Jam telah menunjukkan pukul sepuluh lewat lima belas malam, namun kedua pasutri itu masih saja belum menutup matanya, terlihat masih sangat segar mata keduanya. Arrasya dan Fazza berdua duduk bersanding di atas kasur, cukup kenyang sudah memakan martabak telur tadi. Semua bekas makan telah di bereskan secara bersamaan.
"Kamu gak tidur?" Tanya Arrasya pada sang istri yang sibuk memainkan jari-jari tangan kanan dirinya.
"Belum ngantuk"
"Tidurin aja, ntar pasti bakal ngantuk"
"Gak bisa"
"Ini pasti gara-gara kita tidur siang tadi" Ujar Arrasya. "Kayaknya deh"
"Yaudah besok-besok gak usah tidur siang aja deh, biar malam bisa tidur cepat"
"Iya juga" Balas Fazza.
"Duh sakit, yang!" Seru Arrasya kaget saat bulu kakinya di tarik oleh Fazza. Entahlah, malam-malam begini gadis itu sangat terlihat gabut sekali. Arrasya yang merasakan pedasnya tarikan itu, sang pelaku hanya menyengir tanpa berdosa.
"Jangan di tarik yang"
"Soalnya gerem"
"Apaan, bulu kaki kok gerem. Punya bini lawak banget"
"Cieee bini" Ledek Fazza terkekeh.
"Iyalah bini, kalau gak bini apaan? Babu gitu?"
"Ntah" Balas Fazza singkat. Raut wajah gadis itu berubah cemberut.
"Tuh kan ngambek. Jangan ngambek ih, yaudah aku minta maaf ya" Arrasya meraih Fazza, ia bawa kepala gadis itu untuk berada di dadanya.
"Jangan ngambek dong" Bujuk Arrasya lagi. "Jangan ngambek ya, oke?" Fazza mengangguk mantap.
6 menit
10 menit
Keheningan terjadi secara mendadak di dalam kamar dengan malam yang sudah mulai larut. Tak ada suara dari pasangan suami istri ini, keduanya saling berdiam diri namun dengan mata yang masih terbuka.
"Za" Panggil Arrasya tiba-tiba.
"Iya?" Jawab Fazza mendongak melihat ke arah Arrasya.
"Belum ngantuk kan?" Tanya Arrasya yang langsung di balas anggukan oleh Fazza.
"Mau nonton gak?"
"Nonton apa?"
"Film"
"Film apa?" Tanya Fazza.
"Hantu?" Fazza menggelengkan kepalanya. "Terus, maunya nonton apa?"
"Kartun." Cengir Fazza.
"Lah, malah kartun. Lupa umur apa gimana nih?" Arrasya bergeleng kepala dengan sedikit suara kekehan.
Fazza tersenyum menyengir. "kartun ya." Mohonnya.
"Okelah. Bentar." Arrasya beranjak dari kasur, berjalan menuju lemari pakaian. Dia akan mengambil laptop miliknya yang di simpan di dalam lemari.
Laptop telah Arrasya ambil, dan dia pun langsung kembali ke atas kasur. Cowo itu mulai menekan tombol on pada laptop dan mencari kisah kartun di dalam layar itu. Dengan sangat antusiasnya, Fazza mendekat pada Arrasya dengan girang karena berhasil membuat Arrasya mau untuk menonton kartun.
"Sini." Titah Arrasya membawa Fazza pada pangkuannya.
Fazza memilih untuk menyandar pada dada bidang Arrasya dan tangan cowo itu yang merangkulnya dari belakang. Laptop Arrasya taruh di atas paha. Keduanya dengan asik menonton kartun pilihan Fazza dalam sebuah aplikasi yang tersedia dalam laptop bermerek itu.
•••
"Ayangggg!"
"Hmmm?"
"Kok di ganti, ih!"
"Bukan aku yang ganti."
"Terus siapa kalau bukan kamu?"
"Tangan aku." Cengir Arrasya.
Fazza di buat kaget dan kesal oleh Arrasya yang tiba-tiba di ganggu menonton kartun dalam layar laptop.
