"Gimana tadi malam, lancar?"
Satu pertanyaan namun membuat dua sepasang kekasih yang baru saja menikah menjadi ambigu. Baru saja ikut bergabung dalam satu meja yang sama dan hendak ingin melakukan ritual sarapan pagi bersama, kedua sepasang suami istri itu sudah harus di todong pertanyaan begitu dari keluarga mereka.
Arrasya dan Fazza yang duduk bersampingan pun langsung melihat satu sama lain dengan mata mereka yang tak berkedip.
"M-maksudnya pah?" Tanya Arrasya pada sang Papa yang bertanya tadi.
"Masa gak ngerti" Ucap sang Papa dengan cengengesan.
"Memang Ray gak ngerti"
"Ah sudahlah lupakan. Mending kita sarapan dulu" Sahut Adim selaku papa Fazza. Ia tak ingin suasana di meja makan menjadi terasa canggung hanya gara-gara satu pertanyaan dari Arry.
Makanan dan minuman telah tersedia di sana dengan pelayan hotel yang menyiapkannya. Banyak berbagai macam makanan enak, sehingga membuat mereka bingung harus memakan yang mana dahulu.
"Fazza, kamu ambilkan makan buat Arrasya" Ucap Dian.
"Kenapa harus Fazza? Kan Arrasya punya tangan"
Dian tersenyum ke arah gadis semata wayangnya. "Kamu kan sekarang istri Arrasya, jadi kamu harus layani suami kamu dong. Kamu ambilkan Arrasya makan ya"
Fazza mengangguk ria kemudian meraih piring dan memasukkan nasi juga lauk pauk di dalam piring putih keramik itu.
"Udah, cukup" Ucap Arrasya melihat piring yang sudah terlihat sangat banyak lauk.
Fazza menurut. Gadis itu memberikan piring itu pada Arrasya kemudian ia langsung mengambil nasi sarapan untuknya.
"Kenapa Ey, mau di ambilkan juga?" Tanya sang Mama yang sadar pada anak laki-laki pertamanya yang sejak tadi memandang Arrasya yang bersikap menerima piring dari Fazza.
"Mama apaan sih. Enggak ih" Jawabnya kemudian langsung mengambil nasi serta lauk pauknya sendiri.
Kedua orang tuanya juga orang tua Fazza tertawa melihat tingkah Ey. "Kasian ya Ey, gak ada yang ambilin makan" Ledek Adim menertawakan kakak dari menantunya itu.
"Ahahah" Lelucon Adim di tertawakan oleh mereka semua yang mendengar, sedangkan Ey hanya diam dan menahan rasa malu sebab bagaimana pun juga hanya dirinya lah yang tidak sedang mengurus rumah tangga.
•••
"Habis ini kalian pulang ke rumah kalian ya"
"Rumah kalian? Rumah Fazza sama Arrasya maksudnya?" Tanya Fazza tak percaya.
"Iya Za" Balas Adim.
"Rumah itu hadiah pernikahan dari kami" Sahut Arry menunjuk ke arah Adim, Dian berseta istrinya.
"Jadi Fazza tinggal berdua sama Arrasya?" Tanya gadis itu lagi sembari melihat ke arah Arrasya.
"Iya dong sayang. Kita kan udah nikah, gak lucu kalau kita udah nikah tapi beda rumah" Bukan kedua orang tuanya ataupun kedua mertuanya yang menjawab, melainkan Arrasya. Entah kesambet apa hingga membuat cowo itu secara tiba-tiba bisa mengatakan hal manis seperti itu. Ettsss salah! Itu tidak manis, hanya kata-kata pasaran yang di ucapkan dengan lisan lembut.
Fazza membelalakkan matanya saat mendengar penuturan Arrasya. Apa katanya tadi, sayang? Gak salah dengar kan telinganya? Arrasya memanggilnya dengan sebutan sayang? Oh tidak! Ini tidak mungkin.
"Nah bener apa kata Arrasya. Yaudah kalian siap-siap aja sekarang biar langsung ke rumah. Alamat rumahnya udah Papa kirim ke Arrasya" Ucap Arry.
Kedua pengantin baru itu menurut. Bergegas mereka pergi meninggalkan keluarganya di ruang makan dan kembali ke kamar untuk berkemas, segera pergi ke rumah baru hasil pemberian kedua orang tua mereka.
Sesampainya di kamar, Arrasya tak membantu Fazza yang kini telah menjadi istrinya untuk berkemas barang. Cowo itu membaringkan tubuhnya di atas kasur dengan memainkan ponsel miliknya, sedangkan Fazza berkemas sendirian.
"Sya, gantungan baju ini mau letak dimana? Gak cukup tasnya, udah penuh" Ucap Fazza menunjukkan sebuah gantungan baju yang tak dapat ruang di dalam tas ransel maupun kooper.
"Gak usah di bawa"
"Tapi kan sayang Sya kalau di tinggal"
"Gue kaya kalau Lo lupa. Gue bisa beli banyak gantungan, kalau perlu sekalian pabriknya" Sahut cowo itu dengan mata yang terus fokus pada layar handphone.
"Buang-buang uang Arrasya"
Arrasya berdecak kesal mendengarnya dan langsung mematikan layar ponselnya. Sebab baru kali ini ia mendengar ada yang berani memperingatkannya soal uang. "Ck! Di bilang gue kaya, uang gue gak bakal habis!" Serunya.
"Kan lebih baik di tabung, gak perlu buang-buang uang buat beli barang yang gak bermanfaat"
"Oh yaudah berarti semua baju Lo gak usah pake gantungan aja sekalian, kan biar gak buang-buang uang buat beli gantungannya"
"Iya gak papa. Baju masih bisa di lipat, gak harus di gantung"
Habis sudah kesabaran Arrasya. Cowo itu memilih kembali memainkan ponselnya tak lupa memberikan tatapan tajam menusuk dalam ke arah Fazza. "Di kasih tau suami malah jawab aja Lo!" Seru Arrasya sembari kembali berbaring dan membuka layar handphone.
"Maaf" Lirih Fazza kembali berkemas.
•••
"Kita berdua pamit ya Ma, Pa" Ucap Fazza sembari mencium tangan kedua orang tuanya dan kedua mertuanya dan diikuti oleh Arrasya.
"Kalian hati-hati ya. Semoga kalian suka sama rumahnya" Ucap Dian.
Fazza dan Arrasya hanya membalas dengan senyuman.
"Gue boleh ikut gak?" Tanya Ey tiba-tiba.
"Bo-
"ENGGAK!" Serobot Arrasya.
"Dih bilang aja Lo mau berduaan sama Fazza"
"Emang" Balas Arrasya.
Kedua orang tua mereka hanya diam dan terkekeh melihay Arrasya yang menolak sang kakak untuk ikut bersamanya dengan Fazza ke rumah.
Tak ingin membuang waktu lama, bergegas keduanya keluar hotel menuju parkiran dimana mobil Arrasya di parkirkan, tak lupa dengan kooper dan tas ransel mereka bawa.
"Bahagia banget ya kayaknya mereka" Ucap Dian menatap Arrasya dan Fazza yang telah hampir menghilang di pandangan mata.
"Namanya juga pengantin baru"
"Berharap mereka bisa mengatur rumah tangga dengan baik" Sahut Arry.
"Aamiin" Balas mereka semua secara serempak.
"Pa, besok Ey mau nikah!"
Bola mata Array seketika terbelalak tak percaya. Apa kata anak pertamanya tadi, mau nikah? Tidak salah dengar kah pendengarnya?
"Nikah? Beneran?"
"Gak kuat, pengen satu rumah sama ayang. Kayak Arrasya" Lesu cowo itu memanyunkan bibirnya hingga mengundang tawaan.
"Yaudah gas kan gak papa ahahah" Sahut Arry.
"Jangan dulu ih" Ujar sang Mama tiba-tiba.
"Kenapa?" Tanya Arry mengerutkan dahinya. "Ntar di rumah bakal sepi kalo kamu udah nikah. Ini gak ada Arrasya aja pasti rumah bakal sepi, gak ada suara kalian berantem lagi" Tutur wanita baya berambut pirang itu dengan lesu.
Ey tersenyum dan mendekati sang Mama kemudian ia pegang tangan kanannya. "Mama pikir Ey beneran mau nikah? Ya enggak lah mah. Ey cuma main-main doang" Kelas cowo itu.
"Apa main-main?" Tanya Arry tak percaya.
"Eheh iya pah. Ey belum siap jadi kepala rumah tangga"
"Astaga REYZA!" Seru Arry dengan menekan nama Reyza. Sedangkan cowo bernama Reyza atau biasa di panggil Ey itu hanya diam dan cengengesan.
•••
Eheheh maaf ya telat up 🙏
Jangan lupa vote and coment❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESSIVE BAD BOY (END)
Teen FictionNikah dini karena perjodohan memang lah sudah biasa, tapi ini adalah kisah dua remaja yang melakukan pernikahan hanya karena di ambil first kiss? Bagaimana mungkin, sedangkan keduanya tidak saling mencintai. Akankah keduanya bisa menjalankan kehidu...