Jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Masih belum terlalu larut, namun ibu hamil yang kerap di panggil Fazza oleh keluarga dan teman-temannya itu terlihat sudah sangat lelap dalam tidurnya. Arrasya sempat ikut tertidur di samping Fazza, namun cowo itu kembali bangun lagi untuk mengerjakan berkas kantor yang harus selesai besok.
Di dalam sebuah ruangan yang cukup luas, Arrasya dengan cekatan mengetik di keyboard laptop bermerek apel separuh. Samping kanannya tersedia segelas air putih yang baru saja dia ambil dari dapur. Tumpukan kertas putih dengan tulisan komputer berserak di atas meja kerjanya.
Krekk...
Suara pintu di buka membuat Arrasya teralihkan dari pandangan monitor laptopnya.
"Sayang, kenapa bangun?" Arrasya kaget dengan kedatangan Fazza ke dalam ruangannya.
Fazza berjalan mendekat ke arahnya. "Aku cariin gak taunya di sini."
Arrasya mentitah Fazza agar duduk di pangkuannya. Cowo itu melupakan kalau berat badan Fazza semakin berat dengan adanya calon anak mereka yang akan lahir sebentar lagi. Meski Fazza semakin gemuk karena faktor hamil, cowo tampan itu tetap menganggap Fazza anak kecil bertubuh ramping. "Kenapa bangun, hmm?" Tanya Arrasya saat istrinya sudah berada di pangkuannya.
"Gak bisa tidur" Alibinya.
"Kenapa gak bisa?"
"Gak ada kamu"
Arrasya tersenyum simpul dan sedikit menoel hidung Fazza. "Manja banget sih sayangnya aku. Udah mau jadi Mama padahal" Kekeh Arrasya.
Fazza tak menjawab, melainkan dia menyelusupkan kepalanya ke tengkuk leher Arrasya. Malam ini tak tahu mengapa Fazza sangat manja terhadap Arrasya.
"Perutnya sakit gak?" Fazza menggeleng cepat.
"Tidur lagi sana gih, udah larut tau" Titah Arrasya.
"Mau sama kamu"
"Aku masih mau nyelesain berkas kantor"
"Yaudah aku tungguin"
"Udah malam sayang, kamu gak boleh begadang"
"Gak papa"
"Aku tungguin" Lanjut Fazza sembari bangun dari pangkuan Arrasya menuju sebuah sofa yang tersedia di ruang kerja Arrasya.
Arrasya tak bisa melawan. Dia membiarkan Fazza duduk di sana seraya menunggu dirinya selesai. Arrasya kembali melanjutkan kerjanya saat Fazza sudah duduk di sofa dengan mengelus-elus perut buncitnya.
Menit demi menit berhasil Fazza lewati meski dengan raut wajah yang sudah kusut, tampak sekali dirinya sangat ngantuk. Sesekali Arrasya melihat ke arah istrinya, dan beberapa kali pula ia melihat Fazza berusaha menahan rasa kantuknya.
"Kalo ngantuk bobo duluan aja sayang" Ujar Arrasya namun Fazza menjawab dengan gelengan dan senyuman manis.
"Enggak, mau nunggu kamu" Arrasya tersenyum tipis.
"Sini" Titah Arrasya.
Fazza menurut, dia berjalan menghampiri Arrasya kembali. Saat tiba di depan suaminya, pria tampan itu memintanya untuk duduk di pangkuannya. Dengan cepat Fazza menggeleng, menolak permintaan sang suami.
"Kenapa?" Tanya Arrasya.
"Aku berat"
"Enggak sayang."
"Iya. Tadi aja aku liat kamu sesak napas waktu pangku aku"
Arrasya tersenyum. "Enggak sayang. Buruan ah sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESSIVE BAD BOY (END)
Teen FictionNikah dini karena perjodohan memang lah sudah biasa, tapi ini adalah kisah dua remaja yang melakukan pernikahan hanya karena di ambil first kiss? Bagaimana mungkin, sedangkan keduanya tidak saling mencintai. Akankah keduanya bisa menjalankan kehidu...