BAB 4. BIAS (2)

3.1K 355 71
                                    

Mari kita lanjutkan cerita ini..

Sebelumnya aku mau bilang, kalau Aku Butuh  support teman-teman melalui vote dan komentar baik dari teman-teman.

🥰🥰🥰🥰🥰

Siap?




Hati siap?💜💜






Selamat membaca

Luv💜Octoimmee

.
.
.
.

Jantung Ardan berdebar kencang, wajahnya pias. Ia menoleh ke arah Arghi.

"Ghi? Keandra lantai duapuluh satu kan?" Suaranya tercekat, wajahnya tampak ngeri.

Arghi yang masih berdiri ditempatnya langsung membeku.

Tubuhnya gemetar hebat.

Kepalanya menggeleng ketakutan

Tidak!

Itu tidak mungkin terjadi.

Dibenaknya terbayang Jelas Keandra yang memandang ke kegelapan malam, kedua tangannya bertumpu pada railing balkon, rambutnya berkibar ditiup angin.

Ia bisa melihat raut sedih dan terluka dari wajah itu...

Ia pikir Keandra perlu waktu sendiri..

Lalu ia meninggalkan Keandra, membiarkan sendiri, menanggung luka yang ternyata..

sangat dalam..

Tuhan, jangan...

Sontak mereka berdua berlari secepat angin. Terengah di depan lift yang masih menunjukkan angka naik.

Ardan mengusap wajahnya dengan kasar

"No....no....itu bukan Kea, Kea ngga sebodoh itu...."
Bisiknya pada diri sendiri.

Arghi tak kalah pias. Ia rapalkan doa tak henti. Itu pasti bukan Keandra.

Tak sabar Arghi segera berlari menuju tangga darurat. Diikuti Ardan.

Persetan dengan lift.

Mereka berlarian menaiki tangga. Tak peduli sembilan tangga yang harus mereka naiki.

Tolong bukan Kea...

Bukan Kea...

Bukan Kea..

Arghi terus berdoa dalam hatinya.

Tidak..

Jangan..

Walau kaki nya gemetar, ia teruskan langkahnya menjejak pada anak-anak tangga yang seolah tak ada habisnya.

Dan wajah mereka pias dengan deru nafas berantakan melihat garis polisi menghalangi mereka masuk.

Ketakutan melanda Arghi dan Ardan, seolah menonton salah  scene film CSI.

Dua orang sekuriti terkejut melihat dua orang yang terlihat sangat berantakan itu.

"Tidak bisa masuk Pak, ada olah TKP..." Seru salah seorang dari sekuriti itu.

Arghi yang berusaha menerjang dihadang oleh satu  sekuriti berbadan tegap dan kekar.

"Maaf Pak!"

Ujarnya tegas sambil menahan tubuh Arghi.

"GUE MAU LIHAT!!! GUE MAU MASUK, LO NGGAK BISA LARANG,BANGSAT!!"

"Jaga bicara Anda Pak, Tidak ada yang bisa masuk,tempat ini steril."Ujar petugas itu lagi dengan wajah tegas, meskipun terlihat menahan amarah atas  provokasi Arghi.

INGKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang