29. Perkara Kopi Pagi

1.9K 99 6
                                    

Pagi telah tiba.

Arrasya juga Fazza tampak masih belum membuka matanya, rasanya mereka begitu sangat lelah. Keduanya terbungkus dalam selimut yang sama dengan tubuh yang saling berpelukan satu sama lain.

Malam tadi, mereka pulang pukul satu lewat lima dini hari. Sehabis makan di luar, mereka menyempatkan pergi ke sebuah taman bermain. Arrasya yang mengajak ke sana, dan Fazza yang tak bisa menolak. Mana mungkin juga dua menolak untuk pergi ke taman bermain.

Eughh

Arrasya melenguh bangun dan matanya langsung menyorot pada Fazza. Begitu sangat cantik terlihat gadis itu saat sedang tidur, Arrasya menyunggingkan senyuman ke arah istrinya.

Cup!

"Tidur aja cantik." Lirihnya tersenyum sehabis mencium dahi Fazza.

Arrasya langsung beranjak dari kasur menuju toilet untuk pergi mandi, mengingat bahwa hari ini bukan lah hari libur, melainkan masih hari dimana ia harus pergi ke sekolah.

Lima belas menit kemudian Arrasya keluar toilet. Arrasya telah selesai mengenakan pakaian seragam sekolah, dirinya duduk di tepi kasur berniat untuk membangunkan sang istri.

Dengan pelan dan halus cowo itu mengelus puncak kepala Fazza.

"Sayang, bangun yuk udah pagi"

"Baby"

Eughh

Fazza melenguh dan mengerjabkan matanya sekali lalu menatap ke arah Arrasya. "Udah pagi?"

"Udah. Mandi sana gih" Fazza mengangguk dan langsung bangun dari tidurnya, hendak menyibakkan selimut dari tubuhnya.

"Awwss" Ringisnya tiba-tiba saat berjalan ke arah toilet.

Arrasya langsung mendekat ke arahnya dengan perasaan cemas. "Kenapa? Masih sakit kakinya?" Fazza mengangguk cepat.

"Yah, maafin aku ya. Kalo aku gak nyuruh kamu kejar aku, kaki kamu gak mungkin kesandung." Lesu Arrasya merasa bersalah, namun Fazza tersenyum ke arahnya.

Malam tadi, pikiran jail terlintas di benak Arrasya. Dia mencomot ice cream yang ada di tangan Fazza dan meminta Fazza untuk mengejarnya jika menginginkan ice cream itu kembali di tangannya. Namun sayangnya ketika di pertengahan lari-larian, tak sengaja kaki kanan Fazza tersandung sebuah batu besar hingga mengakibatkan dirinya jatuh dan kaki kanannya sedikit memar.

"Coba sini aku periksa dulu" Arrasya hendak melihat ke bagian kaki Fazza yang memar.

"Yah yang, biru." Sesal Arrasya.

"Beneran biru?!" Kaget Fazza yang langsung di balas anggukan Arrasya.

"Yaudah ayo, aku gendong aja ke toilet"

"Gak usah." Tanya Fazza.

"Gak terima penolakan."

"Kaki kamu memar, pasti sakit kalo di bikin jalan." Lanjutnya.

Arrasya langsung menggendong Fazza dan ia bawa ke dalam toilet lalu ia menaruh Fazza di dalam bathtub. Air hangat Arraysa hidupkan tak lupa menuangkan sabun pada bathtub.

"Makasih."

"Sama-sama" Balasnya.

"Udah kamu keluar sana gih, aku mau mandi" Titah Fazza.

"Gak mau aku mandiin, hmm?" Wajah Arrasya begitu berseringai.

"Arrasya..."

"Eheh... enggak baby. Yaudah aku keluar." Arrasya berjalan keluar toilet dan membiarkan Fazza mandi di dalam toilet.

Saat Arrasya telah keluar toilet, Fazza langsung memulai ritual mandinya.

•••

Fazza telah selesai mandi dengan Arrasya yang membantunya kembali ke kamar dan mengenakan baju.

"Kok baju biasa?" Tanya Fazza heran dengan pakaian yang Arrasya ambil bukan seragam sekolah.

"Hari ini kamu gak usah sekolah dulu"

"Kenapa?"

"Yakin mau sekolah dengan keadaan kamu yang begini, hmm?"

"Udah gak usah sekolah dulu. Kamu di rumah, istirahat." Lanjut Arrasya.

Seusai membantu Fazza mengenakan baju, Arraysa duduk di samping Fazza tepat di bibir kasur.

"Makasih ya"

"Makasih buat apa?" Tanya Arrasya bingung.

"Makasih buat kemarin"

"Iya sama-sama. Tapi-

"Tapi kenapa?" Sekarang Fazza yang balik bertanya.

"Maaf, aku udah bikin kamu luka."

"Udah takdir sayang. Gak ada yang perlu di sesali, ini juga salah aku yang gak liat-liat kalo ada batu di depan."

"Jangan salahin diri sendiri ya. Aku gak suka." Lanjut Fazza tersenyum.

Cup!

Arrasya mengecup dahi Fazza cukup lama kemudian menatap lekat kedua bola mata Fazza.

"Arrasya. Makasih ya." Ucap Fazza tiba-tiba.

"Buat?"

"Karena kamu udah mau menerima segala kekurangan aku. Tetap jadi Arrasya yang aku kenal ya"

"Pasti sayang" Jawab Arrasya.

Fazza diam dan mengalihkan pandangannya ke arah kasur. Dirinya tersentak kaget saat melihat seprai kasur yang kotor.

"Kok seprainya kotor?" Tanya Fazza.

Arrasya tampak menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. Wajahnya tampak menyengir. "Eee.... I-itu anu..."

"Anu apa?"

"Tadi aku gak sengaja numpahi kopi."

"Kamu buat kopi?!" Kaget Fazza dengan nada tinggi. Arrasya mengangguk ragu.

"PAGI-PAGI KAMU BUAT KOPI?!" Sentak Fazza.

"Maaf sayang."

"Kan udah aku bilang, pagi itu baiknya susu bukan kopi!"

"Iya maaf aku lupa. Jangan marah dong."

"Kamu gimana sih."

Arrasya meraih pundak Fazza. "Maaf ya. Janji gak aku ulang lagi."

"Nanti seprainya aku deh yang nyuci." Lanjut Arrasya.

"Gak usah, biar aku aja."

"Gak papa. Ini kan kesalahan aku."

"Biar aku aja yang nyuci " Lanjut Arrasya.

"Hmmm. Tapi kapan kamu nyucinya?"

"Nanti pulang sekolah" Fazza mengangguk berat.

Arrasya melihat ke arah jam di tangan kanannya. "Udah mau telat, aku sekolah dulu ya. Kalau mau makan ada di dapur, tadi aku buat telur ceplok." Ucap Arrasya.

"Kamu masak?"

"Cuma telur ceplok" Cengir Arrasya.

"Yaudah aku pergi ya, kamu baik-baik di rumah. Kalau ada apa-apa langsung telpon aku." Arrasya menyodorkan tangan kanannya pada Fazza dan dengan senang hati Fazza mencium tangan Arrasya.

"Iya. Kamu hati-hati. Kirim salam sama Natan, Saskira juga Laura"

"Iya sayang. Dah, assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

•••

Next gak nih?

Ada saran/kritik???

POSESSIVE BAD BOY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang