34. Salah paham

1.4K 84 6
                                    

Kembali masuk ke dalam kelas masing-masing karena waktu istirahat telah usai. Arrasya dan sahabat Fazza lainnya telah masuk ke dalam kelas, sedangkan ia juga Clay bersiap untuk mengganti baju olahraga sebab sekarang kelas mereka akan melakukan olahraga.

Fazza berganti di toilet bersama dengan Naifa, saat selesai berganti keduanya menunggu Clay di toilet depan.

"Yuk" Ajak Clay saat cowo itu telah keluar dari dalam toilet.

Fazza dan Naifa berangguk secara bersamaan. Bergegas ketiganya kembali ke kelas untuk meletakkan seragam putih mereka di masukkan ke dalam tas kemudian mereka mengacir menuju lapangan, dimana guru olahraga dan teman-teman sudah berbaris dan menunggu di lapangan. Tanpa berpikir panjang Fazza dan Naifa langsung mengambil barisan nomor dua dan tiga dari depan sedangkan Clay barisan nomor satu.

Olahraga di mulai, dengan pemanasan di awal. Semuanya terlihat begitu semangat meski panas matahari begitu menyengat sebab waktu sudah hampir memasuki tengah hari. Terlihat begitu fokus dan serius anak-anak kelas Fazza melakukan pemanasan.

"Baiklah sekarang yang cewe bapak mau kalian main voli, dan yang cowo main basket oke?" Ucap guru olahraga dengan rambut cepmek, atau cepak mekar. Sebenarnya rambut dia di namakan oleh anak muridnya sendiri karena terlihat tegang dan sedikit mekar, bak rambut yang habis terkena sengatan listrik. Tak tahu lah mengapa guru olahraga itu memiliki rambut seperti itu, sepertinya itu real dari pabriknya.

Semua murid mengiyakannya. Segera cowo-cowo bersiap untuk bermain bola basket, sedangkan cewe-cewe bermain bola voli. Fazza bergandeng tangan dengan Naifa menuju lapangan voli, bersamaan juga dengan teman cewe lainnya. Karena sudah pemanasan, mereka langsung membagi tim dan memulai permainan bola volinya dengan Fazza yang satu tim dengan Naifa.

Permainan bola voli dan basket di mainkan secara bersamaan dengan begitu semangat membakar yang kekaut dari diri murid kelas dua belas IPA 1.

Keringat Fazza terus menetes banyak saat gadis itu beberapa kali terus melakukan smash pada lawan, begitu pun dengan Clay yang always mencetak bola masuk ke dalam gawang.

"Eh sorry Za gue terlalu kuat" Ucap Disti salah satu temannya yang tak sengaja memukul bola kuat hingga keluar batas lapangan. Bola itu mendarat tepat di lapangan basket.

"Gak papa. Biar aku yang ambil"

Fazza berlari menuju lapangan basket, ia bergegas mengambil bola voli yang berhenti di tengah-tengah lapangan saat para cowo-cowo masih fokus bermain. Dengan hati-hati ia mengambil bola voli itu di tengah lapangan.

Dug!

Bola basket tiba-tiba mendarat di atas kepala seseorang, bukan kepala Fazza. Harusnya bola itu mendarat di kepala Fazza, tetapi seseorang dengan kecepatan kilat menghalangi bola tersebut agar tak mengenai Fazza, alhasil kepalanya menjadi korban dan membuatnya jatuh tersungkur ke lantai lapangan. Fazza syok, ia melupakan bola voli itu dan melihat keadaan seseorang yang telah membantunya.

"Kamu gak papa?" Tanya Fazza khawatir, sebab someone tersebut memegang kepalanya dan wajahnya pun tertutup dengan kedua tangannya hingga membuat Fazza tak mengenali siapa orang itu.

"Gue gak papa"

"So-

"DHEYON?!!" Fazza terkejut saat tahu bahwa someone tersebut ada sosok cowo yang ia kenali hingga akhirnya ia gagal mengatakan "sorry".

Cowo dengan nama DHEYON itu bangun dari lantai lapangan dan berdiri di depan Fazza dengan senyuman nyerkah di wajahnya, sedangkan teman Fazza yang lain hanya diam di tempat begitu pun dengan Clay.

"Lo gak papa?" Tanya Dheyon.

"I-iya aku gak papa"

"Lain kali hati-hati, liat keadaan kalau mau ambil bola"

"Nih" Lanjut Dheyon mengambil bola voli dari bawah dan memberikannya pada Fazza, dengan tangan yang tahu Fazza menerima bola itu. Mata gadis itu sama sekali tidak menatap ke arah Dheyon sedangkan Dheyon terus menatapnya lekat.

"Thanks" Ucapnya kemudian bergegas beranjak pergi namun dengan cepat Dheyon menahannya.

"Gue butuh waktu Lo sebentar, bisa?" Tanya Dheyon.

"Sorry gak bisa" Fazza melepas pelan cekalan tangan Dheyon dan secepat mungkin ia berlari kembali ke lapangan voli.

Dheyon terdiam di tempat sebelum akhirnya pergi dari lapangan basket. Tak tahu darimana cowo itu muncul, secara tiba-tiba saja ia membantu Fazza dari serangan bola basket.

Fazza terus berlari menuju lapangan basket dengan bola voli di tangannya, namun tiga langkah lagi sampai di lapangan, tiba-tiba saja ada seseorang kembali mencekal tangannya hingga membuat ia berhenti melangkah.

"Arrasya?!" Kaget Fazza, tak percaya ada Arrasya di depannya.

Arrasya tampak memasang wajah sinis, matanya menyipit tajam dan bibirnya merengut, membuat Fazza takut untuk menatapnya. Tanpa berbicara cowo itu membawa Fazza ke bibir lapangan dan membuat teman perempuan Fazza tercengang melihatnya.

"Kenapa?" Tanya Fazza bingung saat dirinya dibawa ke bibir lapangan oleh suaminya.

"Siapa laki-laki itu, baby?" Tanya Arrasya dengan suara begitu sangat lembut.

"Dia cuma temen aku"

"Temen? Kalau teman harus banget pegangan kayak gitu?"

"Enggak. Dia cuma pengen lindungi aku dari lemparan bola basket yang nyasar ke kepala aku"

"Jangan coba untuk bohong, Fazza"

"Aku nggak bohong Arrasya!"

"Terserah Lo"

"Lo? Kamu marah?"

"Ya. Lo itu milik gue, gue gak suka berbagi!" Ketusnya kemudian berlalu pergi meninggalkan Fazza.

Fazza sungguh tak mengerti dengan Arrasya mengapa bisa cowo itu tak mempercayai dirinya, padahal dirinya ini adalah istrinya sendiri. Hendak mengejar namun ia sadar bahwa ia masih dalam pelajaran olahraga, tidak mungkin jika dirinya pergi mengejar Arrasya dan meninggalkan pelajaran olahraga ini yang ada ia tidak akan mendapatkan nilai. Dengan menghembuskan napas kasar gadis itu berjalan ke lapangan voli dan kembali bermain dengan teman kelasnya.

Sedangkan di sisi lain ada Arrasya yang masih memasang wajah kesalnya, ia tak habis pikir dengan Fazza yang bisa-bisanya tak mengejar dirinya ketika tahu dirinya pergi. Sekarang Arrasya sudah berada di ruangan pribadinya, sudah tak mood baginya untuk melanjutkan belajarnya di dalam kelas. Pemandangan tadi sudah membuat Arrasya marah dan tidak mood, bahkan Fazza saja juga tidak memperdulikannya, padahal dirinya tengah marah. Ia bisa tahu adegan tadi sebab tak sengaja lewat lapangan sehabis dari toilet.

Arrasya duduk menyandar di sofa dengan kedua tangannya yang ia rentangkan di atas sanggahan sofa.

"Bisa-bisanya Fazza gak ngejer gue!" Gerutunya.

"Tu cowo siapa sih, bisanya megang-megang Fazza. Gak tau apa kalau Fazza punya gue, bini gue!" Kesalnya.

Aarghhhh!!!!

Arrasya berteriak sedikit kuat dan melempar bantal sofa ke sembarang arah. Entah mengapa sejak di kantin tadi moodnya terasa tidak baik-baik saja.

Tak ingin terlalu larut dalam kekesalan, Arrasya memutuskan untuk menidurkan dirinya di sofa. Saat mata tertutup rapat, terasa sangat nyaman bagi cowo itu seakan semua masalah telah selesai.

"Sempat Fazza beneran gak ngejar gue ke sini, liat aja bakal gue kasih hukuman dia" Serunya dalam hati.

•••

See you next chapter 👋

POSESSIVE BAD BOY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang