggak! Gue gak mau tanda tangan surat pengalihan itu!"
Tiba-tiba Nuni yang baru datang segera berkata, "Mau sampai kapan kamu bebal hah?! Itu surat tanah punya Bude bukan kalian! Tinggal tanda tangani saja, Semuanya selesai! Bude tidak minta apa-apa kok sama kalian!"
Asni menyela, "Eits, Ada tambahan lagi, Habis tanda tangan itu kamu resmi jadi berondong saya sesuai perjanjian awal dengan bude kamu"
Alangkah terkejutnya Baron mendengar itu. Penuh ketidakpercayaan dia memandang Budenya, "Bude itu maunya apa sih?! Baron ini masih keponakan bude juga! Tega-teganya bude pake cara licik kayak gini cuma gegara surat tanah almarhum Bapak! Dan Tante Asni juga kenapa mau-mau aja diajak kerja sama bareng Bude!"
Asni menunjuk dirinya sendiri, "Mau saya? Saya mau kamu! Saya suka sama kamu Bar, Pengen banget ngerasain kamu!" Wanita itu mengerlingkan matanya genit bersama senyum manis di bibirnya.
Nuni memainkan kuku-kukunya, "Ini konsekuensinya kalo kamu berani lawan Bude, Sebenarnya bisa saja Bude ambil surat tanah itu tapi kalau tidak ada tanda tangan surat pengalihan dari ahli waris juga tidak bisa, Percuma! Jadi kamu tinggal tanda tangani saja surat itu dan Bude bakal serahin Ririn tapi sebelum itu kamu juga harus mau jadi berondongnya Bu Asni" Pungkasnya panjang lebar.
Baron, "Nggak bakal Baron tanda tangan tuh surat! Dan jangan harap Baron bakal nyerahin diri sama wanita busuk macam Lo! Cuih!! Jijik!" Ungkapnya pada Asni.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU, RASCAL!! (END)
RomanceBerawal dari perawan adiknya yang direnggut oleh nama 'Trikandraputra', Si Sipit Adebaron Utami berkelahi dengan ketua geng X dari SMK Langga 99, Sekolah di desa tetangga. Kandra. Dengan kasar Kandra menghempas tangan Baron, "Heh! Sejak kapan gue ke...