"Arrasya udah balik dari toilet?" Tanya Bu Neti selaku guru biologi di kelas Arrasya.
Bu Neti merasa bahwa cowo bad boy itu belum kembali muncul di kelas setelah beberapa menit yang lalu cowo itu izin dengannya untuk ke toilet.
"Belum Bu" Jawab seisi kelas kecuali Natan, Saskira dan Laura.
"Kemana tu anak?" Tanya Laura pada Natan.
"Toilet"
"Yakin ke toilet? Ini jam olahraga kelas Fazza loh" Sahut Saskira.
"Lah iya. Hmm dah lah pasti tu anak nyamperin bininye"
"Natan, Saskira, Laura. Ada apa, kenapa kalian mengobrol di situ?" Bu Neti mengetahui pergerakan ketiganya, sontak mereka langsung kembali duduk tegap dan melanjutkan menulis dalam buku tugas. "Enggak ada apa-apa Bu" Jawab Natan.
•••
"Ngapain?"
"A-aku"
"Keluar! Gue lagi gak mau di ganggu!"
"T-tapi aku mau-
"GUE BILANG KELUAR! Ngerti bahasa Indonesia gak sih Lo?!" Sentaknya.
"Please, kasih aku waktu buat jelasin semuanya ke kamu"
"Gak ada yang perlu di jelasin, semua udah jelas dengan gue liat pake mata kepala gue sendiri"
"Tapi itu gak sama halnya sama apa yang kamu pikirin. Dia cuma temen aku"
Fazza memberanikan diri pergi dari pelajaran olahraganya untuk menemui Arrasya. Ia tahu bahwa Arrasya berada di ruangannya, sebab ia sempat melihat sehabis dari lapangan tadi Arrasya putar balik arah tak menuju kelasnya.
Ketika masih dalam permainan voli, pikiran Fazza terus saja tertuju pada Arrasya. Dia benar-benar merasa bersalah dengan suaminya itu, dia telah membuat Arrasya salah paham. Alhasil dirinya nekat pergi dari lapangan menuju ruangan Arrasya, untungnya pintu itu tak Arrasya kunci sehingga ia bisa membuka dan masuk ke dalamnya.
"GUE BILANG KELUAR!"
BUG!
Tanpa sadar karena dalam ego yang besar, Arrasya mendorong ujung meja ke arah Fazza sehingga membuat meja itu mengenai kaki kiri Fazza dan mengakibatkan gadis itu jatuh ke lantai. Arrasya syok, matanya seketika langsung terbelalak keluar. Bergegas ia bangun dari duduknya untuk menghampiri Fazza kemudian ia bawa Fazza ke atas sofa.
"Hiks sakit" Ringis Fazza.
"Maaf, gak sengaja" Mata Arrasya berkaca-kaca. Cowo itu tak bisa berbohong kalau dirinya benar-benar masih menyayangi Fazza seorang, tak bisa untuk membencinya seperti waktu pertama bertemu.
"Hiks mama, sakit. Kaki Fazza sakit hiks" Fazza terus merengek dengan tangannya yang memegang kaki kirinya, tampak lebam merah bercampur biru membekas di bagian tulang keringnya. Arrasya cukup kuat menendang meja itu tadi.
Arrasya dalam sekejab langsung panik gak karuan saat melihat lebam di kaki sang istri. Ia terus mengelusnya sebelum akhirnya berinisiatif mengambil es dari dalam kulkas dan ia taruh di kaki kiri Fazza.
"Maaf ya, gak sengaja. Masih sakit?" Tanyanya sambil menotol-notol es di kaki Fazza.
"Sakit"
Arraysa benar-benar sangat merasa bersalah. Dia menyesal telah mendorong meja itu dan mengenai kaki istrinya sehingga membuat istrinya harus merasakan sakit.
Arrasya cekatan membawa kaki Fazza ke atas pahanya saat ia mulai memposisikan duduknya di samping Fazza. Dengan telaten itu terus mengompres kaki Fazza dengan es dan sesekali meniupnya. Fazza terdiam melihat kepedulian Arraysa, gadis itu tak menyangka ternyata Arrasya masih memiliki sikap khawatir terhadap padahal beberapa menit lalu Arrasya berbuat kasar dan marah besar padanya.
"Maaf. Ini semua salah aku" Fazza membuka suara dengan mata yang sejak tadi tak lepas dari wajah Arrasya.
Mendengar itu spontan Arrasya menghentikan mengompres Fazza, ia melihat manik mata Fazza dalam.
"Aku yang minta maaf, Za"
"Maaf udah kasar sama kamu, maaf juga karena aku berani manggil Lo gue lagi. Maaf." Lanjut cowo itu sembari menggenggam tangan Fazza.
"Dia bukan siapa-siapa aku, dia cuma temen aku" Jelas Fazza.
"Kenapa aku gak pernah liat dia?"
"Awalnya aku juga kaget kenapa ada dia di sini, karena setahu aku kalau dia gak sekolah di sini"
Arrasya hanya menganggukkan kepalanya saja lalu membawa Fazza ke dalam pangkuannya, sekarang Fazza duduk di pangkuan Arrasya dengan berhadapan langsung oleh cowo itu, kedua kakinya melangkah di setiap sisi kanan dan kiri kaki Arrasya, bak duduk bergendong koala. Arrasya membenahi rambut Fazza yang berantakan, dia sisir rambut lurus tebal itu dengan tiga jari kanannya. Senyuman Arrasya terus mengembang indah di wajah dan matanya yang terus menatap wajah cantik istrinya.
"Sekali lagi aku minta maaf, ya" Ucap cowo itu.
"Aku juga minta maaf" Arrasya berangguk tersenyum.
Cup!
Bukan Arrasya yang mengecup, melainkan Fazza. Gadis itu nekat mencium pipi kanan Arrasya sekilas kemudian ia tersenyum malu ke arah Arrasya.
Perlakuan Fazza yang mencium Arrasya berhasil membuat Arrasya terdiam di tempat, sungguh tak di percaya setelah sebulan lebih menikah akhirnya Fazza berani untuk menciumnya duluan.
"Oh mulai berani nyium duluan sekarang, yaaaa" Ujar Arrasya dengan tatapan yang memicing dan wajah ledekkan. Fazza tak menjawab, ia hanya diam dan menyengir bak kuda balap.
"Siapa yang ngajarin cium duluan hmm?" Tanya Arrasya.
"Gak ada"
"Ciumnya cuma sekali doang nih?" Tanya Arrasya licik namun dengan polosnya Fazza mencium Arrasya lagi di bagian pipi kiri, dahi juga hidung.
Cup!
Cup!
Cup!
Kecupan Fazza terus terdengar saat gadis itu menciumi Arrasya. Begitu sangat senang cowo itu mendapat perlakuan kiss dari sang kekasih.
"Udah kan?" Tanya Fazza.
Arrasya tersenyum simpul.
Cup!
Bergantian dengan Fazza. Cowo itu mengecup lama dahi sang istri.
Fazza yang terkejut dengan perlakuan mendadak Arrasya tersebut sontak matanya membulat keluar.
Arrasya menangkup wajah Fazza dan ia bawa mata istrinya itu kembali menatap ke arahnya. "Jangan buat aku kesel, ya."
"Aku gak buat kamu kesel. Kamunya aja yang salah paham."
Arrasya menghela napas. Ingin mengatakan tidak dengan penuturan sang istri, namun itu benar nyatanya terjadi. Dirinya salah paham dan mengambil keputusan sendiri.
"Balik ke kelas sana gih" Titah Arrasya namun sepertinya istrinya itu menolak untuk kembali ke kelas. "Kenapa?" Tanya Arrasya saat mendapat gelengan kepala dari Fazza.
"Mau di sini aja sama kamu"
"Mau belajar bolos?"
"Iya, biar kayak kamu eheh" Cengir Fazza.
Arrasya terkekeh dan menggelengkan kepala, tangannya dengan aktif mengacak-acak puncak kepala Fazza gemas.
"Kamu boleh ikuti kelakuan aku, tapi kelakuannya yang baik dong jangan yang suka bolos gini" Ujar Arrasya.
"Gak papa, sekali-kali"
"Sekali-kali? Kayaknya ini udah gak sekali deh" Pikir Arrasya yang mengundang tawaan Fazza.
Jangan lupakan dengan Fazza yang masih duduk santai di pangkuan Arrasya. Tak tahu mengapa cowo itu sama sekali tak merasakan pegal di kakinya.
"Terus sekarang kita ngapain?" Tanya Arrasya.
"Gak tau" Balas Fazza menaikkan kedua bahunya.
"Main game mau?" Usul Arrasya.
"Game apa?"
"Terserah kamu. Download aja di hape aku." Katanya menyerahkan handphone miliknya pada Fazza.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESSIVE BAD BOY (END)
Teen FictionNikah dini karena perjodohan memang lah sudah biasa, tapi ini adalah kisah dua remaja yang melakukan pernikahan hanya karena di ambil first kiss? Bagaimana mungkin, sedangkan keduanya tidak saling mencintai. Akankah keduanya bisa menjalankan kehidu...