First

7.4K 738 11
                                    

Pintu gudang begitu besar untuknya. Tubuh kecil Noel, yang sudah berhari-hari tidak mendapatkan asupan nutrisi, tidak kuat mendorong pintu besar itu.

Jika Christ tidak salah, saat ini Noel masih berusia 10 tahun. Ia berada di tujuh tahun sebelum Noel akan pergi ke kekaisaran sebagai pasangan(tahanan) putra mahkota.

Sekarang tujuan utamanya adalah keluar dari tepat yang ia yakini adalah gudang. Setelah berjalan-jalan sebentar, Christ menemukan banyak kotak-kotak besar berisi barang bekas. Ruangan tertutup tanpa jendela, cocok dijadikan tempat untuk mengurung seseorang.

Selama itu pula Christ sudah mencoba untuk memanggil Noel, tidak ada respon yang di berikan. Sepertinya hanya di tempat putih tadi ia bisa berbicara dengan Noel.

"Apa aku halus berteliak dari sini?" Gumam Christ. Ia sudah lelah karena mendorong pintu dengan sekuat tenaga, sepertinya untuk berteriak Christ harus menghabiskan seluruh tenaganya. Belum tentu juga akan terdengar dari luar.

Saat akan berteriak, Christ melihat sebuah kapak di ujung matanya. Memiliki ide bagus, Christ meraih kapak itu.

Berat. Mungkin karena tubuhnya yang kecil, Christ sedikit terseok-seok menyeret kapak ke arah pintu.

"Maaf Noel, aku sudah mengacaukan tempat tinggal mu." Christ mengangkat kapak, mengayunkan ke depan sampai tertancap di pintu. Christ menariknya hingga terjatuh. Bunyi benturan kapak dengan lantai cukup keras. Beruntung Christ tidak terkena. Mungkin ia bisa mematahkan tulangnya.

Christ melakukan itu berulang-ulang. Tidak terhitung, tetapi pasti banyak karena Christ sudah hampir kehabisan napas.

Tak lama Christ dapat mendengar derap langkah kaki dari seberang. Christ yakin itu adalah para ksatria pertama. Ia tidak berhenti, terus berusaha menghancurkan pintu menggunakan kapak. Sampai ia mendengar suara berat membuat Christ secara otomatis tidak fokus dan terjatuh kebelakang dengan kapak terlepas dari genggaman.

"Apa yang kau lakukan?"

Otak Noel memerintahkan Christ untuk mundur. Tangannya terasa kebas dan gemetar. Napasnya tercekat membuat Christ menarik napas dalam-dalam beberapa kali.

Itu pasti ayahnya Noel. Raja Lains. Pikir Christ. Respon yang diberikan sudah cukup memberikannya jawaban.

"Saya tanya sekali lagi apa yang kau lakukan?" Suara itu kembali terdengar. Christ menelan ludah yang berkumpul di dalam mulut. Tenggorokannya kering, tidak dapat membuat Christ berbicara dengan jelas. Sial, rasa gugupnya sama seperti pertama kali Christ merasakan interview pekerjaan.

Loh kok nanya? Kan bisa di lihat pakai mata kalau aku sedang menghancurkan pintu!

Mungkin Christ tidak akan melihat matahari untuk selamanya jika berkata seperti itu.

Dengan sedikit keberanian dan respon tidak baik dari tubuh, Christ berusaha kembali berdiri dan berjalan mendekat pintu yang sudah sedikit hancur. Atas usahanya, lubang terbentuk di tengah pintu sehingga ia bisa melihat badan seseorang yang sedang mengajaknya berbicara. Hanya sebatas itu jadi Christ tidak dapat melihat sampai ke wajah.

Benar-benar mirip seperti tawanan.

"A- Noel ingin kelual. Pintunya telkunci dan Noel tidak memiliki kunci." Christ menjawab dengan lantang. Suaranya sedikit serak. Meski begitu masih dapat terdengar jelas oleh para orang dewasa yang berada di seberang.

Tidak ada jawaban. Christ melihat tubuh itu sedikit bergerak kesamping kemudian suara 'klik' terdengar dan pintu setengah hancur itu mulai terbuka. Christ menyipitkan matanya saat banyak cahaya memasuki penglihatan. Di sana, berdiri seorang pria berusia akhir tiga puluhan menatap Christ datar. Christ tidak merasakan emosi apapun pada tatapan itu.

[BL] NoelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang