24. Parasitisme.

1.9K 317 97
                                    

Sudah hari jumat ajaaa yaaa...??
🤭🤭😍

Jangan lupa vote dan komentar yang banyak ya teman-teman 😘😘🥰🥰🥰

Selamat membaca
Luv💜Octoimmee








(24). Parasitisme

Netra itu bersirobok dengan netranya. Ada tatapan tak percaya yang membuat wajah itu tertegun sebentar. Sebentar saja dan  seperti mendapat satu kejutan manis, senyum langsung merekah dari bibir merah muda itu.

"Arghi? Kamu pulang?".

Suara merdu itu mengalun merambat diudara menyambangi gendang telinganya.

Gegas tangan pucat itu menggulir roda kursi yang di dudukinya. Seperti anak kecil yang tak sabar mendapati hadiah kejutannya.

Arghi berjalan lebih cepat agar Emma tak perlu jauh mendorong kursi rodanya. Ia selalu tak tega dengan tangan kurus itu melakukan hal yang membuat selalu membuat hatinya teriris.

"Ya, aku pulang..". Sahut Arghi saat tangan yang kurus itu memeluk pinggang Arghi dan menyandarkan kepalanya disana. Ia bisa merasakan pelukan yang sangat erat disekeliling pinggangnya. Lalu hembusan nafas hangat yang mengalir menembus lapisan kemejanya.

Arghi membelai rambut yang selalu wangi itu dengan lembut. Sudah lama ia tak memberi atensi pada wanita yang memberi dirinya kesempatan kedua. Ada rasa sesal disudut hatinya kala mengakui jika belakangan ia mengabaikan Emma.

"Kamu pulang lama?" Wajah itu menengadah dengan mata penuh harap.

Arghi mengangguk. Emma tersenyum lebih lebar dan matanya memantul pendar yang membuat Arghi merasa sangat bersalah. Apakah ia bisa menyampaikan kabar buruk ini dengan tenang.

Arghi mengusap kening Emma dengan ibu jarinya. Mereka saling tatap dengan senyum di wajah masing-masing.

Emma sangat menikmatinya, Arghi nya seolah telah kembali. Sudah lama Arghi tak lagi menatapnya seperti ini. Sudah lama Arghi tak lagi memberikannya senyuman hangat seperti ini. Hatinya yang dingin kembali berwarna. Ah..sabarnya tak sia-sia.

"Ayo makan, nggak tahu kenapa aku tadi masak banyak dan masak makanan kesukaan kamu..". Emma menarik tangan Arghi dan Arghi pun segera memutar arah kursi roda itu menuju ruang makan.

Bunyi roda berputar

"Nadia, siapin piring buat Pak Arghi juga ya..". Seru Emma dengan binar bahagia yang tidak bisa ia sembunyikan.

Nadia mengangguk dan ikut tersenyum, melihat senyum sumringah dari wajah yang biasa pucat dan sedih itu.

"Baik, Bu". Sahutnya sambil juga tersenyum.

Lalu  senyumnya tak lagi sempurna  ketika ia mengangkat wajahnya dan  melihat wajah lesu dan lelah dari pria yang mendorong Emma itu.

Pria itu seolah baru saja pulang dari pemakaman, kosong seolah tak berjiwa.

"Nad...".

Panggilan Emma menyadarkannya kembali.

"Eh, iya maaf bu. Saya siapkan.."

Nadia lalu mengerjakan yang diminta Emma, ia bergerak kesana sini dengan telinga yang mendengar celotehan ceria Emma dan suara Arghi yang hilang timbul. Ia mencoba abai dengan keberadaan kedua orang yang berada di meja makan itu, karena sejatinya tugasnya hanya bekerja bukan yang lainnya. Tapi pandangan mata Arghi yang kosong,  masih mengusik pikirannya.

Saat ia berbalik, untuk meletakkan satu piring tempe dan tahu yang baru saja angkat dan tiriskan, ia hanya melihat Emma yang tengah menyendokkan nasi ke piring.

INGKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang