Beberapa menit telah berlalu. Arrasya masih stay duduk di bangku depan ruang UGD dengan tangannya yang terus memijat pangkal hidungnya,braut wajah khawatir tak hilang sejak tadi darinya.
Ruang UGD masih tertutup rapat, pintu belum terbuka bahkan dokter maupun suster belum keluar dari dalam sana sehingga membuat cowo 18 tahun itu sangat khawatir dengan keadaan sang istri di dalam.
CEKLEK
Pintu UGD di buka setelah beberapa saat Arrasya menunggu. Bergegas cowo itu bangun dari duduknya dan menghampiri seorang suster yang kekaut dari dalam ruangan.
"Keluarga Fazza?" Tanya suster tersebut yang langsung di angguki oleh Arrasya. "Iya sus saya keluarganya. Gimana keadaan Fazza sekarang?" Tanyanya.
"Silahkan langsung ke ruang dokter, dokter ingin bicara empat mata"
Arrasya menyanggupinya. Ia berjalan masuk ke dalam UGD dan menemui dokter di ruangannya.
Sesampainya di ruangan, Arrasya langsung mendudukkan dirinya di sebuah kursi dengan meja dokter di depannya. Seorang dokter wanita yang sudah berumur dengan wibawanya ia duduk di bangku tepat depan Arrasya dengan menggunakan jas putih dokter dan lehernya yang di kalungkan dengan stetoskop.
"Keluarga pasien dengan nama Fazza?" Tanya dokter tersebut.
"Iya dok"
"Kamu pacarnya pasien?" Tanya sang dokter sebab Arrasya mengenakan pakaian seragam yang serupa dengan Fazza. Arrasya menggelengkan kepalanya. "Bukan dok, saya suaminya" Jelas Arrasya tak berpikir panjang dan mengatakan dengan ceplas-ceplos.
Dokter wanita baya di depannya sontak terkejut saat tahu seorang cowo berpakaian seragam sekolah dengan entengnya mengaku bahwa dia seorang suami dari pasien yang di rawatnya.
"Suami?!"
"Nikah muda dok" Tutur Arrasya sangat tahu bahwa dokter tersebut terkejut dengan apa yang dirinya katakan.
"Masih sekolah kenapa nekat nikah muda?"
"Kebelet kawin dok" Jawab Arrasya brutal. Cowo itu benar-benar sangat absurd dan asal menjawab saja hingga membuat dokter itu geleng-geleng kepala.
"Gak usah kaget dok. Yang nikah muda juga bukan saya aja, banyak di luaran sana. Lagian saya nikah muda biar gak pacaran terus kebablasan. Kalo udah nikah kan bebas mau ngapain" Jelasnya sembrono. Entahlah Arrasya begitu sangat jujur sekali, mungkin kalau Fazza berada di sampingnya dia akan merasa malu yang begitu dalam dihadapan sang dokter.
Dokter itu terkekeh dan menganggukkan kepalanya saja. "Ah iya-iya kamu benar. Lebih baik menikah yang udah pasti jelas daripada pacaran yang gak tau mau dibawa kemana hubungan itu" Tutur sang dokter tak kalah absurd.
"Nah itu dokter tau"
"Eh dok kenapa malah curhat. Keadaan istri saya gimana?!" Tanya Arrasya teringat pada sang istri. Sempat tak begitu khawatir, sekarang dirinya kembali ke mode awal dimana rasa cemas terhadap istrinya terus menyelimuti dirinya.
"Astaghfirullah iya-iya maaf"
"Jadi begini, keadaan istri kamu gak apa-apa. Keluarnya darah dari hidung, kamu gak perlu khawatir, itu sudah kami bersihkan dan Alhamdulillah darah yang keluar adalah darah kotor jadi sekalian untuk di bersihkan saluran hidung itu"
"Alhamdulillah" Ucap Arrasya tersenyum sumringah, sudah lebih lega sekarang perasaannya.
"Tapi ada satu hal yang harus kamu tahu"
"Apa dok?"
Raut wajah sang dokter begitu sangat mencurigakan. Arrasya benar-benar di buat over thinking olehnya saat melihat wajah cemas dokter itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESSIVE BAD BOY (END)
Teen FictionNikah dini karena perjodohan memang lah sudah biasa, tapi ini adalah kisah dua remaja yang melakukan pernikahan hanya karena di ambil first kiss? Bagaimana mungkin, sedangkan keduanya tidak saling mencintai. Akankah keduanya bisa menjalankan kehidu...