Saat masih asiknya menonton, tiba-tiba dalam layar laptop itu menampakkan sosok hantu menyeramkan. Ternyata Arrasya mengubah siaran kartun itu. Cowo itu ingin mengjaili sang istri. Baginya, Fazza akan terlihat lucu ketika kaget dan marah.
"Ganti lagi!" Kesal Fazza.
"Enggak ah. Aku mau nonton film horor."
"Tapi aku mau kartun."
"Aku mau horor."
"Kartun!"
"Horor!"
"Kartun!"
"Horor sayang."
"Kartun Arrasya."
"Ho-
"KARTUN!!!!" Serobot Fazza keras. Gadis itu sedikit mengketus hingga membuat sang suami tersentak kaget.
Glek
Arrasya menelan salivanya susah payah. Di luar ekspektasinya, sang istri benar-benar marah besar padanya.
"Ganti kartun ih!" Seru Fazza sembari menjauhkan dirinya dari Arrasya. Perempuan itu menatap tajam ke arah sang suami.
"Tidur aja ya."
"ARRASYAAAA......!" Teriak Fazza.
Arrasya di buat kaget. Kedua tangannya spontan menutup kedua daun telinganya. Suara Fazza benar-benar sangat melengking hingga membuat telinganya sakit.
"Jangan teriak-teriak dong."
Fazza tak menjawab. Perempuan itu memutarkan bola matanya malas sebelum akhirnya memilih untuk tidur. Kemarahannya sudah di ujung tanduk. Tapi dia harus bisa menahannya, tidak mungkin dia mengketus Arrasya. Yang ada dirinya akan berdosa karena telah berani menyentak suami.
"Mau tidur aja, nih?" Tanya Arrasya.
Tak ada jawaban dari Fazza. Gadis itu tetap tidur dengan membelakangi sang suami.
Arrasya menghela napas kasar. "Kamu marah?" Arrasya melihat sang istri, dengan sedikit menarik tubuhnya namun gadis itu menahan.
"Aku bukan gak ngasih, tapi udah larut. Besok harus sekolah."
"Maaf ya." Lanjutnya kemudian beranjak dari kasur untuk meletakkan laptop di lemari, sebelum akhirnya balik menghampiri Fazza di kasur
Cup!
Arrasya mengecup kening Fazza sekilas dan ikut tertidur di sampingnya.
"Tidur yang nyenyak, baby."
Karena juga merasa ngantuk, Arrasya turut menidurkan dirinya di samping Fazza. Tangan kekarnya melingkar di pinggang Fazza, tak lupa tubuhnya yang juga ikut masuk ke dalam selimut tebal. Namun...
Plak...
Arrasya mendapat tampolan dari sang istri. Tangannya di buang kasar oleh Fazza. Gadis itu tak ingin jika Arrasya memeluknya.
"Innalilahi." Kaget Arrasya.
Hufftt
"Gak boleh peluk, nih?" Tanya Arrasya namun tak mendapat jawaban dari Fazza.
"Yaudah deh, aku peluk guling aja." Cowo itu meraih sebuah guling di ujung kasur samping Fazza. Namun lagi dan lagi Fazza merebut guling itu bahkan tak membiarkan Arrasya memakai selimut.
Hanya bisa gelengan kepala dan helaan napas gusar yang bisa cowo itu lakukan. Sudah malam, dia tidak ingin membuat masalah ini semakin rumit. Hingga dia membiarkan sang istri terus membuatnya kesal sampai puas.
Arrasya menidurkan dirinya tanpa pelukan dan tanpa adanya selimut yang menutupi tubuhnya.
"Good night, Za."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESSIVE BAD BOY (END)
Teen FictionNikah dini karena perjodohan memang lah sudah biasa, tapi ini adalah kisah dua remaja yang melakukan pernikahan hanya karena di ambil first kiss? Bagaimana mungkin, sedangkan keduanya tidak saling mencintai. Akankah keduanya bisa menjalankan kehidu...