9.Everything Has a Reason (2)

2.4K 325 92
                                    

JUMAT, 9 Desember 2022.

Terima kasih untuk komentar teman-teman di bab sebelumnya, aku seneng bangeeettt😘

Tetap komen yang banyak ya, biar akyu tetap semangat dan konsisten menulis nya..💪😄

Pasti penasaran sama;

♧ Bagaimana Arghi?

♧ Beneran nggak kalau Damian itu breng**k?

Selamat membaca..

Jangan lupa vote dulu biar nggak lupa 😂⭐🌟🌟🌟

Luv💜Octoimmee

♡♡♡





Hiruk pikuk terminal kedatangan tampak tetap ramai meskipun malam menjelang. Lampu-lampu led dengan nyala nya yang terang membuat suasana lebih hidup dan terasa meriah, mengurangi efek lelah dan kembali semangat  seolah hari belum menjelang malam.

Arghi menarik tas traveler nya dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya berada disaku siap menggenggam kunci mobilnya.

Perlahan ia membelah lalu lalang orang-orang menuju parkir bandara.

Beberapa kali ia terhenti untuk memberi jalan pada orang-orang yang terlihat terburu-buru. Dan ia merasa jika ia tidak lah terlalu terburu-buru juga.

Bahkan ia tidak menyamakan langkah dengan yang layaknya orang yang ingin segera pulang.

Ia berjalan seolah tengah berjalan berjalan sendiri menyusuri jalan sepi.

Karena saat ini, ia memang hanya ingin sendiri

Semakin dekat ke parkiran mobil, semakin sedikit orang yang ia temui.

Sejenak ia berdiri terdiam memandang barisan mobil yang berjajar rapi. Hingga ke ujung terjauh barisan mobil,  ia melihat gelap semakin pekat.

Dihentikannya keinginan untuk terus berjalan menuju ke kegelapan malam itu.

Arghi menekan remote untuk membuka pintu mobilnya. Mobil yang ia dapatkan dengan hasil usahanya sendiri  setelah ia memutuskan untuk keluar dari perusahaannya bersama Ardan dan Boy.

Ia memilih pergi setelah proyek Menara Gading selesai. Ia memilih untuk pergi karena ia tidak bisa menghilangkan rasa bersalahnya pada Keandra.

Setiap ia melihat Kea, setiap itu pula hati kecilnya merasa tidak tenang.

Kea yang kembali dingin tak tersentuh orang-orang disekitarnya.

Ia tidak bisa melihat Kea kembali menjadi budak Esa's Trust. Karena ia tahu jika itu adalah hal yang tidak ingin dilakukan Kea.

Ia tidak melihat Kea yang terpuruk, tapi melihat Kea yang harus melakukan apa yang tidak seorang Keandra inginkan, adalah hal yang menyakitkan baginya, apalagi bagi Keandra yang menjalaninya.

Hampir disetiap pertemuan dengan Keandra membuatnya gugup. Rasa bersalah hanya bisa ia tutupi dengan sikap acuh dan dingin. Ia sembunyi di balik topeng keangkuhan.

Ketika pertama kali ia dan Emma tanpa sengaja bertemu Keandra di suatu mall, tangannya yang sedang menggengam tangan Emma terasa salah. Pandangannya dan Keandra bertemu, dan Keandra dengan tenang mengangguk lalu melewatinya begitu saja.

Dan berlanjut pada pertemuan-pertemuan yang tidak disengaja berikutnya.

Anehnya setiap pertemuan itu tak pernah membuat Arghi resisten tak memperdulikan Keandra, ia tetap tidak bisa melihat Keandra yang harus berjalan sendiri.

Sejak dulu ia tahu, Kea selalu sendiri.

Dan dari kisah hidup Kea, Arghi tahu jika Keandra lebih suka memilih melakukan semua hal sendiri.

INGKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang