23. Berpikir Sesuai

1.9K 302 84
                                    

Selamat membaca
Luv💜Octoimmee














(23) Berpikir Sesuai

Wajah sombong itu mengingatkan dirinya pada seseorang. Ekspresi datar itu ciri khas yang dulu ia puja, karena membuatnya sangat tertantang untuk menaklukkannya.

Dan tebak?

Dia berhasil!.

Wajah tanpa ekspresi itu, semakin sering menyenandungkan lagu yang ia putar diplay list nya, atau ikut mendendangkan lagu-lagu yang sering ia nyanyikan saat manggung dengan gitar kesayangannya.

Bibir yang biasanya terkatup itu mulai banyak tertawa dan tersenyum. Mata yang dulu hampir tanpa ekspresi itu, menjadi lebih cemerlang dengan binar-binar yang tampak indah bagai pendar berlian.

Jika itu tinggal kenangan, ia sangat mensyukurinya. Ia di anugerahi kenangan indah saat ia diberi kesempatan mengenal kan cinta pada seseorang Keandra, dan dicintai wanita luar biasa itu.

Senyumnya surut saat mata itu menatapnya hina. Mengingatkan dirinya akan dosa yang ia lakukan pada Keandra. Ia tahu dirinya tidak terampuni dan termaafkan.

Well, bukan salah yang punya mata. Sebab dirinya telah berdosa pada sang adik.

Lalu ia juga sudah gagal melakukan tanguung jawabnya di proyek ini.  Mau seribu satu alasan yang bukan mengada-ada bisa ia sampaikan dan jabarkan dengan baik, tapi semua tetap pada kesimpulannya, dia gagal.

Untungnya proyek Apartemen Casablanca berjalan dengan baik. Maka ia bisa menutup  ganti rugi dari sana.

Meski kini ia tak punya apa-apa lagi, semua kembali nol,  Tapi setidaknya ia bertanggung jawab. Ia tidak dikejar-kejar hutang, bahkan lebih buruk nya Ia bisa dipidanakan.

Dengan bahu tegap ia menyerahkan seluruh dokumen dan secara simbolis menandakan jika ia tak berhak lagi berada disini.

Keasuga Mahawira, tak mengotori tangannya dengan ikut berjabat tangan dengannya.

Pria sombong itu berdiri dengan angkuh meletakkan tangannya di belakang  tubuhnya dan memandang dirinya dengan penuh cela dari posisinya berdiri.

Ia hanya bisa memberikan segaris senyum tipis. Ia tak bisa menantang pria itu, tentu saja ia kalah jauh dari segi apa pun dengan salah satu pewaris Esa's Trust itu.

Semua selesai, ia undur diri dan membawa serta tim nya yang sejak tadi malam telah berusaha sekuat tenaga untuk bisa menerima semua dengan lapang dada.

Rasa bersalah dan rasa kecewa, rasa tak puas membebani bahu mereka. Walau Arghi semampunya memberi tepukan dipundak mereka. Menghibur mereka dengan mengatakan jika besok masih ada dan mereka akan terus menjalani hidup dan akan mendapatkan proyek baru lagi.

Satu yang ia syukuri, anak-anak muda itu, tetap berada di sampingnya, mendengar segala keputusan dengan kepala terangkat. Keberadaan mereka membuat nya optimis. Ia tak boleh terpuruk.

Mereka menaiki mobil dan mobil Arghi mengikuti mereka dari belakang.  Beriringan mereka kembali menuju ke kantor, yang sudah lama mereka tidak datangi karena berada di site.

Sepanjang perjalanan, ia kembali mengingat kerja kerasnya yang ternyata tak cukup untuk bisa mencapai target. Ada selaksa  masalah yang menggerogoti, masalah yang masih asing baginya dan Tim.

Mereka jelas punya semangat dan etos kerja, tapi mereka harus akui jika pengalaman mereka masih harus lebih banyak lagi, mereka harus banyak terlibat dalam proyek sejenis.

Sekilas ia ingat Boy yang mempertanyakan keterlibatan ya dengan proyek besar ini. Ia yakin jika Boy ada, mungkin ia masih bisa memperbaiki, hanya saja Boy dan Ardan juga sangat sibuk. Bahkan selama proyek berjalan, ia sudah tak pernah berkomunikasi lagi dengan keduanya.

INGKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang