28. Makan di luar

2.2K 100 4
                                    

Hari demi hari telah di lewati oleh sepasang pasutri itu dengan susah maupun senang. Tentunya mereka tak lepas dari masalah adanya orang ketiga seperti Valine terdahulu. Masalah Valine yang sempat pernah melukai Fazza, kini gadis berumur 17 tahun itu telah di singkirkan oleh Arrasya dengan cara di keluarkan dari sekolah. Cukup gampang bagi cowo bad boy suami dari Fazza itu untuk menyingkirkan seorang yang telah berani melukai gadisnya.

Pernikahan sudah berjalan beberapa bulan namun , Arrasya dan Fazza belum di karuniai seorang anak. Sepertinya tuhan belum mengizinkan mereka memiliki seorang anak. Bukan karena alasan tertentu, tetapi mybe tuhan ingin membiarkan keduanya menikmati masa berdua dahulu, melakukan hal romantis sebelum akhirnya mereka memiliki anak. Sebab, ketika mereka telah memiliki anak pastinya tanggung jawab yang ada pada diri mereka akan sangat besar. Dan syukurnya Arrasya tidak memaksa Fazza untuk segera berbadan tua. Cowo itu benar-benar bisa memahami keadaan dan takdir.

Sore ini, sepasang pasutri itu tengah duduk bersama di balkon kamar rumah mereka, keduanya tampak bahagia menatap indahnya langit senja dengan Fazza yang di rangkul mesra oleh Arrasya.

"Langitnya bagus ya, Sya" Tutur Fazza.

"Iya bagus banget"

"Kamu suka senja?" Tanya Fazza menatap Arrasya.

"Enggak. Aku sukanya kamu" Senyum Arrasya mencubit geram pipi Fazza.

Tanpa sadar Fazza tersenyum salting mendengar penuturan Arrasya. Belakangan ini memang Arrasya suka sekali membuatnya salting, entah darimana cowo itu belajar gombal.

"Gombal terus ih!"

"Kenapa, gak suka?"

"Yaudah deh aku gak mau gombal lagi kalau kamu gak suka" Lanjut Arrasya.

"Bukan gitu ih!"

Arrasya tertawa kemudian membawa Fazza ke dalam pangkuannya dan kedua tangannya ia gunakan untuk menampung wajah Fazza. Dengan sengaja ia menarik kepala Fazza mendekat ke wajahnya hingga hidung mereka saling menyatu kemudian ia menggesekkan hidungnya dengan hidung Fazza. "Gemes banget sih istri aku!" Serunya sembari terus menggesekkan hidungnya dengan hidung sang istri, sedangkan Fazza di buat senam jantung sebab matanya bertemu langsung dengan mata Arrasya.

Beberapa menit kemudian Arrasya menjauhkan wajahnya dari Fazza dan menatap lekat gadis itu sedangkan Fazza yang di tatap sangat gelagapan tak bisa menahan rasa salting.

Arrasya geram, mengacak-acak puncak kepala Fazza.

Begitu sangat menggemaskan perempuan yang ada di depan dirinya, tersenyum malu dengan kedua pipi yang sudah seperti tomat. Menatapnya canggung dan gengsi. Terkadang dia heran, mengapa sosok perempuan yang telah dia nikahkan ini masih saja merasa malu dan gengsi terhadapnya. Bukankah dirinya serta sang istri sudah tinggal bersama selama kurang lebih lamanya?

"Masuk yuk. Udah mau magrib." Ajak Arrasya.

"Oh iya aku belum masak." Teringat Fazza.

"Gak usah masak. Kita makan di luar aja."

"Beneran?" Arrasya mengangguk mantap.

"Tapi nanti, habis magrib aja. Oke?"

"Oke pak boss!" Fazza melakukan hormat pada sang suami.

•••

"Kamu mau makan apa?" Tanya Arrasya.

Sekarang jam menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas malam. Sesuai janji Arrasya, dirinya membawa sang istri untuk makan malam di luar. Sekarang mereka berada di sebuah resto Jakarta pusat.

"Ayam bakar."

"Yakin ayam bakar? Ntar gemuk loh makan ayam malam-malam."

Fazza memanyunkan bibirnya. "Aku pengen ayam bakar." Alibinya.

Arrasya tersenyum. Tak bisa baginya untuk menolak permintaan sang istri. "oke ayam bakar. Minumnya?".

"Jus jeruk aja." Arrasya mengangguk. Segera dia menuliskan pesanan dalam sebuah kertas yang di sediakan oleh writer.

"Mba!" Panggi Arrasya pada salah seorang writer cewe. Dengan cepat writer itu datang dan menerima kertas pesanan dari Arrasya.

"Di tunggu sebentar ya mas, mba." Katanya kemudian berlalu pergi.

Selagi menunggu pesanan datang, Fazza memilih memainkan handphonenya. Sedangkan Arrasya yang duduk di depannya hanya diam dengan tangannya yang sibuk menggenggam tangan kanannya sembari di elus pelan, mata cowo itu tak bisa berbohong. Begitu berbinar dan terlihat sangat menyayangi Fazza. Senyumannya pun sangat nyerkah dia tampakkan di wajah.

Fazza membiarkan suaminya memegang dan mengelus tangan yang tergeletak di atas meja dengan tangan satunya yang sibuk mengotak-atik layar handphone.

"Kamu liatin apa sih, fokus banget." Tanya Arrasya penasaran. Sebab sejak tadi istrinya terus tersenyum di depan layar handphone.

Fazza mengalihkan pandangannya ke arah Arrasya sembari memberi tunjuk apa yang sedang di tonton di handphone.

"Nih, funny video."

"Kirain apaan. Gak liat yang macem-macem kamu kan?" Selidik Arrasya.

Fazza kembali menarik handphonenya. "Ya enggak lah. Yakali." Jawabnya.

•••

"Ini pesanannya. Silahkan di nikmati mba, mas."

Seorang pelan datang dengan membawa nampan berisikan dua porsi ayam bakar dan dua gelas jus jeruk, di letakkan di atas meja Arrasya dan Fazza. .

"Terima kasih, mba." Ucap Fazza ramah.

"Iya sama-sama."

Segera pasutri itu memakan makanan pesanannya dengan lahap. Fazza pun keliatan seperti sangat lapar, sangat lahap dan cepat sekali dia mengunyah dan memasukkan nasi ke dalam mulut.

"Pelan-pelan aja, by." Tutur Arrasya sembari mengambil jus jeruk miliknya.

Fazza hanya menjawab dengan anggukan meski nyatanya dia terus memakan dengan cekatan dan tentunya sangat lahap.

•••

POSESSIVE BAD BOY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang