Fazza dengan menahan air matanya terus berlari menyusuri koridor menuju kelasnya. Ia benar-benar merasakan sakit yang begitu dalam setelah mendapat ucapan nyelekit serta hentakan kasar dari cowo bad boy itu.
Untuk pertama kalinya Fazza mendapatkan ketusan itu dari orang lain, makannya tak heran jika batin dan mentalnya melemah saat ini.
"Permisi, maaf bu saya telat" Ucap gadis itu saat telah sampai di depan kelasnya.
Pingsan yang cukup lama dan mengistirahatkan diri di ruangan Arrasya membuat dirinya harus telat datang ke kelas. Bel selesai istirahat telah berbunyi beberapa menit lalu, hingga Fazza tahu kalau dirinya akan terlambat masuk ke dalam kelas.
Seorang guru yang sedang mengajar di dalam kelasnya langsung antusias melihat ke arahnya dengan tatapan mata tajam. Guru perempuan itu berdiri dari duduk kursinya dengan kedua tangannya yang bersedekap dada.
"Darimana saja kamu? Gak denger bel udah bunyi daritadi?!" Tanya guru itu dengan suara ketusan membuat gadis itu menunduk.
"T-tadi saya-
"Masih murid baru saja sudah berani bolos. Mau jadi apa kamu nanti?!" Serobot guru itu secara tiba-tiba.
"M-maaf bu"
"Kemana kamu tadi?!" Tanya guru itu lagi dengan tampang wajah yang sangat sangar. Menurut Fazza itu sangat menyeramkan.
"S-saya tadi-
Ekhem...
Ucapan Fazza terhenti saat dirinya di kejutkan dengan adanya suara deheman seseorang yang datang dari arah kirinya dan berdiri di samping Fazza dengan memasang wajah datarnya.
"Dia sama gue tadi" Ucap someone itu dengan pelan seraya merangkul Fazza. Gadis itu dibuat kaget dengan sikap someone tersebut yang seenaknya merangkul dirinya tepat di depan guru kelasnya.
Guru wanita yang berstatus janda itu tercengang melihat kedatangan someone itu dan menelan salivanya kasar. "A-arrasya" Ucap getir guru wanita itu.
"Kenapa kamu bisa disini Arrasya?" Tanyanya.
"Why? Ni sekolah juga punya kakek gue, jadi ya terserah gue dong mau dimana" Tukasnya dengan angkuh sembari melepaskan rangkulannya.
Benar yang dikatakan Arrasya. Sekolah elit itu adalah milik kakeknya. Namun sebenarnya tak pantas dirinya mengatakan seperti itu meski sekolahnya milik sang kakek. Tetapi Arrasya tetap lah Arrasya, tak bisa di ubah menjadi Arrasya yang baik dan beratittude. Entah mendapat pergaulan dari mana hingga membuatnya sangat keras kepala dan berbuat seenaknya hingga tak peduli dengan siapa ia berbicara.
Guru perempuan itu menghela napasnya panjang setelah mendapat jawaban dari Arrasya.
"Silahkan kembali ke dalam kelas mu Arrasya"
"Bisa aja, tapi dengan satu syarat"
"Syarat?" Tanya guru itu tak mengerti.
"Yah satu syarat. Gue bakal keluar dari sini kalau anda kasih ni cewe duduk di bangkunya" Katanya sembari menunjuk ke arah Fazza.
"Iya. Saya akan izinkan Fazza untuk duduk"
"Bagus! Dan satu lagi, jangan sesekali anda berani menyentaknya. Kalau tidak, jangan harap lagi anda bisa menginjakkan kaki di sekolah ini!" Tegasnya dengan menatap tajam guru perempuan itu.
Dengan perasaan yang takut bercampur kesal, mau tak mau guru itu mengiyakan permintaan dari cowo tak beratittude itu. Arrasya tersenyum devil saat mendapatkan jawaban setuju dari guru itu.
"Oke, gue balik ke kelas" Katanya tanpa menyalami guru itu.
"Jangan senang dulu gadis bodoh" Bisiknya pada Fazza sebelum akhirnya pergi dari ruang kelas Fazza.
Fazza hanya diam. Ia tak peduli dengan apa yang Arrasya katakan, yang sekarang menjadi ketakutannya adalah bagaimana jika guru itu akan menghukumnya akibat dari perbuatan Arrasya yang sangat tidak beratittude itu.
"Silahkan duduk kamu Fazza" Pinta guru itu.
"Ibu gak menghukum saya?" Tanyanya bingung.
"Enggak. Saya gak akan hukum kamu"
"Tapi saya terlambat masuk kelas bu"
"Duduk saja kamu Fazza, jangan banyak tanya"
"B-baik bu"
•••
Arrasya telah berada di ruang pribadinya. Cowo itu tak masuk ke dalam kelas, ia lebih memilih ke ruang pribadinya dan menghabiskan waktu disana.
Dirinya dengan tubuh lemas, menyandar di sofa dengan tangannya yang memijit-mijit pangkal hidungnya.
Hufftt...
Cowo bad boy itu menghela napasnya kasar.
"Berbahagialah dulu Lo gadis bodoh! Lo kira gue beneran membela Lo? Tentu saja tidak..." Lirihnya dengan senyuman maut mematikan.
Flashback On
Duduk di ruangan dengan sendiri memang sangatlah nyaman, namun tidak dengan cowo berstatus bad boy di sekolah elit Jakarta Selatan ini.
"Gila udah jam 11 aja. Telat masuk pasti tu anak" Gumamnya.
Tanpa membuang waktu dirinya langsung berjalan keluar ruangan pribadinya menuju ke kelas XII IPA 1, dimana kelas itu adalah tempat belajar gadis yang pingsan tadi.
Entah mengapa ada rasa licik bercampur kasihan dirinya terhadap gadis malang itu yang tak lain Fazza.
Saat sampai di koridor daerah kelas XII IPA, ia berjalan santai hingga akhirnya ia tiba di depan kelas XII IPA 1. Wajah datarnya telah ia pasang dan dengan angkuh ia masuk ke dalam kelas itu dengan tangannya yang langsung ia letakkan pada dinding. Sebelum masuk kelas itu ia mendengar perbincangan antara guru dan sang murid yang tak lain adalah Fazza. Ia mendengar bahwa gadis itu terkena hentakan dari guru itu hingga membuatnya langsung mengambil tekad untuk masuk ke dalam kelas itu.
Flashback off
Di lain tempat yakni di kelas XII IPA 2, dua orang gadis tampak memasang wajah gelisah. Keduanya terlihat sangat tak fokus pada guru yang masih berdiri di depan dengan menjelaskan materi pelajaran.
"Kira-kira Fazza kemana ya?" Tanya Saskira.
"Gak tau. Gue harap sih dia udah di kelas" Jawab Laura berusaha menenangkan sang sahabat. "Gue khawatir banget sama dia. Dia kan masih baru disini, gue takut dia nyasar lagi"
"Santai Sas. Ntar pulang sekolah kita liat, dia masih ada di sekitar sekolah atau enggak" Saskira mengangguk dan kembali melihat ke arah papan tulis dimana sang guru pemateri dengan menuliskan sebuah soal di sana.
•••
THANK YOU ❤️
SEE YOU NEXT CHAPTER 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESSIVE BAD BOY (END)
Teen FictionNikah dini karena perjodohan memang lah sudah biasa, tapi ini adalah kisah dua remaja yang melakukan pernikahan hanya karena di ambil first kiss? Bagaimana mungkin, sedangkan keduanya tidak saling mencintai. Akankah keduanya bisa menjalankan kehidu...