63. Ke Pantai

5.1K 380 2
                                    

Selama satu bulan lebih ini Kandra bersabar menunggu kondisi Baron membaik sepenuhnya. Dan hari ini tiba. Saking tak sabarnya, Dia mendatangi rumah Baron sebelum ayam berkokok, Bayangkan betap kesalnya cowok sipit itu.

Baron yang sementara memegang teh hangat mendengus kasar. Sejurus kemudian menendang punggung Kandra yang duduk di kursi hingga terjerembap ke lantai, "Coba kalo gue gak rajin bangun buat sholat subuh, Pasti Lo udah disangka maling sama tetangga gue gegara datang ke rumah orang jam 5 subuh!"

Sambil cengengesan Kandra pun bangkit, "Gue itu inget Lo yang lagi sakit jadi gue undurin jalan-jalan ke pantai sampai sebulan lebih. Kata dokter Lo dibolehin ena-ena kalo udah satu bulan lebih, Nah makanya gue datangnya sekarang" Tuturnya seraya mengambil teh hangat dari tangan Baron kemudian balik duduk lalu menyeruputnya.

Baron melotot, "Eh bangsat! Itu minuman punya gue!"

Tersenyum jahil, Kandra kemudian mengoleskan bibirnya mengitari mulut gelas dan meludah kecil di air berwarna kecoklatan tersebut sebelum memberikannya kepada Baron, "Nih, Ambil"

Dengan jijik Baron menggeplak kepala Kandra, "Ih ogah! Jijuk cuk!"

Kandra menyinyir pacarnya, "Hilih! padahal pas tukeran ludah sama gue Lo gak jijik sama sekali tuh, Malah ditelen semua"

Baron tergagap, "I-Itu kan beda!"

Kandra, "Sama lah! Yang gue kasih ini kan isinya cuman ludah gue juga!" Bantahnya.

Baron, "Ya bedalah lewat mulut sama lewat minuman! Kalo mulut kan gue gak perlu liat wujudnya, Tapi yang di teh itu keliatan bentuknya makanya gue jijik!"

Mengangguk-angguk paham, Kandra pun meneguk teh dan menaruh gelas sembarangan di meja. Begitu berbalik ia menarik kepala Baron dan menyerang bibirnya, Kandra mulai menyalin teh dimulutnya ke mulut Baron.

Si Sipit membelalakkan mata, "Mmmm!" Sekuat Ia tenaga mendorong pacarnya. Tapi bukannya berhasil, Malah pinggang dan kepalanya semakin ditarik hingga memaksa Baron menelan teh yang sudah memenuhi mulutnya.

Rupanya belum selesai, Kandra masih memutar-mutar lidah Baron selama 1 menit barulah mengakhirinya dengan menjilat sensual bibir Baron.

Kesempatan itu dimanfaatkan Baron untuk menyentak Kandra agar menjauh, "Njir! Tehnya panas setan!" Omelnya mengusap bibirnya.

Kandra, "Tapi Lo suka kan?" Kekehnya memainkan alisnya.

Baron menatap sinis, "Kampret! Untung Adek gue nginep di rumah tantenya Wati. Kalo dia liat, Mungkin gue udah malu seumur!" Lalu mendudukkan dirinya di samping Kandra.

Alhasil Kandra tertawa, "Hahaha...! Jangan ngambek elah" Godanya hendak mengelus rambut Baron namun pemiliknya dengan gesit menepis tangannya.

Penolakannya semakin menaikkan sifat jahil Kandra. Tanpa disadari oleh pemiliknya, Kandra diam-diam menyingkap baju Baron terus menyentuh bekas luka tembakan di perut kanannya.

Baron meringis, "Cuk! Jangan main teken, Sakit njir!"

Remaja sawo matang itu memperlihatkan ekspresi cemas di mukanya, "Eh maaf Yang, Gue kira gak sakit"

Baron membuang nafas panjang, "Yaudah gimana, Ke pantainya jadi atau nggak? Kalo nggak jadi gue mau lanjut tidur, Ngantuk!"

Wajah Kandra spontan bersemangat, "Jadi lah! Ayo gue bantuin ngemas baju, Kita nginep di kota"

Malas menunggu jawaban, Kandra secepatnya menyeret Baron ke kamar. Dia kemudian membongkar isi lemari Baron. Usai memilih baju yang tepat, Lantas Kandra memasukkannya kedalam tas lalu menyerahkannya, "Nih udah gue bantuin, Ayo cabut!"

LOVE YOU, RASCAL!! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang