28. Kandra Menyanyi

4.8K 486 4
                                    

Menatap Kakaknya, Ririn bertanya, "Abang habis darimana semalam?"

Baron yang kala itu memakai sepatu menengok ke adiknya, "Dari rumah majikannya Abang lah"

Gadis tersebut manggut-manggut, "Ooh, Ririn kirain darimana soalnya Abang pulangnya digendong temennya Abang yang waktu itu"

Si Sipit mengerutkan wajah, "Digendong? Siapa yang digendong? Perasaan Abang jalan sendiri ke kamar" Elaknya.

Seketika Ririn cekikikan, "Abang kayaknya mimpi deh, Soalnya semalam itu aku sendiri yang liat dia gendong terus bawa masuk Abang ke kamar, Irin juga disuruh keluar, Katanya dia yang mau gantiin bajunya Abang"

Mata sipitnya nyaris keluar saking melototnya, "Apa?!" Anggukan yakin adiknya langsung membuatnya tidak bisa berkutik. Ah sial! Mengapa dia mengira semua itu cuma mimpi? Pantas saja saat bangun tidur bajunya sudah berganti. Pasti pria itu telah melihat seluruh tubuhnya! Eh...? Tapi apa yang harus ia cemaskan? Mereka kan sama-sama pria.

Gelak tawa Ririn mengeras, "Hahaha... Gimana Bang? Udah ingat belum?"

Baron berwajah masam, "Gak usah dibahas dek, Gak penting, Semalam itu Abang kecapean banget makanya gak nyadar"

Tarik nafas dan menghembuskannya, "Sekali-sekali istirahat Bang, Jangan sampe nanti Abang demam lagi gegara kecapekan" Ia menasehati sang kakak.

Baron, "Abang bisa istirahat kalo motor udah kebeli Dek, Supaya kemana-mana gampang gak perlu lagi nyari ojek"

Kesal Ririn marah akan sifat Kakaknya yang keras kepala, Namun tak berani berkata lebih. Setelah mengunci pintu, Mereka pun berjalan ke sekolah.

Ririn, "Bang, Ntar pulang sekolah Abang latihan basket lagi?"

Baron mengangguk, "Iya Dek, Kurang dari satu Minggu lagi tim kita bakalan lawan SMK Langga 99 dari desa sebelah"

Ia mengeratkan pelukannya di lengan sang kakak, "Abang harus menang!" Seru Ririn bersemangat.

Tergelak kecil, Baron mengusak kepala adiknya yang terbungkus hijab, "Kamu juga yang bener sekolahnya, Kemarin kan peringkatmu turun, Pokoknya gak usah banyak pikiran soal duit, Itu semua tanggung jawabku sebagai Abang dan... Kalo ada masalah cerita sama Abang Dek, Jangan disembuyiin. Kita ini keluarga, Ngerti?"

Yang lebih muda terlihat bisu sebentar lalu mengiyakan, "Iya Bang"

Seperti biasa, Mereka akan berpisah di lorong. Ririn mengeratkan jemari di gendongan tasnya, Mukanya mendadak masam melihat seorang gadis yang berdiri di depan gerbang sekolah, Ririn sudah menebak bahwa wanita itu pasti tengah menunggunya.

Ia menunduk dan berjalan lurus tanpa menoleh. Sayangnya gadis yang menunggunya tersebut menyadari dan mencegat tangannya, "Dek"

Genggaman gadis itu ditepis kasar oleh Ririn. Ia nampak memandang sekitarnya terlebih dahulu barulah berbalik, "Kenapa kakak nunggu aku di sini, Kalo ada yang liat kakak pegang-pegang tanganku bagaimana?" Cemasnya. Syukurlah belum banyak murid yang datang.

"Apa lagi sih yang kamu takutin? Kamu belum jujur sama Abangmu soal hubungan kita?"

Ririn, "Menurut Kak Alsa bagaimana reaksinya Abangku? Apa dia bakalan ngomong seneng atas hubungan ini, Iya gitu? Mikir yang waras Kak! Mana mungkin Abangku nerima gitu aja"

Wanita yang Ia panggil Alsa terlihat agak kesal, "Ya dia harus nerima dong! Kita itu saling cinta, Kakak bisa kok maksa dia buat nerima hubungan kita, Kamu serahin aja semuanya ke Kakak"

Yang lebih muda geleng-geleng tak percaya, "Jangan coba-coba Kak, Atau aku gak akan pernah muncul lagi dihadapan Kakak!" Usai mengucapkan itu Ririn berlari ke kelasnya.

LOVE YOU, RASCAL!! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang