10. Izin restu (2)

1.6K 100 3
                                    

"Tante, izinin saya buat jadi menantunya Tante ya"

"Hah?" Mama Fazza kembali kaget dengan ucapan Arrasya.

"Boleh kan Tan?" Tanya Arrasya lagi.

Fazza mengkode agar menolak permintaan Arrasya pada sang Mama. Sang Mama pun benar-benar di buat pusing oleh keduanya. Apa maksudnya, baru saja kenal dan tiba-tiba meminta restu dirinya? Ini dikatakan cowo aneh atau cowo pemberani yang nekat meminta restu meski baru ketemu sekali bahkan belum ada satu jam.

"Tan?" Untuk kesekian kalinya cowo berambut belah tengah itu menanyakan hal yang sama pada Dian selaku Mama dari anak gadis dengan nama lengkap Fazza Graliend Calista.

"Tante gak tau. Umur kalian masih muda, dan pernikahan bukan untuk di mainkan. Pernikahan harus butuh rasa saling melengkapi satu sama lain dan rasa tanggung jawab yang besar" Jelas Dian benar-benar menolak permintaan Arrasya.

"Sekarang Tante tanya sama kamu. Kenapa kamu tiba-tiba mau nikah sama anak Tante? Sedangkan kalian katanya tidak memiliki hubungan, hanya sekedar teman. Dan Tante rasa kalian masih baru kenal, belum terlalu dekat" Dian mengintograsi kedua anak muda di depannya. Fazza tampak diam gereget dengan kepala menunduk dan Arrasya yang tampak santai tanpa rasa gugup sedikit pun. Entahlah, hidup Arrasya terlalu enjoy.

"Mampus gue harus jawab apaan? Yakali gue bilang kalau gue nikahi ni cewe karena ada suatu hal yang mau gue lakuin. Sempet ni pernikahan gagal, berarti rencana gue gagal juga. Enggak! Rencana gue gak boleh gagal, gue harus bisa ambil hati nyokap ni cewe" Arrasya menggerutu dalam hatinya sembari melihat ke arah Dian dan Fazza secara bergantian.

Arrasya tersenyum simpul menatap lekat manik mata Dian. Dian yang melihat itu sontak sangat antusias bersiap untuk mendengarkan penuturan cowo muda di depannya.

"Tante, kita berdua emang baru kenal. Tapi apa salah kalau saya suka dan cinta sama Fazza dan mau halalin dia? Saya cuma gak mau orang lain duluan miliki Fazza. Saya mau Fazza jadi milik saya seutuhnya" Jelas Arrasya meyakinkan Mama dari Fazza.

Dian hampir terharu mendengarnya bahkan hampir kehabisan kata-kata. Namun mau tak mau ia juga harus kembali mengeluarkan suaranya.

"Apakah orang tua Arrasya sudah tahu tentang ini?" Arrasya menggelang cepat.

"Tapi Tante tenang aja, orang tua saya pasti bakal setuju" Ujar Arrasya semakin meyakinkan.

"Kenapa kamu milih anak Tante? Kan kamu belum mengetahui sikapnya?"

"Saya yakin dia yang terbaik untuk saya Tante. Dia pasti bisa menjadi istri yang baik buat saya" Kelasnya sembari menatap evil ke arah gadis itu. Fazza yang di tatap seperti itu sontak langsung mengalihkan pandangannya kearah lain.

Di sisi lain, tiga orang anak muda yang tak lain adalah Natan, Saskira dan Laura. Ketiganya terlihat memasang wajah bingung. Kini mereka berada di sebuah cafe mini, duduk dalam satu meja yang sama dan telah tersedia minuman yang mereka pesan di atas meja.

"Arrasya beneran mau nikahi Fazza?" Tanya Saskira.

"Katanya beneran" Jawab Natan sembari menyeruput minuman choco panasnya.

"Sumpah? Gila tu anak" Serobot Laura membelalakkan matanya.

"Kok dia jadi segercep ini sih? Padahal waktu sama Valine aja, tu anak gak ada effort sama sekali" Tukas Saskira heran.

"Gue takut kalau Arrasya ada ngerencanain sesuatu yang negatif buat Fazza" Laura mulai keluar gairah negatifnya.

"Sssttt! Lo jangan berpikiran gitu dong. Kita doain aja semoga Arrasya beneran tulus" Ujar Saskira menyenggol bahu kanan Laura.

"Tulus? Gue gak yakin Arrasya tulus. Selama dia pacaran sama orang, gue gak pernah liat tuh kalau dia ada effort. Bahkan cewenya deket sama cowo lain aja dia gak peduli" Sahut Laura tegas.

"Udah-udah gak usah debat. Ganti topik!" Natan mulai panas dengan keadaan ini. Telinganya hampir terbakar mendengar ocehan julid yang kekar dari mulu dia gadis berparas cantik itu.

Saskira dan Laura yang mendengar sontak langsung terdiam dan memutarkan bola matanya malas.

"Cinta itu ribet. Mending jomblo kayak gue" Lirih Laura namun tak di dengar oleh Saskira dan Natan.

•••

"Maksud kamu apa? Kenapa kamu beneran minta izin sama Mama aku?" Tanya Fazza pada Arrasya.

Saat ini keduanya tengah berada di halaman depan rumah Fazza, duduk bersampingan di sebuah kursi yang tersedia. Dian as Mama Fazza telah masuk ke dalam rumah beberapa menit yang lalu. Saat Mama Fazza telah masuk, Arrasya bukannya berpamitan untuk pulang melainkan menetap disana dan mendudukkan dirinya di kursi tanpa suruhan dan izin dari pemilik rumah.

Arrasya tak menjawab pertanyaan Fazza. Ia terus tersenyum evil dengan mata yang sesekali melihat ke arah Fazza.

"Arrasya!" Sentak Fazza mulai kesal.

Entah mengapa dimatanya, Arrasya semakin mengesalkan dan ingin rasanya ia melenyapkan laki-laki batu ini dari muka bumi.

Kesabaran setiap orang pasti ada batasnya. Dan kali ini kesabaran seorang Fazza Graliend Calista sudah mulai keluar sedikit demi sedikit. Mybe jika Arrasya terus saja membuatnya kesal, sepertinya Fazza akan memberontak dan kehabisan kesabaran.

"Apaan?" Tanya Arrasya dengan suara enteng.

Fazza berdecak kesal sebelum akhirnya menarik napas panjang.

Huffttt...

"Kenapa kamu beneran minta izin sama Mama?" Tanyanya lagi dengan nada serendah mungkin.

"Kenapa emangnya?"

Arrasya benar-benar membuatnya kehilangan kesabaran. Dirinya bertanya bukannya cowo itu menjawab, melainkan malah ikutan bertanya. Konsep tanya jawab seperti apa ini? Pikirnya.

"Kenapa kamu jadi balik nanya sih?!"

"Why? Salah?"

Huffttt sudahlah. Sepertinya cowo di depannya ini benar-benar sudah gila. Semakin di tanya semakin pula ia bertanya.

"Auah" Fazza kesal dan memanglingkan pandangannya ke arah lain.

Arrasya terkekeh pelan melihat kejadian itu. Serasa seperti di ruang sendiri, cowo itu mengangkat kaki kanannya di atas kaki kiri dan menyandar santai di sandaran kursi dan memainkan handphonenya, mengotak-atik sebuah aplikasi. Sedangkan Fazza terus diam memandangi suasana asri di rumahnya yang depannya terdapat sebuah taman kecil.

"Liat aja, gue bakal jadiin Lo milik gue seutuhnya Fazza"

"Dan saat pernikahan itu terjadi, jangan harap ada kebahagiaan yang Lo dapet dari gue setelah selesai acara" Lanjut Arrasya dalam hati dengan wajah songongnya melirik ke arah Fazza. Fazza yang di lirik sama sekali tak sadar, gadis itu masih fokus pada pandangan taman kecilnya.

"Kamu gak pulang?" Tanya Fazza tiba-tiba.

"Ngusir?" Sinis Arrasya.

"B-bukan gitu. Maksudnya-

"Oke kalau gitu gue balik. Tapi sebelum itu siniin handphone Lo" Arrasya mengadahkan tangannya di depan Fazza. "Buat apa?" Tanya gadis itu.

"Udah sini" Arrasya merebut paksa handphone boba itu dari tangan Fazza.

Tak sampai 5 menit Arrasya telah mengembalikan handphone itu pada sang pemiliknya.

"Nomor gue udah gue masukkan ke handphone Lo. Inget, kalau gue telpon Lo harus jawab! Mau jam berapa pun itu, Lo wajib angkat!"

"Ya" Balasnya singkat.

Arrasya tersenyum evil sebelum akhirnya berlalu pergi mengangkat kaki dari rumah Fazza.

"Cowo stress!" Sungut Fazza saat Arrasya telah keluar halaman rumahnya.

•••

Thank you for reading guyss❤️


Semoga kalian gak bosen ya sama cerita aku😀





POSESSIVE BAD BOY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang